Belakangan topik mengenai 'Overthinking' sedang naik daun-bukan makna harfiah. Banyak sekali penyebab penyakit nokturnal ini.Â
Solusi-solusi yang katanya ampuh menghilangkan penyakit pikiran ini banyak sekali bersliweran. Apakah benar solusi-solusi itu dapat melenyapkan overthinking?Â
Pengobatan setiap orang tidak selalu sama, maka saya menawarkan salah satu opsi solusi-seperti penyedia solusi-solusi overthinking lain- untuk mengurangi atau sekadar meredakan rasa tidak nyaman ketika penyakit ini menyerang. Setidaknya lebih bisa dikendalikan daripada sebelumnya.
Untuk mengikuti solusi ini anda harus benar-benar berniat, alihkan pikiranmu jalan-jalam tak karuan terlebih dulu untuk diam dan fokus pada beberapa buku di bawah.Â
Memang, terkadang orang ingin sembuh dari penyakit tetapi malas untuk minum obat. Jangan lakukan hal tersebut. Ingat! Haha, selesai basa-basi saya.
1. Buku prosa monolog karya Albert Camus yang berjudul The Fall. Mungkin kalian akan perfikir hal ini adalah utopia. Khayalan tingkat tinggi. Karya sastra tidak bisa mempengaruhi seseorang sedalam itu bukan? Benar, tidak akan langsung mengubah hidup seseorang, lebih ke sebagai pemantik.Â
Tema karya sastra yang anda baca akan, setidaknya menyalakan api baru dalam diri anda, bagaimana anda menggunakan api itu yang berpengaruh.
Narator dalam The Fall, Jean, mencoba berbicara kepada pembaca mengenai hidupnya. Bagaimana ia sering sekali memikirkan makna kemanusiaan dalam dirinya. Bisakah ia menjadi ini dan itu. Bagaimana sesuatu dalam dunia ini seperti jam dinding. Berputar pada poros dengan tatanan yang sudah ditentukan.Â
Manusia, pada akhirnya hanyalah manusia. Bagaimanapun anda memahami kehidupan, anda akan tetap bertingkah manusiawi. Satu hal yang paling saya sukai dalam monolog ini, Jean seringkali merasa gelisah apakah ia sudah menutup pintu ketika ia menjelang tidur.Â
Begitu manusiawi. Hikmah saya, manusia adalah manusia. Segala hal yang anda lakukan adalah manusiawi yang kebanyakan juga dilakukan oleh manusia lain.