Semestinya musim semi di Clairefontaine Kamis (09.05.2024) siang itu bersemi bagi Indonesia untuk lolos Olimpiade 2024. Sayangnya musim semi siang itu untuk rival Garuda Muda Indonesia, tim Syli Nationale Guinea.
Witan Sulaeman dan kawan-kawan pun harus menikmati musim semi dengan kekalahan 0-1 (0-1) atas tim U-23 Guinea dalam kesempatan terakhir play off menuju Olimpiade 2024 Paris di lapangan Centre National du Football de Clairefontaine.
Kesempatan emas bagi tim asuhan Shin Tae-Yong yang sudah di pelupuk mata pun akhirnya lepas, melalui gol tunggal tendangan penalti bintang Guinea Ilaix Moriba (21) yang tak tertepis kiper Garuda Muda, Ernando Ari di menit 29.
Wasit asal Perancis Francois Letexier menunjuk titik penalti atas pelanggaran kapten tim Garuda Muda, Witan Sulaeman mengganjal Algassime Bah yang tipis memasuki kotak penalti jelang setengah jam pertama pertandingan di lapangan latihan timnas Perancis, sekitar 50 km barat daya Paris.
Mantan gelandang klub Spanyol Barcelona yang kini main di klub La Ligue Perancis Getafe, Ilaix Moriba tak menyia-nyiakan kesempatan penaltinya. Dan tendangan menyamping sisi kanan dalam gawang pun gagal diantisipasi Ernando Ari.
Meski demikian, Syli Nationale Guinea sempat dibuat frustrasi juga ketika tendangan penalti kedua yang dilakukan Algassime Bah di menit 45+5 ditepis Ernando Ari dan melebar ke luar tiang kanan gawang. Padahal tendangan penalti itu seharusnya bisa membuahkan gol.
Insiden
Berbagai insiden pun terjadi, di lapangan yang nyaris tak berpenonton (dibatasi oleh FIFA dan juga Perancis dengan tak lebih dari 500 penonton) dan diwarnai beberapa kali putusan wasit Perancis yang lebih menguntungkan Guinea.
Penalti kedua yang dihadiahkan Francois Letexier pada Guinea pun kontroversial. Diprotes keras oleh Shin Tae-Yong, sampai-sampai pelatih asal Korea Selatan ini diusir oleh Letexier keluar lapangan dengan kartu merah. Karena, menurut Shin Tae-Yong, penalti itu diberikan pada menit 74.
Menurut protes Shin Tae-Yong, itu tidak perlu penalti. Lantaran kaki Alfeandra Dewangga lebih dulu menyentuh bola, ketimbang kaki pemain penyeranga Guinea. Beruntung, penalti Algassime Bah di menit 78 itu pun tak membuahkan gol.
Insiden pun sempat terjadi, ketika kepala kapten tim Garuda Muda Witan Sulaeman berbenturan dengan pemain tengah Guinea, sehingga kepala Witan harus dibebat (dan menurut Instagram isteri Witan, Rismahani Sulaeman) pemain FC Bhayangkara ini kepalanya perlu mengalami tiga jahitan.
Kepala Witan sempat dipocong, tetapi lepas-lepas terus. Dan dengan beberapa kali menyeringai kesakitan, pertandingan pun sempat menjalani injury time sekitar lima menit.
Peluang gol juga sempat dilakukan Witan di menit 59, ketika ia sempat 'mencuri' bola di sisi sayap kiri, tidak menendang langsung ke target gawang, akan tetapi malah mengoper pada Marselino Ferdinan. Dan Marselino berhasil dihalau tendangannya oleh pemain belakang Guinea.
Kondisi tim Garuda Muda sedang tidak baik-baik saja. Selain kapten tim Rizky Ridho yang tak bisa ikut main karena terkena kartu merah di pertandingan di Qatar, juga absennya Justin Hubner pemain andalan di lini belakang dan tengah Indonesia, tak mendapat izin dari klubnya Cerezo Osaka, lantaran klub Jepang itu tengah menghadapi lawan yang penting di liga dalam negerinya.
Pemain paling diandalkan di lini pengatur serangan, serta pertahanan, adalah Nathan Tjoe-A-On yang sungguh-sungguh menjadi palang pintu dan pengatur serangan tim Indonesia kali ini. Juga ada Ivar Jenner, maupun striker Rafael Struick dari ADO Den Haag, Belanda.
Lemparan Arhan juga sempat hampir membuahkan gol ketika lawan Guinea. Namun demikian, secara keseluruhan terutama di babak kedua, tim Guinea memang lebih hidup bangunan serangannya. Membuat beberapa kali Garuda Muda bikin blunder, termasuk juga Nathan sendiri, yang nyaris dibuat gol pemain Guinea karena pertahanannya nyaris lepas.
Dirugikan
Garuda Muda mendapat kesempatan "tuan rumah" dalam play off, upaya terakhir untuk lolos Olimpiade setelah Witan dkk gagal meraih peringkat ke-3 AFC U23 di Qatar dua hari sebelumnya, dikalahkan Irak 2-1.
Meski demikian, sejumlah kerugian justru dialami Indonesia. Cuaca dingin sekitar 12 derajat, serta kondisi kelelahan dan sejumlah pemain cedera, Marselino pun main dengan terpincang-pincang, Witan kepala dua kali dibebat.
Sementara wasit asal Perancis itu malah sering menuruti pemain-pemain Guinea yang sering melakukan diving, atau berlagak dikasari dan tergeletak di lapangan berlama-lama. Video Asisten Wasit (VAR) pun lebih banyak dicuekin dan tidak membantu menyelesaikan beberapa kali 'dispute' di lapangan.
Indonesia menjadi "tuan rumah" pertandingan, akan tetapi justru pemain-pemain Guinea yang umumnya sangat terbiasa main di Perancis, bahkan sebagian menganggap Clairefontaine adalah "tuan rumah kedua" mereka, membuat status itu justru berlaku untuk Guinea.
Karena yang lolos ke Olimpiade 2024 Paris dari play off Clairefontaine ini akan bergabung satu grup dengan Perancis di Grup A Olimpiade Paris, maka tak heran jika pertarungan Indonesia vs Guinea kali ini "diintip" oleh pelatih Timnas Perancis, Thierry Henri. Guinea, yang lolos Olimpiade karena menang lawan Indonesia, berada di Grup A bersama finalis Piala Dunia, Perancis, Amerika serta Selandia Baru.
Guinea merupakan tim terakhir yang lolos ke Paris. Adapun 15 tim lainnya yang sudah lebih dulu lolos adalah: Jepang, Uzbekistan dan Irak (lolos melalui jalur AFC U23 Qatar).
Piala Concacaf U-20 tahun 2022 meloloskan Amerika Serikat dan Republik Dominika. Â Piala Eropa U-21 2023 meloloskan Spanyol, Israel dan Ukraina. Lalu melalui jalur Piala Afrika U-23 2023 meloloskan Maroko, Mesir dan Mali. Afrika tambah satu lagi Guinea yang menang lawan peringkat 4 AFC U23 Indonesia.
Kemudian Zona Oceania meloloskan Selandia Baru. Zona Conmebol meloloskan Paraguay dan Argentina. Sepak bola Olimpiade akan berlangsung 24 Juli hingga 9 Agustus 2024 mendatang. *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H