Mohon tunggu...
Rajiva Rendy Baskoro
Rajiva Rendy Baskoro Mohon Tunggu... -

"One of the penalties for refusing to participate in politics is that you end up being governed by your inferiors."

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sentilan Fahri Hamzah kepada Megawati

28 Maret 2014   20:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:21 567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini heboh mengenai twit-twit Wasekjen PKS Fahri Hamzah pada akun Twitter pribadinya yang dianggap menyindir zaman kepemimpinan Megawati. Isi dari twit-twit yang menghebohkan itu antara lain menyindir mengenai penjualan Indosat dengan harga murah ke pihak asing, penjualan aset-aset BPPN ke pihak asing, penjualan tanker VLCC Pertamina, sementara Pertamina dipaksa menyewa tanker VLCC dengan harga mahal, juga penjualan gas Tangguh ke China dengan harga super murah. Dimana semua itu terjadi di era kepemimpinan presiden Megawati yang hanya berlangsung lebih kurang 3 tahun.
Selain itu Fahri juga menyinggung mengenai "nasionalisme" yang selalu didengung-dengungkan oleh PDI-P, partainya Megawati, sementara disaat PDI-P memimpin justru banyak aset-aset penting yang harus berpindah tangan kepihak asing. Belum lagi outsourching yang disahkan di zaman Mega. Dimana kebijakan ini justru banyak merugikan kaum buruh.
Dalam twitnya Fahri juga menyindir upaya Megawati dan PDI-P dalam mengkatrol suara partainya yang terpuruk, dengan mengusung Joko Widodo yang baru 17 bulan menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, padahal sebelumnya pernah berjanji akan menyelesaikan masa bakti kepemimpinannya selama satu periode.
Dalam akhir twitnya Fahri juga berharap agar rakyat tidak terbuai oleh janji-janji manis yang diumbar oleh pihak Megawati dengan PDI-Pnya. Saya sendiri menganggap apa yang dilakukan oleh Fahri ini tidaklah salah. Dia hanya berupaya mengingatkan kembali "dosa-dosa" yang dilakukan Megawati di era kepemimpinannya. Dan berharap para pemilih, terutama pemilih pemula dapat mengenal track record, dan tidak terbuai dengan pencitraan-pencitraan yang terjadi.
Apalagi yang diungkap merupakan fakta-fakta yang terjadi pada masa lalu. Hilangnya Sipadan-Ligitan yang dicaplok oleh Malaysia yang juga terjadi di zaman Megawati, juga harus menjadi pertimbangan dan informasi bagi para pemilih dalam melihat apa yang telah terjadi pada era kepemimpinan Megawati.
Saat ini PDI-P memang mengusung Jokowi sebagai calon presidennya, namun dari yang terlihat, ada indikasi Jokowi sangat patuh terhadap Megawati, dan bukan tidak mungkin kebijakan-kebijakan yang dilakukan pada saat menjabat presiden nanti (bila terpilih) akan diintervensi oleh Megawati ataupun elite2 PDI-P lain. Dan beredar rumor pengusaha-pengusaha hitam, dan pengusaha-pengusaha pro asing, bersatu menyokong dana untuk pencapresan Jokowi, yang barang tentu akan timbul politik balas budi apabila beliau terpilih menjadi Presiden.
Tentu kita sebagai anak bangsa tidak mau tertipu dan terbuai dengan jargon-jargon "nasionalisme", sementara banyak aset penting bangsa yang justru dikuasai asing pada saat mereka berkuasa. Ironis!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun