John duduk termenung, kursinya dimiringkan ke tiang pondok, di tangannya ada sebuah buku lama yang baru dibacanya lagi. Ia memang suka membaca buku yang disukainya berulang berulang-ulang. Entah sudah berapa kali ia membaca buku itu. Buku itu juga yang disukai Sam.
Orang-orang mengenal John Cotton sebagai seorang pria berwajah tampan dengan kulit kecoklatan, bertubuh tegap dan senyum menawan. Tidak ada perempuan yang tidak menyukainya. Akan tetapi, siapa sangka, belakangan ini ia terlihat rapuh, serapuh sayap kupu-kupu. John masih ingat kata-kata terakhir Sam yang menghancurkan hatinya.
Aku mengerti perasaanmu, John, tapi aku memilih hidup normal bersama orang yang benar-benar kucintai. Tentu kita masih berteman. Aku akan pergi ke Edna bersama adik perempuanku.
Di bulan September John terbang menuju rumah Sam dengan perasaan tak menentu. Dalam perjalanan dengan taksi, John menceritakan kepada sopir taksi tentang pertemuan pertamanya dengan Sam di lantai dua kantor mereka. Ia bilang, ada tiga Sam di kantor itu: Samantha Lee sang auditor, Samantha Maxwell sang sekretaris, sementara John mencintai Sam yang lain.
Kala itu Sam baru beberapa bulan bekerja, muda dan penuh semangat. Awalnya ia menyukai Sam karena sama-sama menyukai buku dan juga menyukai penulis yang sama, sehingga ia menyimpulkan bahwa ia menyukai Sam karena banyak kesamaan.
Sopir taksi sesekali menanggapi dengan berkata, "Itu bagus buatmu." ... "Kurasa aku juga mulai menyukai Sam." ... "Kalau kau mau, aku bisa putarkan lagu-lagunya Samantha Sang" ... "Oh, kau pria yang penyabar." ... dan ... "Sepertinya kita sudah sampai."
Hari itu sangat panas, angin membawa daun-daun dan debu ke langit, pohon-pohon kering berbaris di sepanjang jalan. Rumah Sam berpagar putih dengan halaman yang luas. Dilihatnya Sam tersayang sedang duduk membaca buku di kursi teras.
"Apa kabar, Sam?" sapa John.
Sam melihat John dengan sedikit pangling. John terlihat lebih kurus dan berkumis. Mereka kemudian bersalaman. Sam baru akan menawarkannya minuman ketika tiba-tiba pintu rumah terbuka. Seorang perempuan cantik melangkah keluar dari dalam rumah, lalu berdiri di samping Sam. John menebak perempuan itu pasti Lily, adik perempuan Sam. Sam memang cukup sering bercerita tentang Lily. John bahkan menyukai Lily meski belum pernah melihat wajahnya.
"Ini Karen, istriku," kata Sam.