Aku menolehkan kepalaku kesamping dan pandangan ku tertuju pada wajah pria yang aku kagumi selama beberapa bulan terakhir. Iris matanya berwarna hitam yang dalam dan tatapannya secara ajaib bisa membuatku tenang dalam seketika. Senyum tipis tersungging di bibirnya dengan lembut saat dia kembali menolehkan pandangannya ke arah laut yang luas dan berwarna biru gelap. Langit yang berwarna hitam kebiru-biruan itu terlihat damai saat air saling bertabrakan dengan pelan di lautan yang tentram.Â
Melihatnya duduk di sampingku membuat hatiku berdebar dengan kencang. Saat cahaya bulan menyinari wajahnya dia terlihat sangat indah dan sempurna. Aku menyandarkan kepalaku di bahunya dengan perlahan. Tatapan kami tertuju ke arah lautan yang terlihat damai dengan langit berwarna gelap namun tetap terang karena ada bintang dan bulan di atas sana.
Suara deburan ombak membuat kami berdua tenang. Senyum tipis tersungging di bibirku saat aku menikmati momen ini bersama pria yang membuatku jatuh sedalam ini untuk pertama kalinya. Namun, ... itu semua tidak bertahan lama.
...Â
Kini aku datang kembali ke tempat dimana kami sering menghabiskan waktu kami bersama. Malam yang dingin dengan angin yang berhembus ke rambutku membuatku mengingat semua kenangan bersamanya. Aku membawa setangkai bunga Primrose di tanganku. Bunga Primrose merupakan bunga yang melambangkan cinta abadi.Â
Aku duduk di tempat biasanya aku bercerita tentang hariku padanya dan menyandarkan kepalaku di bahunya saat aku merasakan dunia sangat berat dan kejam. Mengeluh di depannya dan bahkan menangis di depannya. Pelukan nya yang hangat masih berbekas di dalam hatiku dan saat dia memberiku semangat serta kata kata menenangkan kedalam telingaku.Â
Aku menaruh bunga itu disampingku dengan lembut. Kini aku tidak bisa merasakan kehangatan pelukannya lagi untuk selamanya. Dia, sudah pergi ke tempat yang indah di atas sana.Â
Dia membohongiku, dia berbohong saat dia bilang dia akan sembuh dan semua akan baik baik saja. Dengan senyumannya yang lembut dia berhasil meyakinkanku, dan dengan bodohnya aku percaya pada perkataannya saat aku tahu bahwa itu tidak akan pernah terjadi.Â
Aku menatap ke arah langit saat aku terduduk di pinggir laut dengan bunga Primrose di sampingku. Sinar bulan menyinari bunga itu yang membuat bunga itu terlihat sangat indah- sama seperti dia.Â
Diantara bintang-bintang di langit ada satu bintang yang bersinar sangat terang di atas sana. Bintang itu mirip dengannya, dia menyinariku di saat aku tenggelam di tempat yang gelap, mengulurkan tangannya untukku saat aku terjebak di sebuah kotak yang sempit dan dipenuhi dengan perkataan jahat dari orang lain.Â
Aku bisa membayangkan dia tersenyum manis padaku dari atas sana- membuatku menyadari bahwa dia tidak benar-benar meninggalkanku sepenuhnya. Dia abadi di dalam hatiku, dan dia akan selalu abadi... Aku merasakan setetes air mata mengalir di pipiku. Setetes demi setetes dan akhirnya aku tidak bisa menahannya lagi, aku akhirnya menangis.Â