Mohon tunggu...
Jina Maria
Jina Maria Mohon Tunggu... Mahasiswa - Masih Mahasiswa

Suka mengexplore hal hal baru yang menarik

Selanjutnya

Tutup

KKN Pilihan

Duduk Bersama "Teman"

1 Juli 2024   01:02 Diperbarui: 1 Juli 2024   01:03 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari 17 orang pada tim KKN ini, ada 9 orang anak jurusan ilmu hukum yang harus ke kota terdekat dari desa hari ini untuk mencari sinyal untuk mengikuti kelas Zoom. Ini adalah minggu terakhir berada di desa ini, perkuliahan sudah dimulai juga. Dosen kami ini tidak mau memberikan keringanan bagi yang tidak dapat mengikuti.

Semuanya menikmati perjalanan satu setengah jam menuju kota dan segera mengikuti zoom. Kami pergi menggunakan mobil pick up. 

Perjalanan pulang harus dilanda kekhawatiran sebab langit yang tadinya cerah tiba tiba mendung dan memperdengarkan bunyi guntur yang berulang. 

"Sudah jam 6, kita harus pulang sekarang sebelum kemalaman" ucap ketua ditengah perbincangan haha hihi tongkrongan kkn ini.

" yah baiklah, seram juga duduk di belakanh pick up itu melewati hutan kalau kemalaman" Jawab Andra

Mereka segera berjalan menuju parkiran samping cafe itu dan satu per satu naik ke pick up. Iqbal selaku ketua menyetir di depan di temani Andra dan Johan. 

" Eh, tapi kalau dilihat lihat ini sudah mendung banget, pasti di tengah bakalan ada hujan meski sedikit" ucap Eci

"Basah gapapa sih, kita udah tinggal pulang juga, tapi ini ada laptop gimana yaa?" sahut uci sambil mengangkat tas laptopnya

"Kita kumpulin aja barang elektronik laptop, hp, tws, masukin satu tas ini. Kita taro di depan biar ga basah" Usul Rina

"Boleh deh, mending ga pegang hp dulu daripada basah kuyup tar rusak" jawab Ina

Merekapun melakukan seperti yang direncanakan. Tidak ada satupun mereka dibelakang yang menyisihkan satu handphone, karena mereka sendiri tidak menyangka akan membutuhkan itu. 3 mahasiswa duduk didepan, menyisakan 5 mahasiswi dan 1 mahasiswa duduk di bak pick up itu. 

"Pulang dari kkn ini kita nongkrong di kota ya gaes"

"Ahahaha, aneh rasanya pasti kita terbiasa di posko bersama lalu harus pulang nongkrong masing-masing setelahnya"

Pembicaraan ringan terus bergulir sepanjang perjalanan kembali menuju posko di desa, setidaknya untuk 15 menit pertama.

Tidak disangka, baru seperempat masuk ke jalan kosong dengan pohon pohon tinggi, hujan tiba-tiba turun dengan derasnya. Semua teman-teman yang duduk di bak belakang segera sebisa mungkin menggunakan jaket atau terpal kecil yang ada disitu untuk menutup kepala. 

Suasana di pick up itu menjadi hening pembicaraan namun sekaligus berisik dengan suara hujan yang mendera serta suara besi pick up yang tertabrak air. 

" Eci, bagi sedikit jaket muu, deras sekali aku sampai tidak bisa buka mata" teriak uci pada teman disampingnya yang kemudian membagi jaketnya. 

Ina membagi terpal kecil dengan rina dan Juan. "Tika, sini bergeser ke terpal ini, jaketmu tipis sekali sudah basah semua itu" Teriak Ina ketika melihat tika yang wajahnya sudah ditempeli jaketnya yang sudah basah kuyup. Tika tak bergeming sedikitpun atas ajakan Ina.  Semua mengira Tika hanya tidak mendengar karena derasnya hujan saat itu. 

Langit seketika menjadi sangat gelap dengan cepat mengingat kondisi sudah hujan deras dan sudah memasuki pukul setengah tujuh malam saat itu. 

Suasanan menjadi mencekam ketika perlahan semua menyadari bahwa Tika tiba-tiba mulai bergoyang duduknya kedepan dan kebelakang. Ina yang pertama menyadari itu menyenggol Rina dan Juan untuk melihat kearah Tika. Mereka berpandangan setidaknya 3 detik lalu memberitahukan pada Eci dan Uci untuk melihat kearah Tika. Kebetulan posisi Tika di bagian paling belakang sendirian.

"AHAHAHHAHAHAHAHA", Tika tiba-tiba saja tertawa sangat kencang, seolah terbahak-bahak akan sesuatu yang lucu.

Semua pucat seketika ketika itu terjadi. "IQBAL! Ada sesuatu, berhenti sebentar!" Teriak Juan ke arah depan. Namun laju pick up itu tetap pada kecepatannya tidak memelan sedikitpun, 65km/jam. Dia pasti tidak mendengar itu dengan kaca yang tertutup dan hujan yang sedang deras-derasnya. 

Tika tidak berhenti tertawa dengan keadaan jaket tipis menutupi wajahnya. Semuanya ketakutan tidak ada yang berani menarik jaket tipis itu. "Tika, ini sama sekali tidak lucu" Teriak Uci dengan wajah paniknya, berharap bahwa Tika hanya sedang menakuti semua orang.

Tidak sama sekali. Semua sadar keadaan semakin serius ketika Tika tiba-tiba berdiri di tengah kecepatan pick up itu. "TIKA! HATI HATI!" Teriak Ina

"TIKA KAU MAU KEMANA?!" Juan segera sigap menahan kaki Tika, semuanya panik. Tika berbalik membelakangi mereka dan terlihat mencoba untuk melompat keluar dari pick up itu. Seketika semuanya menjadi panik tak karuan melihat itu.

Tika terjatuh karena tarikan Juan yang semakin kuat. DUAGHH. Tika terus menendang kuat kearah Juan yang sedang menahan kakinya. Tidak ada lagi yang mempedulikan jaket dan terpal, Eci segera merangkak kebelakang juga untuk membantu Juan menahan kaki Tika. Uci menggedor gedor kaca yang terletak di tengah pick up berharap teman-temannya yang berada di depan mendengar. Ina juga berteriak kedepan memanggil teman-temannya di dalam, cemas kalau Tika benar-benar lompat dan malah tertinggal. 

Rina kemudian secara tiba tiba mengambil terpal yang tadinya dipakai untuk meneduh untuk kemudian di tutupi pada Tika dan dengan cepat meminta bantuan Juan dan Eci untuk membelitkan terpalnya pada tubuh Tika. Mereka cukup kesulitan karena terpal cukup licin dengan air hujan yang terus turun.

Rina kemudian menahan Tika dengan duduk diatasnya. "Bagaimana ini, apa... si Tika...." tanya Eci "Sepertinya iya" jawab Juan cepat. 

" Tidak jauh lagi, kita hanya perlu menunggu sedikit lagi" Ucap Ina. Tika tidak lagi memberontak dengan keras namun masih dengan tertawanya, membuat semua yang ada dibelakang terus melihatnya, takut.

"Kenapa mereka benar-benar tidak mendengar kita" Keluh Ina dengan duduk pasrah. 

"Apakah ini mungkin termasuk.. kau tau, seperti telinga ditutup?" Ucap Uci dengan wajah khawatir dan menatap ke kaca tengah. Terlihat mereka bertiga di dalam santai sekali padahal di belakang sini keadaan mencekam.

"HEI! RINA!" Teriak Eci keras tiba-tiba. Semua sontak menoleh kearah Rina. Masih duduk diatas Tika, namun sekarang hanya menatap kosong kedepan. Uci menatap tidak percaya dan sedikit mengeluarkan air matanya karena merasa semakin takut.

" Rina! Kumohon!" Juan menampar nampar pipi kanan Rina untuk membawanya kembali. Rina kemudian hanya menatap Juan datar tak bergeming. 

Semua ketakutan saat ini, tidak ada lagi yang berani untuk menyentuh atau dekat dengan Rina. Semua seketika memiliki spekulasi di kepala masing-masing. Apakah karena Rina menahan Tika.

"Kita sudah dekat, bertahan ya" Ucap Ina pelan pada Rina. Semua hanya berharap Rina tetap tenang tak bergeming seperti ini, tak ada yang sanggup untuk membayangkan jika Rina memberontak juga.

Benar, pick up itu kemudian melaju memasuki desa, suasananya sangat sepi. Keadaan sudah malam dan hujan sudah tidak sederas tadi. 

Mereka sampai di posko, mereka yang didepan turun dan bingung melihat wajah teman temannya yang berantakan dan terlihat sangat takut.  "Kalian ini benar-benar tidak mendengar teriakan kami hah?!" Ucap Juan keras saat mereka berbalik. Mereka bertiga hanya saling menatap kebingungan dan menggeleng. 

"Panggil siapapun, orang dewasa, pak RT, teman kita butuh bantuan, dan kita ga tau caranya" Ucap Juan lelah

Mereka semua turun dari pick up dan menyisakan Tika dan Rina diatas. Seluruh teman-teman yang tersisa di posko berhamburan keluar ketika Andra masuk dan berteriak mengabari. Tidak lama, kemudian Iqbal kembali bersama Pak RT dan beberapa orang lainnya yang turut serta. 

"Apakah kita perlu memanggil pendeta?" tanya Ina. "Tapi Tika Muslim" Jawab Uci

"Keduanya saja" Sahut Johan. 

Dengan bantuan teman-teman lainnya, mereka memindahkan Tika dan Rina kedalam posko.

Setelah di letakan terbaring juga Rina masih dengan tatapan kosong, sedangkan Tika tertawa keras dan sesekali menujuk beberapa orang disana. 

"Bagaimana kronologinya sampai bisa ada kesurupan begini?" Tanya Bu RT

"Jujur kurang tau bu, kami hanya sedang perjalanan pulang di pick up" Jawab Eci

" Mungkin kalian tadi ada salah bicara di sepanjang perjalanan?" 

Semua menggeleng pelan tak tahu. Akhirnya di datangkan pendeta dan ustad untuk kedua teman mereka, didoakan. 

Mereka sempat teriak teriak tidak jelas dan masih meracau sampai 2 jam kedepan, lalu tertidur.

Keesokannya teman-temannya berkeliling menunggu dan membangunkan mereka berdua pada pukul 6 pagi. Semuanya lega karena mereka berdua sudah kembali pada kesadarannya.

Ketika ditanya apakah mereka ingat, mereka hanya menjawab, "Aku ingat hanya duduk duduk saja bersama kalian hingga sampai kesini"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten KKN Selengkapnya
Lihat KKN Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun