Aku menyadari bahwa semua orang yang datang akan pergi. Tidak peduli seberapa lama orang itu bersama kita, dia pasti akan pergi meninggalkan kita.Â
Kini dia sudah bahagia di atas sana dan tidak merasakan sakit lagi. Dia jarang mengeluh padaku tentang penyakitnya. Dia selalu terlihat kuat dan bahagia saat bersamaku, namun aku tahu bahwa dia juga sering merasa dunia terlalu jahat padanya saat dia mati-matian melawan penyakitnya. Aku tahu dia butuh sandaran namun dia tidak pernah memintaku untuk menjadi sandarannya. Aku bodoh, aku bodoh karna telat menyadari hal itu.
Waktu tidak dapat diubah dan aku hanya bisa menerima semuanya dengan lapang dada. Laut ini akan menjadi saksi betapa aku sangat mencintai dan merindukannya. Meskipun kamu sudah tidak ada, aku akan tetap pergi ke sini dan membawakan bunga untukmu, mendoakan-mu agar kamu diterima di sisi-Nya.Â
Laut ini tahu seberapa besar rasa cintaku padamu walaupun kamu sudah tidak ada disini.Â
"Masa lalu akan selalu jadi pemenangnya." Aku percaya pada kalimat ini, aku tidak tahu apakah aku bisa mencintai pria lain dengan rasa cinta sebesar saat aku mencintaimu. Namun aku tahu aku harus melanjutkan hidupku dan move on darimu. Aku tidak tahu apakah aku bisa, tapi aku akan mencobanya.Â
Aku menyeka air mataku menggunakan jari ku dan tersenyum pada langit malam yang indah. Aku belum benar-benar melepaskannya, tapi aku akan berusaha untuknya.
"Selamat tinggal semestaku, kau sudah berusaha keras untuk melawan penyakitmu namun takdir berkata lain. Takdir membawamu pergi jauh dariku namun aku tahu ini yang terbaik untukmu. Aku mencintaimu meskipun hadirmu kini tak lagi bersamaku. I will always love you, my universe. I really did."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H