kopi pagi ini dengan
kupesantambahan gula dan es batu lubang
bersulang di dalamnya,
mungkin saling berceloteh tentang
nasib dan mimpi dan takdir dan
jari jemariku yang buat badai
dengan angin yang menuhankan
diri kepada sendok kepada
bibirku yang mengerucut,
karena terlalu rindu; teramat candu
tapi yang ditunggu tak menyembul
juga di alam tidur.
ia melulu menjadi angin sembilu
di keheningan kening sewaktu aku
mulai mengerut pening yang mungkin
ditinggalkan setan sebelum subuh
lalu aku pesan kopi karena mimpi
tak bisa kuambil juga dari Ilahi.
Semarang, 05 Agustus 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H