malam kemarin aku pergi
minggumencari bunga wijayakusuma
yang mekar di sudut barat flat
meninggalkan pekat-pekat malam
di matamu yang kopi---padahal yang
kopi kemejamu
menanggalkan keinginan-keinginan bincang
dan menebalkan niat belajar kepada wijayakusuma
aku tanya pada wijayakusuma kenapa
dia kaktus padahal berkormus?
aku juga mau tanya soal damai dan
ramai yang berumah, kenapa kepalaku
mulai bingung soal prasangka dan
kecurigaaan?
aku mau tanya wijayakusuma perihal
yang ada, yang tiada, yang semestinya ada,
dan yang sebaiknya dibuang.
aku penasaran dengan wijayakusuma
mengenai batang dan daunnya
aku juga penasaran
kenapa di tengah kota yang sepi
kepalaku ramai oleh bayangmu,
si pemilik mata yang transluen
di pagi hari kamis-jumat
dan pekat malam di sabtu-minggu
kenapa aku ingin terus bertemu
kenapa selalu terputar senyummu
yang menawan dan memesona
kenapa makin dilupakan malah
tak pernah mau alpa
wijayakusuma, apakah ini cinta?
misal bukan, berarti apa?
Semarang, 27 Juli 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H