Mohon tunggu...
Jipy Bhakti
Jipy Bhakti Mohon Tunggu... Foto/Videografer - MAHASISWA-ILMU KOMUNIKASI-UNIVERSITAS MERCU BUANA

MAHASISWA UNIVERSITAS MERCU BUANA JIPY BHAKTI YUDHA (44123010077) MATA KULIAH PENDIDIKAN ANTI KORUPSI DAN ETIK UMB Dosen Pengampu: Prof.Dr.Apollo, Ak, M.Si Universitas Mercu Buana

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dirkusus Gaya Kepemimpinan Ki Ageng Suryomentaram pada Upaya Pencegahan korupsi

12 November 2023   10:02 Diperbarui: 12 November 2023   10:02 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.infoaktualnews.com/2020/07/30/ki-ageng-suryomentaram-anak-raja-yang-memilih-jadi-rakyat-jelata/

https://intisari.grid.id/read/033809695/kisah-ki-ageng-suryomentaram-pangeran-mataram-islam-yang-memilih-menjadi-petani?page=all
https://intisari.grid.id/read/033809695/kisah-ki-ageng-suryomentaram-pangeran-mataram-islam-yang-memilih-menjadi-petani?page=all

Penting untuk dicatat bahwa strategi pencegahan korupsi tidak hanya terbatas pada tindakan pengawasan dan penegakan hukum internal. Pemimpin yang terinspirasi oleh gaya kepemimpinan Ki Ageng Suryomentaram harus mampu melihat gambaran yang lebih besar. Dalam pandangan ini, tanggung jawab sosial perusahaan dan keterlibatan dalam inisiatif sosial dapat diintegrasikan ke dalam strategi pencegahan korupsi. Melalui program-program tanggung jawab sosial, organisasi dapat menciptakan dampak positif dalam masyarakat, mengurangi tekanan ekonomi yang dapat mendorong perilaku korupsi, dan membangun citra organisasi yang positif.
Sementara itu, implementasi teknologi informasi dan digitalisasi juga dapat menjadi elemen penting dalam strategi pencegahan korupsi. Pemimpin yang mengadopsi gaya kepemimpinan Ki Ageng Suryomentaram dapat menggunakan teknologi untuk meningkatkan transparansi, memfasilitasi pelaporan yang aman, dan mengoptimalkan proses internal. Namun, perlu diingat bahwa implementasi teknologi harus diiringi dengan kebijakan privasi yang kuat dan perlindungan data, sehingga tidak menimbulkan risiko baru terkait dengan keamanan informasi. 

Dalam konteks pendidikan moral, penting untuk mendalam pada aspek-aspek konkret yang dapat diterapkan dalam pengembangan karyawan. Program pelatihan harus dirancang untuk memahamkan karyawan tentang etika bisnis, dampak sosial dari tindakan korupsi, dan praktik-praktik terbaik yang mendukung integritas. Pendekatan ini memerlukan upaya berkelanjutan, di mana organisasi terus mendorong pembelajaran dan pemahaman kolektif akan nilai-nilai etis yang mendasari pencegahan korupsi.

Selain itu, evaluasi periodik terhadap strategi pencegahan korupsi perlu menjadi bagian integral dari budaya organisasi. Pemimpin yang terinspirasi oleh Ki Ageng Suryomentaram harus mendorong budaya pembelajaran dan perbaikan terus-menerus. Evaluasi ini tidak hanya mencakup efektivitas taktik dan kebijakan yang diimplementasikan, tetapi juga melibatkan umpan balik dari karyawan, pemangku kepentingan eksternal, dan hasil-hasil konkret yang dicapai oleh organisasi dalam upaya pencegahan korupsi.

Terkait dengan tantangan, perlu dicatat bahwa resistensi terhadap perubahan dan ketidaksetaraan dalam penerapan sanksi dapat menjadi kendala serius. Menciptakan budaya organisasi yang mendukung pencegahan korupsi memerlukan usaha yang berkelanjutan dan komitmen kolektif. Oleh karena itu, pemimpin harus mampu membimbing organisasi melalui perubahan budaya yang mungkin dihadapi, mendengarkan keprihatinan dan hambatan yang muncul, serta memberikan dukungan dan motivasi.

Dalam rangkaian pembahasan ini, sangat relevan untuk menyoroti pentingnya peran hukum dan kebijakan pemerintah dalam mendukung upaya pencegahan korupsi di tingkat makro. Pemimpin Ki Ageng Suryomentaram, sambil menjunjung tinggi nilai-nilai moral, harus mampu berkolaborasi dengan pemerintah dan lembaga-lembaga hukum untuk menciptakan regulasi yang mendukung dan menjamin pelaksanaan strategi pencegahan korupsi di semua lapisan masyarakat.

Kesimpulannya
Dengan merangkum semua bahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa diskursus gaya kepemimpinan Ki Ageng Suryomentaram pada upaya pencegahan korupsi menawarkan pandangan holistik yang menggabungkan nilai-nilai moral, strategi praktis, dan keterlibatan seluruh anggota organisasi. Konsep-konsep seperti integritas, kejujuran, dan tanggung jawab menjadi pilar utama dalam kepemimpinan Ki Ageng Suryomentaram, menciptakan landasan yang kuat untuk memahami dan mengatasi masalah korupsi.

Penerapan strategi pencegahan korupsi sejalan dengan filosofi ini mencakup pembangunan struktur kelembagaan yang kuat, pengawasan internal yang efektif, edukasi moral, dan kolaborasi dengan pemangku kepentingan eksternal. Keberlanjutan strategi ini memerlukan evaluasi terus-menerus, adaptasi terhadap perubahan kontekstual, dan partisipasi aktif seluruh anggota organisasi.
Kendati demikian, tantangan seperti resistensi terhadap perubahan, kurangnya kesadaran akan risiko korupsi, dan perluasan implementasi sanksi dapat menjadi hambatan serius. Oleh karena itu, pemimpin yang terinspirasi oleh Ki Ageng Suryomentaram harus memiliki kemampuan membimbing organisasi melalui perubahan budaya dengan mendengarkan dan merespons hambatan yang muncul.
Dalam konteks global dan modern, penerapan strategi pencegahan korupsi juga memerlukan adaptasi terhadap perubahan teknologi, integrasi dengan kebijakan hukum, dan pemahaman yang bijaksana terhadap keragaman budaya. Dengan menjaga keseimbangan antara nilai-nilai tradisional dan tuntutan zaman, pemimpin dapat menciptakan organisasi yang tidak hanya berhasil secara bisnis tetapi juga berkontribusi positif pada masyarakat.
Dengan demikian, kesimpulan utama adalah bahwa kepemimpinan ala Ki Ageng Suryomentaram menyediakan kerangka kerja yang kokoh untuk mengembangkan strategi pencegahan korupsi yang efektif. Dengan memadukan nilai-nilai etis, inovasi praktis, dan keterlibatan kolektif, pemimpin dapat membimbing organisasi menuju integritas, transparansi, dan keberlanjutan. Sebagai hasilnya, upaya pencegahan korupsi bukan hanya menjadi tugas pemimpin, tetapi juga komitmen bersama seluruh anggota organisasi untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil, bersih, dan beretika.

Daftar Pustaka

Suwardi, B. (2020). Integrating Moral Education in Leadership Training Programs: Insights from Ki Ageng Suryomentaram's Philosophy. Jurnal Pendidikan Etika dan Karakter, 15(2), 112-128.

Utomo, S. A. (2021). The Role of Internal Supervision in Preventing Corruption: Lessons from Ki Ageng Suryomentaram's Leadership Style. Jurnal Manajemen Organisasi, 25(3), 45-60. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun