Mohon tunggu...
Jhon DickyPurba
Jhon DickyPurba Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Munculkan inisiatif dari inspirasi untuk lebih ber inovasi dalam menunjang kreatifitas.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menjadi Pemimpin yang Transformasional Menurutmu

14 Desember 2023   01:37 Diperbarui: 15 Desember 2023   23:20 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mulai mencoba merangkai kata demi kata untuk menjadi kalimat, merangkai kalimat demi kalimat untuk menjadi paragraf dan merangkai paragraf demi paragraf agar menjadi artikel. Tulisan ini merupakan tulisan pertama saya di Kompasiana. Memberanikan diri menuangkan pemikiran lewat artikel, mengikuti lomba diselenggarakan oleh kopaja71 tentang menjadi pemimpin yang transformasional. 

Menjadi pemimpin memiliki tahapan demi tahapan sama halnya seperti menulis sebuah artikel. Ketika kita mampu memulai dan menyelesaikan suatu artikel artinya kita mampu juga menjadi seorang pemimpin yang menuangkan pemikiran-pemikirannya. Untuk menjadi seorang pemimpin terlebih dahulu kita harus mau dipimpin. 

Dari awalnya kita dipimpin kita belajar banyak hal terkait pimpinan kita. Mulai dari perlakuan sikap pimpinan yang seperti bos taunya hanya mengatur, sifatnya kapitalis, tidak transparan, dan bahkan melakukan penindasan membuat suatu kebijakan yang otoriter. Itu semua bisa kita rasakan ketika kita berada kepemimpinan seseorang dan telah saya rasakan sendiri ketika saya tergabung dalam berbagai organisasi. 

Proses pengamatan yang panjang menuntut saya harus menjadi pemimpin yang betul melayani dan menjadi sosok pemimpin yang tidak hanya memikirkan diri sendiri dan orang-orang terdekat saja melainkan harus mencakup seluruh aspek kehidupan manusia.

Bersarkan pengalaman saya ketika bergabung dalam beberapa organisasi yang berbeda, tentunya memiliki pemimpin yang beda pulak baik itu dari segi tujuan organisasi ataupun cara seorang pemimpinnya dalam menjalankan tugasnya. 

Dalam kehidupan berorganisasi hal yang wajar ketika dihadapkan pada satu konflik. Baik itu konflik internal maupun eksternal. Konflik internal biasanya antara individu dengan individu, individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok, semisalnya dalam pengambilan kebijakan tentunga ada pro dan kontra. Seorang pemimpin seharusnya mampu menyelesaikan konflik tersebut untuk tetap menjaga nama dari organisasi tersebut. 

Adapun konflik eksternal adalah ketika konflik terjadi antar organisasi yang berbeda harapan disini para pemimpin dari organisasi tersebut bisa mengambil jalan tengah untuk menghindari pertikaian. Bukan malah menyindir satu sama lain atau bahkan sampai baku hantam.  

Selama kita hidup tidak terlepas dari yang namanya masalah, tapi ingat semua masalah ada solusinya dan setiap solusi ada konsekuensinya. Seorang pemimpin yang transformasional harus mampu memikirkan ketahap konsekuensi terkecil dari setiap permasalahan yang ada.

Saya pernah dihadapan dengan suatu permasalahan dimana saya harus memilih satu diantara beberapa organisasi, mengingat  organisasi ini merupakan hitam dan putih tidak bisa bersatu. Posisi saya disini adalah abu-abu karena saya bisa duduk dengan teman-teman di barisan putih dan bisa juga duduk dibarisan hitam. Akan tetapi hal yang tidak mungkin untuk saya lakukan mendudukan barisan putih dan hitam ini  melihat konflik yang sudah pernah terjadi.

Tapi seiring bertambahnya wawasan dan pengalaman dimana saya mendapat pengalaman pemimpin dari barisan hitam dan pengalaman pemimpin dibarisan putih. Sehingga pada saat saya dibenturkan oleh permasalahan diluar harus ada teman yang membantu saya namun posisi saya masih abu-abu ,ketika saya meminta bantuan pada teman barisan putih tidak maksimal , begitu juga ketika saya meminta bantuan pada teman barisan hitam tidak maksimal juga. 

Dari sini saya belajar perlu warna dalam hidup saya tidak memilih antara hitam dan putih karena ketika saya tergabung dalam satu warna antara hitam dan putih otomatis akan ada yang menjadi musuh. Biru menjadi pilihan warna saya untuk mempersatukan hitam dan putih  jika di ibaratkan dengan alam smesta biru disiang hari dan biru dimalam hari. Antara siang dan malam tidak bisa bersatu tapi tetap ada biru yang melekat dengan ketulusan menemani siang dan malam. 

Pendapat saya ketika seorang sudah mampu menjadi biru dalam perspektif berarti dia sudah menjadi pemimpin yang transformasional karena mampu berada pada dua sisi yang berbeda dan mampu seimbang pada dua pendapat yang berbeda dan bisa mengambil warna sendiri dan saling diuntungkan. Bukan sekedar abu-abu saja yang tidak pernah dianggap keberadaannya tapi bisa duduk dimana-mana. 

Pemimpin transformasional memiliki kebijakan yang benar-benar bijak bukan hanya sekedar bijak menguntungkan sebelah pihak. 

Adapun strategi saya kedepannya untuk menciptakan pemimpin transformasional adalah dengan membentuk wadah tongkrongan "Partumpuan Work", Partumpuan diambil dari bahasa Simalungun bahasa daerah saya yang artinya perkumpulan dan Work dari bahasa inggris yang merupakan bahasa internasional artinya karya/kerja .  

Disini nanti akan membuat program-program untuk mempersatukan teman-teman yang dari barisan hitam dan barisan putih yang harapannya barisan-barisan itu bisa menghasilkan karya hingga skala internasional. Dan menciptakan pemimpin-pemimpin transformasional, dimulai dari mampu memimpin diri sendiri untuk mandiri dan kreatif dalam menyelesaikan suatu permasalahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun