Mohon tunggu...
Jingga OktavianaRamadhani
Jingga OktavianaRamadhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori Psikososial Erik Erikson : Memahami Tahapan Perkembangan Manusia dari Kelahiran hingga Dewasa

18 Januari 2025   09:28 Diperbarui: 18 Januari 2025   09:28 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teori Psikososial Erik Erikson: Memahami Tahapan Perkembangan Manusia dari Kelahiran hingga Dewasa

Perkembangan psikososial adalah aspek penting dalam kehidupan manusia yang mencakup interaksi antara aspek psikologis dan sosial yang mempengaruhi kepribadian dan perilaku seseorang sepanjang hidup. Salah satu teori yang paling berpengaruh dalam psikologi perkembangan adalah teori psikososial yang dikemukakan oleh Erik Erikson. Teori ini mengusulkan bahwa perkembangan manusia terjadi melalui delapan tahap sepanjang kehidupan, dan setiap tahap membawa tantangan psikososial yang harus dihadapi individu. Menurut Erikson, kesuksesan dalam menyelesaikan tantangan-tantangan tersebut berperan besar dalam membentuk identitas dan kesejahteraan psikologis seseorang.

Artikel ini akan mengulas secara mendalam tentang teori psikososial Erik Erikson, tahapan-tahapan yang dijabarkannya, serta bagaimana teori ini dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan pendidikan.

Siapa Erik Erikson?

Erik Homburger Erikson (1902--1994) adalah seorang psikolog Jerman-Amerika yang dikenal dengan teori perkembangan psikososialnya. Ia mengembangkan teori ini setelah terinspirasi oleh karya Sigmund Freud, tetapi Erikson berbeda dalam banyak hal, terutama dalam cara pandangnya terhadap peran sosial dalam perkembangan. Erikson berpendapat bahwa perkembangan individu tidak hanya dipengaruhi oleh faktor biologis dan pengalaman masa kecil (seperti yang dikemukakan oleh Freud), tetapi juga oleh interaksi sosial sepanjang hidup.

Konsep Dasar Teori Psikososial Erikson

Erikson mengemukakan bahwa perkembangan manusia terjadi dalam delapan tahap, mulai dari masa bayi hingga dewasa. Setiap tahap menghadirkan konflik psikososial yang harus dihadapi individu untuk tumbuh dan berkembang dengan sehat. Keberhasilan dalam menyelesaikan konflik di setiap tahap menghasilkan kelebihan psikososial yang mempersiapkan individu untuk tantangan berikutnya, sementara kegagalan dapat menghasilkan kesulitan dalam pengembangan diri dan hubungan sosial di masa depan.

Erikson percaya bahwa perkembangan adalah proses yang berkelanjutan dan berlanjut sepanjang hidup. Ia juga menekankan bahwa keberhasilan dalam satu tahap tidak hanya mempengaruhi tahap berikutnya, tetapi juga memiliki dampak yang lebih besar pada kesejahteraan psikologis seseorang secara keseluruhan.

Delapan Tahap Perkembangan Psikososial menurut Erikson

1. Kepercayaan vs. Ketidakpercayaan (0-18 bulan) Pada tahap pertama, bayi memulai kehidupan mereka dengan tugas utama untuk mengembangkan rasa percaya terhadap dunia dan orang-orang di sekitar mereka, terutama kepada pengasuh. Jika bayi mendapatkan perhatian yang konsisten, kasih sayang, dan keamanan dari orang tua atau pengasuhnya, mereka akan mengembangkan rasa percaya. Sebaliknya, jika kebutuhan mereka tidak terpenuhi atau mereka merasa terabaikan, mereka akan mengembangkan ketidakpercayaan terhadap dunia dan orang lain.

Keberhasilan: Kepercayaan yang mendalam terhadap dunia dan orang lain.

Kegagalan: Ketidakpercayaan yang mendalam dan ketakutan terhadap dunia luar.

2. Otonomi vs. Rasa Malu dan Keraguan (18 bulan -- 3 tahun) Pada tahap ini, anak mulai mengembangkan otonomi atau kemandirian. Mereka mulai belajar untuk mengontrol tubuh mereka (misalnya, toilet training) dan menjadi lebih mandiri dalam berbagai aktivitas. Jika orang tua memberikan kebebasan yang cukup namun tetap memberikan bimbingan yang tepat, anak akan merasa otonomi dan percaya diri. Namun, jika orang tua terlalu mengendalikan atau terlalu banyak mengkritik, anak dapat mengembangkan rasa malu dan keraguan terhadap kemampuan diri mereka.

Keberhasilan: Rasa percaya diri dan kemampuan untuk membuat keputusan.

Kegagalan: Perasaan malu dan ketidakmampuan untuk membuat pilihan sendiri.

3. Inisiatif vs. Rasa Bersalah (3-6 tahun) Pada tahap ini, anak-anak mulai mengembangkan rasa inisiatif saat mereka mulai mengeksplorasi dunia sekitar mereka dan mencoba hal-hal baru. Mereka mulai mengambil keputusan tentang apa yang ingin mereka lakukan. Jika orang tua mendukung eksplorasi ini dan memberikan ruang bagi anak untuk mencoba tanpa takut dihukum, mereka akan merasa memiliki inisiatif. Sebaliknya, jika orang tua terlalu kritis atau menghalangi eksplorasi, anak akan merasa bersalah atas tindakan mereka.

Keberhasilan: Keinginan untuk mengambil inisiatif dan mencoba hal baru.

Kegagalan: Rasa bersalah yang berlebihan dan rasa takut akan kegagalan.

4. Kerja Sama vs. Inferioritas (6-12 tahun) Pada tahap ini, anak-anak mulai mengembangkan keterampilan sosial dan bekerja sama dengan teman sebaya. Mereka belajar bekerja dalam tim dan mulai merasa kompeten dalam aktivitas yang mereka lakukan. Jika anak merasa dihargai dan diterima oleh teman-temannya, mereka akan mengembangkan rasa kompetensi. Namun, jika mereka merasa gagal atau tidak diterima oleh teman-temannya, mereka bisa merasa inferior dan kehilangan rasa percaya diri.

Keberhasilan: Rasa percaya diri dalam kemampuan dan keterampilan sosial.

Kegagalan: Rasa inferioritas dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi secara sosial.

5. Identitas vs. Kebingungan Identitas (12-18 tahun) Remaja dihadapkan dengan pencarian identitas diri yang lebih mendalam, mencari tahu siapa mereka dan bagaimana mereka ingin dilihat oleh orang lain. Jika mereka berhasil mengintegrasikan pengalaman dan peran yang berbeda, mereka akan mengembangkan identitas yang kuat. Namun, jika mereka gagal untuk memahami siapa mereka atau merasa bingung tentang peran mereka di dunia, mereka akan mengalami kebingungan identitas.

Keberhasilan: Pembentukan identitas pribadi yang kuat dan stabil.

Kegagalan: Kebingungan tentang identitas dan tujuan hidup.

6. Intimasi vs. Isolasi (18-40 tahun) Pada tahap ini, individu mulai mencari hubungan intim yang lebih dalam dan lebih berarti, baik dalam bentuk persahabatan maupun hubungan romantis. Jika mereka berhasil membangun hubungan yang sehat dan intim, mereka akan merasa terpenuhi dan terhubung dengan orang lain. Sebaliknya, jika mereka kesulitan untuk membuka diri dan berkomitmen pada orang lain, mereka akan merasa terisolasi dan kesepian.

Keberhasilan: Hubungan yang intim dan sehat.

Kegagalan: Isolasi emosional dan kesepian.

7. Produktivitas vs. Stagnasi (40-65 tahun) Pada tahap ini, individu berfokus pada kontribusi terhadap masyarakat, pekerjaan, dan keluarga. Mereka mencari cara untuk memberikan makna dan tujuan dalam hidup mereka. Jika mereka merasa bahwa mereka telah berkontribusi secara positif dan membimbing generasi berikutnya, mereka akan merasa produktif. Namun, jika mereka merasa bahwa hidup mereka tidak memberikan dampak atau pencapaian, mereka akan merasa stagnan.

Keberhasilan: Kontribusi yang bermakna dan rasa pencapaian.

Kegagalan: Perasaan stagnasi dan ketidakpuasan.

8. Integritas vs. Keputusasaan (65 tahun ke atas) Pada tahap ini, individu merenung tentang hidup mereka dan apa yang telah mereka capai. Jika mereka merasa puas dengan hidup mereka dan dapat menerima pencapaian serta kegagalan mereka, mereka akan merasa integritas. Namun, jika mereka merasa hidup mereka sia-sia atau penuh penyesalan, mereka akan merasa keputusasaan.

Keberhasilan: Rasa integritas dan kepuasan terhadap hidup.

Kegagalan: Penyesalan dan keputusasaan.

Aplikasi Teori Erikson dalam Kehidupan Sehari-hari

Teori psikososial Erikson memberikan wawasan yang berharga tentang bagaimana setiap tahap perkembangan berkontribusi pada pembentukan kepribadian dan kesejahteraan psikologis. Dalam konteks pendidikan dan pembelajaran, teori ini mengajarkan pentingnya dukungan sosial dan emosional dalam membantu individu melewati setiap tahap perkembangan dengan sukses.

Pendidikan Anak: Guru dan orang tua dapat membantu anak-anak mengembangkan rasa percaya diri, inisiatif, dan kompetensi dengan memberikan dukungan yang tepat di setiap tahap perkembangan mereka.

Bimbingan Remaja: Remaja yang sedang mencari identitas diri dapat diberi kesempatan untuk mengeksplorasi berbagai peran dan nilai, serta mendiskusikan tantangan yang mereka hadapi dalam membangun identitas mereka.

Pekerjaan dan Karier: Individu yang berada pada tahap produktivitas dapat didorong untuk menemukan makna dalam pekerjaan mereka dan berkontribusi pada komunitas, sementara yang berada pada tahap integritas dapat diberikan kesempatan untuk merenung dan memberikan nasihat kepada generasi muda.

Teori psikososial Erik Erikson memberikan pandangan yang mendalam tentang bagaimana individu berkembang dari bayi hingga dewasa melalui delapan tahap yang penuh dengan tantangan psikososial. Keberhasilan atau kegagalan dalam menghadapi tantangan ini berperan besar dalam membentuk kepribadian dan kesejahteraan psikologis seseorang. Dengan memahami teori ini, kita dapat lebih peka terhadap kebutuhan emosional dan sosial individu di setiap tahap kehidupan, serta memberikan dukungan yang sesuai untuk membantu mereka tumbuh dan berkembang dengan sehat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun