Mohon tunggu...
jingga merona
jingga merona Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Meronalah, jingga... kau kan temukan jiwamu...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Belajar Itu Pada Siapa Saja

9 Mei 2012   00:49 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:32 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebetulan aku adalah salah satu anggota Multilevel Marketing (MLM) Syari'ah di kotaku. Mereka akan mengadakan seminar kesehatan. Aku diminta untuk mempromosikan acara tersebut. Aku pun mulai mempromosikannya hanya dengan tiket seminar. Info yang tertulis disitu hanya nama acara, tema, dan waktu, serta aturan untuk berpakaian rapi dan sopan, dan tepat waktu.

Aku pun mulai mempromosikan seminar tersebut. Pertama, aku mempromosikannya melalui grup di facebook yang kubuat untuk mempromosikan obat-obatan herbal yang dijual di MLM tersebut. Aku scan tiketnya, kemudian kuunggah. Keterangan yang kutambah adalah sesi pertama dari pukul 7.45-12.00 dan sesi kedua dari pukul 13.30-16.00. Banyak yang berkomentar. Komentar yang dominan adalah fasilitasnya apa saja?. Aku mulai berpikir. Karena fasilitasnya pun tidak ada, kalau yang dimaksud mereka sertifikat. Tidak ada sertifikat, yang ada ilmu yang luar biasa dari pakar herbal Jakarta, jelasku pada mereka. Kesimpulanku, ternyata orang-orang yang mengikuti seminar bukan melihat pengetahuan yang akan didapat dari seminar itu tetapi sertifikat dan makananlah yang terpenting. Komentar berikutnya adalah, siapa nama pematerinya? Aku hanya menjawab, pematerinya pakar herbal dari Jakarta. Hanya itu yang kujawab tanpa menyebut nama pematerinya karena aku pun tidak tahu dan namanya tidak tertulis di tiket. Keesokan harinya, aku bertanya pada penyelenggara seminar, siapa nama pematerinya. Salah seorang bapak yang juga merupakan seorang sarjana agama mengatakan, Itulah sombongnya mahasiswa. Yang penting itu APA yang dikatakannya, bukan SIAPA yang mengatakannya. Coba lihat tukang becak itu, kita bisa mengambil pelajaran hanya dari tukang becak itu.

Betapa malunya aku saat itu. Tetapi aku pun langsung mengangguk-angguk ketika dia menjelaskannya. Karena tiba-tiba saja skemataku terbuka, dan aku ingat, aku dulu pernah belajar dengan kata-kata itu. Yang penting itu APA yang disampaikannya, bukan SIAPA yang menyampaikannya.

Subhanallah, ternyata terkadang kita begitu egois, yang kadang hanya melihat orang yang berbicara, lantas langsung mempercayai ucapannya, tanpa cek dan ricek terlebih dahulu. Seperti omongan seorang calon gubernur yang kita sukai. Kita percaya janji-janjinya. Tapi setelah menjabat, lihatlah, betapa ingkarnya dia.

Belajar itu pada siapa saja. Pada seseorang yang selalu mengucapkan terima kasih pada seorang tukang parkir walaupun mungkin menganggap bahwa uang 500, 1000, 2000 itu sudah wujud dari ucapan terima kasih tersebut. Belajar dari ibu kantin yang selalu tersenyum ramah kepada pembelinya walau terkadang banyak keluhan yang dia terima. Belajar dari seorang dosen yang tanpa canggung meminta maaf pada mahasiswanya karena telat satu hari mengembalikan revisi proposal mahasiswa. Belajar dari seorang tukang bangunan, yang siang hari dia rela membersihkan diri dari kotoran cat dan semen, hanya untuk menunaikan ibadah sholat zhuhur. Belajarlah pada siapa saja, karena hikmah itu, pelajaran itu, ada pada siapa saja. Bukan hanya pada kata-katanya, tapi juga pada tingkah lakunya.

Mari belajar pada siapa saja... ^_^

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun