Mohon tunggu...
Ali
Ali Mohon Tunggu... Lainnya - Bekasi

Bekasi Bekasi Bekasi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

John dan Sam

14 Januari 2022   17:50 Diperbarui: 14 Januari 2022   17:57 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Hasan Almasi on Unsplash 

John duduk termenung, kursinya dimiringkan ke tiang pondok, di tangannya ada sebuah buku lama yang baru dibacanya lagi. Ia memang suka membaca buku yang disukainya berulang berulang-ulang. Entah sudah berapa kali ia membaca buku itu. Buku itu juga yang disukai Sam.

Orang-orang mengenal John Cotton sebagai seorang pria berwajah tampan dengan kulit kecoklatan, bertubuh tegap dan senyum menawan. Tidak ada perempuan yang tidak menyukainya. Akan tetapi, siapa sangka, belakangan ini ia terlihat rapuh, serapuh sayap kupu-kupu. John masih ingat kata-kata terakhir Sam yang menghancurkan hatinya.

Aku mengerti perasaanmu, John, tapi aku memilih hidup normal bersama orang yang benar-benar kucintai. Tentu kita masih berteman. Aku akan pergi ke Edna bersama adik perempuanku.

Di bulan September John terbang menuju rumah Sam dengan perasaan tak menentu. Dalam perjalanan dengan taksi, John menceritakan kepada sopir taksi tentang pertemuan pertamanya dengan Sam di lantai dua kantor mereka. Ia bilang, ada tiga Sam di kantor itu: Samantha Lee sang auditor, Samantha Maxwell sang sekretaris, sementara John mencintai Sam yang lain.

Kala itu Sam baru beberapa bulan bekerja, muda dan penuh semangat. Awalnya ia menyukai Sam karena sama-sama menyukai buku dan juga menyukai penulis yang sama, sehingga ia menyimpulkan bahwa ia menyukai Sam karena banyak kesamaan.

Sopir taksi sesekali menanggapi dengan berkata, "Itu bagus buatmu." ... "Kurasa aku juga mulai menyukai Sam." ... "Kalau kau mau, aku bisa putarkan lagu-lagunya Samantha Sang" ... "Oh, kau pria yang penyabar." ... dan ... "Sepertinya kita sudah sampai."

Hari itu sangat panas, angin membawa daun-daun dan debu ke langit, pohon-pohon kering berbaris di sepanjang jalan. Rumah Sam berpagar putih dengan halaman yang luas. Dilihatnya Sam tersayang sedang duduk membaca buku di kursi teras.

"Apa kabar, Sam?" sapa John.

Sam melihat John dengan sedikit pangling. John terlihat lebih kurus dan berkumis. Mereka kemudian bersalaman. Sam baru akan menawarkannya minuman ketika tiba-tiba pintu rumah terbuka. Seorang perempuan cantik melangkah keluar dari dalam rumah, lalu berdiri di samping Sam. John menebak perempuan itu pasti Lily, adik perempuan Sam. Sam memang cukup sering bercerita tentang Lily. John bahkan menyukai Lily meski belum pernah melihat wajahnya.

"Ini Karen, istriku," kata Sam.

"Kau pasti John," kata Karen.

Sampai di sini Anda mungkin bertanya-tanya, kenapa tiba-tiba Sam memperkenalkan Karen sebagai seorang istri?

Kalau Anda cermati, ini hanyalah persoalan nama. Lebih tepatnya nama panggilan. Ada begitu banyak nama panggilan yang sama untuk laki-laki atau perempuan. Misalnya Alex. Nama Alex bisa dipakai untuk kedua gender. Alex untuk Alexander, tentunya itu nama laki-laki, dan Alex untuk Alexandra, untuk nama perempuan. Begitu juga dengan Sam. Sam, nama panggilan untuk Samantha, atau Sam untuk Samuel.

"Apa kabar?" sahut John, memperkenalkan dirinya sebagai kawan lama suaminya. Setelah bercerita sedikit tentang awal pertemuannya dengan Sam dan perjalanannya ke Edna, ia kemudian mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya, lalu diberikannya kepada Karen sebagai tanda pertemanan baru. "Sam menyukai ini."

Karen membuka bungkusnya dan mendapatkan sebuah buku bersampul indah dengan sebuah kartu ucapan di atasnya. Sambil mengelus perutnya yang membuncit, dia membacakannya untuk Sam.

Untuk Sam Simmons.

Persahabatan selamanya.

John J. Cotton.

"Sangat menyentuh," ucap Karen mengagumi persahabatan mereka.

* *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun