Mohon tunggu...
Eka febry abdul aziz
Eka febry abdul aziz Mohon Tunggu... Lainnya - Saya adalah seorang mahasiswa

Saya suka bermain futsal

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Feature Human Interest Pedagang Louhan

15 Agustus 2020   23:41 Diperbarui: 15 Agustus 2020   23:44 1966
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saeful (54) biasa di panggil Mang Eep, saat itu sudah tidak bekerja lagi di salah satu perusahaan yang memproduksi aksesoris motor seperti pijakan karet untuk kaki. Eep bingung untuk menghidupi keluarganya. Eep kerap melakukan banyak hal, mulai mengambil botol bekas, berdagang hinga mencari pekerjaan baru. Namun semua itu tidak cukup untuk membiayai kebutuhan hidup keluarganya. Eep juga berfikir jika harus bekerja lagi dia takutnya akan mendapatkan berakhir sama seperti di tempat kerjaan yang dulu.  


Eep berkunjung ke temannya yang merupakan pengusaha ikan hias. Eep menceritakan mengenai kisah hidupnya yang semakin hari semakin sulit karena dia sudah tidak lagi bekerja di pabrik yang dulu. Kemudian Ma’mun memperlihatkan bisnis usaha ikan hias yang dia miliki kepada Eep. Ma’mun pun mengajak Eep untuk menjadi penjual ikan hias “Eep mending kamu ikuti usaha saya saja, nanti saya ajari bagaimana usaha menjual ikan hias, dari pada harus kerja mulu”. Ucap Ma’mun. setelah bercerita mengenai kisah hidupnya Eep pun pulang ke rumah dan memikirkan apa yang di ucapkan oleh ma’mun temanya.


Beberapa bulan setalah pertemuan itu, Eep kerap berfikir mungkin jika menjadi pengusaha akan lebih enak, memiliki banyak waktu dan tidak harus terpikat oleh jam kerja ppabrik lagi. Eep kemudian kembali ke rumah temanya dan ingin belajar mengenai bisnis usaha ikan hias tersebut.
Mengawali bisnis ikan pada tahun 2000-an. Eep mendapatkan saran dari ma’mun untuk berdagang ikan louhan, awal mulanya Eep ragu untuk berdagang Ikan Louhan, namun karena di paksa oleh temannya dan saat itu penjualan ikan louhan sedang bumingnya. Eep akhirnya mempelajari teknik dan budidaya bersama temannya. Ikan yang berasal dari Taiwan tersebut pernah popular di awal tahhun 2000-an. Banyaknya permintaan membuat pedagang senang. Karena transaksi yang di dapat setiap bulanya bisa mencapai puluhan juta rupiah. Dengan penghasilan segitu, Eep bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarganya dan bisa menyekolahkan anaknya hingga kuliah.


Namun sayang, karena penjualan ikan Louhan perlahan mulai redup. Masa keemasan ikan Louhan di Indonesia hanya sampai di tahun 2005. Harga ikan Louhan pun jatuh ke titik terendah. Eep menjelaskan penyebab rusak harga ikan Louhan di 2005 adalah karena banyak penjual nakal yang menawarkan bibit ikan Louhan palsu yang membuat banyak penghobi ikan hias merasa kecewa. Banyak orang yang kecewam ada saja pedagang menjual louhan yang harga aslinya Rp. 10 ribuan tapi di jual dengan harga Rp. 100 ribuan, kan orang pada kecewa. Ucap Eep dengan nada pelan


Tidak hanya itu, turunnya penjualan ikan Louhan di 2005 juga disebabkan adanya tren Aquascape. Aquascape adalah seni yang mengatur tanaman, air, batu, karang, ikan hias dan kayu di dalam satu akuarium. Persoalannya adalah ikan Louhan merupakan jenis ikan yang tidak bisa dicampur dengan beberapa jenis ikan lain atau tanaman di dalam satu aquarium. Ini yang menyebabkan orang enggan memelihara ikan Louhan. Mungkin juga orang sekarang lebih milih aquascape. Satu sisi karena bagus terus ikan juga bisa beragam, beda kalau Louhan di gabungkan sama ikan lain malah bisa di makan. Imbuhnya


Anjloknya penjualan ikan Louhan di 2005 bikin Mang Eep sedikit putus asa. Pernah suatu hari, dia berpikir untuk beralih profesi dan meninggalkan pekerjaannya. Eep sempat hampir putus asa main Louhan karena peminatnya enggak ada. Cuma akhirnya saya ganti strategi wah mesti ikannya yang bagus-bagus ini, cari ikan yang kualitasnya ya enak dilihat. Kalau Louhan yang penting dari tampilannya bukan harga mahal atau enggaknya. Ya semoga saja harganya enggak merosot terus" tambahnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun