Mohon tunggu...
Jimmy S Harianto
Jimmy S Harianto Mohon Tunggu... Jurnalis - Mantan Redaktur Olahraga dan Desk Internasional Kompas

Redaktur Olahraga (1987-1993), Wakil Redaktur Opini dan Surat Pembaca (1993-1995), Redaktur Desk Hukum (1995-1996), Redaktur Desk Features dan Advertorial (1996-1998), Redaktur Desk Internasional (2000-2003), Wakil Redaktur Kompas Minggu (2003-2008), Redaktur Desk Internasional (2008-2012)

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Rizky Ridho dkk Tentukan Nasib Tanpa Sorak Penonton

9 Mei 2024   10:02 Diperbarui: 9 Mei 2024   15:41 669
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah berhari-hari bertanding di bawah tempik-sorak ribuan pendukung Indonesia di Stadion Abdullah bin Khalifa di Doha Qatar, Rizky Ridho dan kawan-kawan hari Kamis (09.05.2024) petang ini mulai 20.00 WIB harus menjalani pertandingan hidup mati play-off kualifikasi Olimpiade 2024 di stadion sunyi tanpa penonton.

Pertandingan Guinea vs Garuda Muda Indonesia -- masing-masing adalah juara ke-4 Piala Afrika U23 serta Piala Asia U23 -- dilangsungkan di sebuah lokasi yang biasa dipakai berlatih timnas Perancis di Clairefontaine-en-Yvelines sekitar 50 km barat daya Paris, Perancis. Kapasitas penonton stadionnya maksimum hanya 500 orang.

Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) maupun Federasi Sepak Bola Guinea (FGF) sudah sejak hari Minggu (05.05.2024) lalu seusai Indonesia bertanding lawan Irak di perebutan juara 3-4, menyampaikan bahwa duel penentuan satu tempat Olimpiade antara Indonesia vs Guinea digelar tertutup tanpa penonton "demi alasan keamanan".

FIFA tidak menjelaskan lebih rinci lagi, hanya saja pihak Perancis tidak mengizinkan pertandingan play off antara Guinea dan Indonesia ini dilangsungkan pakai penonton, demi alasan "keamanan menjelang diselenggarakannya Olimpiade 2024 Paris..,"

Rekor Penonton Indonesia

Penyelenggaraan di stadion sunyi tanpa penonton ini tentu saja tidak menguntungkan bagi pihak Indonesia, yang selama berhari-hari didukung ribuan penonton -- yang tidak hanya datang dari sekitar Qatar serta wilayah Arab saja, akan tetapi mereka yang datang dari Indonesia.

Pertandingan perempat final antara Indonesia vs Korea Selatan hari Jumat (02.04.2024) menurut AFC disaksikan oleh 9.105 penonton, atau setara dengan 89 persen seluruh kapasitas Stadion Abdullah bin Khalifa yang maksimum bisa menampung 10.221 kursi penonton.

Jumlah penonton ini hanya dikalahkan oleh pertandingan pembukaan antara tuan rumah Qatar melawan Garuda Muda Indonesia, yang total dihadiri rekor 8.867 penonton di Stadion Jassim bin Hammad. Garuda Muda semakin bertambah penontonnya, sebaliknya laga tuan rumah Qatar malah semakin berkurang penontonnya.

Indonesia vs Australia, yang menjadi catatan hangat di AFC dengan kemenangan 1-0 atas tim favorit Australia, Indonesia dihadiri 2.925 pendukung yang datang dari Qatar, Arab dan sekitarnya serta dari Jakarta.  

Ketika memenangi pertandingan akhir di Grup lawan Yordania di Stadion Abdullah bin Khalifa, pendukung Indonesia yang nonton ada lebih dari 5.000 penonton. Tepatnya, 5.632 kursi di tribun terisi pendukung Indonesia!

Perempat final Indonesia vs Korea Selatan menjadi puncaknya, yang menurut Duta Besar RI di Qatar Ridwan Hassan kepada pers, hampir 80 persen kursi stadion Abdullah bin Khalifa diisi pendukung dari Indonesia. Dengan kapasitas 10.000an, maka pendukung Indonesia vs Korea mencapai sekitar 8.000 an bahkan 9.000 lebih.

Takut digeruduk Indonesia?

Sehingga ketika pihak FIFA dan Federasi Sepak Bola Guinea menyampaikan, bahwa pertandingan play off di Paris 9 Mei 2024 dilangsungkan tertutup tanpa penonton? Pihak Indonesia pun menduga, jangan-jangan dikawatirkan penonton-penonton Indonesia menggeruduk pertandingan ini...

Hanya diungkapkan, "Demi keamanan menjelang penyelenggaraan Olimpiade" pihak Perancis melarang pertandingan Indonesia vs Guinea berlangsung pakai penonton. Dan ini tentu bisa terjadi, lantaran tempat pertandingan -- meskipun letaknya cukup jauh, sekitar 50 km barat daya Paris -- namun Clairefontaine-en-Yveslines toh tidak terlalu jauh.

Apalagi, sejumlah pemain Indonesia yang bermain di Eropa seperti Nathan Tjoe-A-On yang diandalkan Shin Tae-Yong di lini pertahanan Garuda Muda, "tinggal nyeberang jalan" lantaran ia bermain di divisi satu (eerste divisie) SC Heerenveen Belanda. Demikian juga pemain-pemain andalan Indonesia lainnya seperti striker Rafael Struick -- si pencetak dua gol di gawang Korea -- juga bermain di klub Eropa ADO Den Haag, Belanda.

Apalagi untuk pertandingan play off di Clairefontaine kali ini, Shin Tae-Yong juga memanggil Elkan Baggott -- pemain belakang kelahiran Belanda yang kini masih punya kontrak main di klub Inggris, Ipswich Town sampai 2025. Tinggal "nyeberang" juga dari Inggris ke Perancis.

Belum lagi banyaknya penduduk Eropa asal Indonesia, yang bertebaran tak hanya di Perancis, tetapi juga di Belanda, Belgia, Jerman yang ibarat "tinggal nyengklak kereta" menuju Paris. Digeruduk ribuan pendukung, tentu sangat berpengaruh.

Kolonial Perancis

Sebaliknya, tim Guinea -- peringkat ke-4 Piala Afrika U23 kali ini calon lawan Garuda Muda -- sangat diuntungkan dengan bermain di "kandang sendiri" di Clairefontaine, Perancis. Apalagi, sang pelatih Kaba Diawara (48) adalah eks pemain nasional Perancis, dan kelahiran Bordeaux di Perancis pula.

Selain pernah bermain di klub Perancis, Sporting Toulon, Bordeaux, Rennes, Olympique Marseille, Nice, Paris St Germain, Arles Avignon dan juga klub Inggris, Blackburn Rovers, Westham United, Arsenal dan juga sejumlah klub di Spanyol dan Turki, sungguh sangat mengenal lokasi tempat dia dulu berlatih, di Clairefontaines.

Belum lagi, pemain-pemain asal negeri koloni Perancis di Afrika ini, banyak yang main di Eropa. Belum lama ini dikabarkan datang ke Paris oleh media Guinea, Ilaix Moriba (21 tahun) yang disebut-sebut sebagai "mantan wonderkid Barcelona" yang sekarang main di Getafe. Moriba, yang pernah main di timnas Spanyol ini, akan memperkuat Guinea melawan Indonesia di Clairefontaine, nanti malam.

Juga pemain-pemain diaspora Guinea di Eropa, Aguibou Camara (22) yang kini main di klub Liga 1 Yunani, Olympiacos. Demikian pula, Saidou Sow (21 tahun) yang main di Ligue 1 Perancis, Strasbourg, mereka ini juga akan diturunkan melawan Indonesia guna berebut satu tempat tersisa di Olimpiade 2024 Paris pada bulan Juli-Agustus mendatang.

Keuntungan besar bagi Guinea? Selain mereka terbiasa main di Eropa, juga mereka sangat akrab dengan iklim dan bahkan budaya Perancis. Aklimatisasi, atau penyesuaian iklim bagi pemain, sangat berperan penting untuk kesuksesan permainan seseorang. Pemain-pemain Indonesia, yang di samping rata-rata pemain tropis, juga mereka baru saja bermain di udara panas dan kering di Qatar selama lebih dua pekan...

Sungguh, ini ujian berat bagi tim Garuda Muda asuhan Shin Tae-Yong, yang berangkat dengan target minim, eh, malah lolos melebihi target. Sampai semifinal Piala AFC U23 dari target delapan besar, dan bahkan.... siapa tahu, lolos ke Olimpiade 2024 Paris.

Sejarah emas bagi sepak bola Indonesia, jika mampu bermain lagi di olimpiade, setelah Olimpiade 1956 Melbourne di zaman Maulwi Saelan, Ramang, Endang Witarsa... *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun