Manusia dalam konteksnya sebagaii individu adalah makhluk yang bebas, ia bebas menentukan pilihannya, ingin menjadi apa dia kelak, namun kebebasan itu berarti selalu terikat dengan nilai-nilai tertentu, yang berarti bebas dalam memilih sesuatu namun haruslah bertanggung jawab atas pilihan-pilihan yang telah ia buat dari kebebasannya tersebut, dengan kata lain manusia pun bebas untuk memilih tidak menjadi manusia, bebas memilih untuk tidak bertujuan menjadi manusia, itulah yang dinamakan matinya kemanusiaan atau dapat disebut juga mundurnya kemartabatan sebagai manusia dan menjadi sesuatu yang lebih rendah dari manusia seperti hewan, tumbuhan , atau bahkan benda.Â
Perihal tujuan manusia Karl Jesper memberikan pernyataan melalui kalimatnya " be a man is to become a man " , ada sebagai manusia adalah menjadi manusia ( Fuad Hassan 1973 ) dalam (MKDK Universitas Terbuka). Hal tersebut dapat diartikan bahwa jika manusia tidak bertujuan untuk menjadi manusia, maka ia tidak berada sebagai manusia.Â
Perkembangan Manusia Bersifat TerbukaÂ
Pada saat dilahirkan manusia memanglah memiliki tugas yang harus dicapai atau keharusan, yaitu keharusan untuk menjadi manusia, untuk itulah manusia lahir dengan susunan fisik dan potensi-potensi yang diperlukan untuk menjadi manusia, namun dalam perkembangan hidupnya, manusia memiliki sifat terbuka atau bersifat kemungkinan.Â
Manusia dalam hidupnya ia bisa mengembangkan dirinya atau berkembang dengan mengikuti kodratnya sebagai manusia dan berakhir menjadi manusia, namun sebaliknya manusia dalam berkembang juga dapat berkembang kea rah yang salah atau tidak sesuai dengan kodratnya sebagai manusia dan berakhir tidak menjadi manusia.Â
Gahen yang seorang pemikir berkebangsaan Jerman memiliki kesimpulan tentang perkembangan struktur dan fungsi tubuh manusia, yaitu bahwa pada saat manusia dilahirkan ia memeiliki taraf perkembangan yang tidak lebih maju dari binatang dan bakan kurang maju disbanding hewan primata sekalipun yang notabennya dekat dengan manusia secara genetis (MKDK Universitas Terbuka).
Berbeda dengan hewan yang memiliki spesialisasi, manusia lahiir tanpa mengenal spesialisasi dirinya sendiri "ia adalah makhluk yang ditandai kekurangan" ( C.A. Van Persuen, 1982 ) terdapat dalam (MKDK Universitas Terbuka), seperti contoh : kerbau yang lahir sebagai anak kerbau selalu tumbuh sessuai kodratnya sebagai kerbau dan mengerbau atau menjadi kerbau, sedangkan manusia yang lahir sebagai anak manusia dalam perkembanganya atau kelanjutan kehidupannya dalam memanusia atau menjadi manusia tidaklah pasti, bisa saja ia menjadi manusia, hampir manusia, atau bahkan bukan manusia.Â
Anne Rolet pada tahun 1976 mencatat kira-kiara ada 60 anak-anak buas di seluruh dunia yang tidak diketahui penyebabnya, anak-anak tersebut hidup bersama kijang, kera, dan serigala. Anak-anak tersebut semuanya tidak berperilaku seperti layaknya manusia mereka tidak berpakaian, tidak dapat tertawa, tidak berbahasa, dan bahkan tidak dapat berdiri dengan dua kaki ( Intisari, No. 160 Tahun ke XIII, November 1976 ). Hal serupa juga dikemukakan oleh M.I. Soelaeman (1988) ia mengemukakan suatu peristiwa yang dikenal sebagai peristiwa manusia serigala:Â
Seorang pemburu menemukan di tengah-tengah hutan belantara dua orang anak sekitar enam dan tujuh tahun, ketika anak itu melihat pemburu, mereka lari di atas kaki dan tangannya sambil mengeluarkan suara seperti meraung-raung. Mereka masuk gua, mencari perlindungan pada seekor serigala. Tapi akhirnya kedua anak itu berhasil ditangkap dan kemudian dibawa ke kota dan dijadikan bahan studi para ahli. Setelah melalui kesukaran, kedua anak itu dapat dididik kembali seperti biasa. (terdapat dalam MKDK Universitas Terbuka : 22)
Dari beberapa contoh-contoh kasus di atas, maka dapat diartikan bahwa kemampuan berjalan tegap dengan dua kaki, kemampuan berbahasa, dan kemampuan manusia yang berbudaya pada umumnya tidaklah dibawa manusia sejak lahir, begitu juga dengan kesadaran akan siapakah dirinya dan apakah tujuan dia hidup,kemampuan untuk hidup secara individu, dan kemampuan bersosial tidak juga dibawa sejak manusia lahir, melainkan muncul mealaui kegiatan belajar, melalui pengajaran, melalui pelatihan, dan kegiatan lainnya yang semuanya itu terdapat dalam suatu sistem yang disebut pendidikan. Jika manusia dalam perkembangan hidupnya tidak menerima didikkan dari orang lain atau tidak menerima pendidikan, maka besar kemungkinan manusia tersebut hanya akan hidup dan berperilaku berdasarkan dorongan instingnya saja.
Dari beberapa penjelasan-penjelasan di atas dapat dipahami bahwasanya manusia merupakan makhlukyang belum selesai menjadi dirinya sendiri atau masih belum menjadi manusia, ia juga tidak dapat menjadi manusia dengan sendirinya atau alamiah, melainkan untuk menjadi manusia ia memerlukan pendidikan atau harus di didik. Immanuel Kant dalam teori pendidikannya ( Henderson 1959 ) menyatakan " Man can become man through education only ", hanya melalui pendidikan manusia bisa menjadi manusia yang sejalan dengan M.J. Langeveld yang menyebut manusia dengan sebutan Animal Educandum ( M.J. Langeveld 1980 ).