bola negerinya terakhir kali lolos ke Olimpiade 56 tahun lalu pada tahun 1968 Meksiko. Untuk bisa mewujudkan impian rakyat Guinea, tidak ada cara lain selain memenangi babak play off melawan peringkat 4 AFC U23 (Asia), Indonesia di Clairefontaine-en-Ivelines, tempat latihan timnas Perancis sekitar 54 km tenggara Paris, Perancis.
Pelatih tim Afrika U-23 Guinea (baca gi:ni) Kaba Diawara mengatakan tim sepakKepada media FIFA dalam sebuah wawancara khususnya pekan lalu, pelatih kelahiran Bordeaux Perancis Kaba Diawara yang mengidolakan pelari AS Carl Lewis, pelompat tinggi Uni Soviet Sergey Bubka dan pebasket AS Michael Jordan ini mengemukakan, dirinya sangat ingin membawa timnya ke Olimpiade, meskipun nanti harus main di "Grup Maut" bersama Perancis, Amerika Serikat dan Selandia Baru.
Itupun kalau lolos mengalahkan tim juara empat AFC U23 Asia, Indonesia. Tetapi seberat apapun akan masuk ke grup di Olimpiade Paris Juli-Agustus 2024 nanti, akan 'dijabanin'Â (dilakoni) sepenuh hati.
Jelang Play off
FIFA: Kaba, bagaimana perasaan Anda menjelang babak play-off antara Konfederasi 9 Mei nanti?
Kaba: Ada perasaan campur aduk, ini nyata atau emosi? Campur antara rasa waswas (tidak lolos), terhormat dan sekaligus bangga pada saat bersamaan.
Terakhir kali Guinea ikut turnamen sepak bola Olimpiade pada tahun 1968, maka kali ini kami harus berjuang untuk lolos lagi. Satu-satunya cara kami lolos tentu saja dengan menang. Tempat keempat kami di Piala Afrika U-23 menghidupkan harapan untuk lolos ke Paris 2024. Dan kami yakin bisa melakukan dengan sepenuh hati. Bagi pecinta olahraga, ikut Olimpiade adalah suatu kebanggaan tersendiri.
FIFA: Jika Guinea lolos, mereka akan berada di Grup A bersama tuan rumah Perancis, Amerika Serikat, dan Selandia Baru. Bagaimana menurutmu?
Kami berada di grup maut. Sama seperti saat kami di Piala Afrika kemaren. Bukan saatnya bersantai atau memikirkan hal-hal tak penting. Apalagi saya harus akui, kami tidak dalam kondisi terbaik ketika kami merasa nyaman di pertandingan (di Afrika).
Kami akan segera mulai bekerja dalam tenggat waktu singkat. Hanya satu kali pertandingan, sukses atau gagal.
FIFA:Â Apa artinya nanti jika bisa membawa Guinea ke Paris?
KABA: Itu akan menjadi validasi kemajuan kami. Ketika saya ambil alih menangani tim nasional, dan mempresentasikan proyek saya kepada federasi, salah satu hal pertama yang saya katakan adalah kami harus fokus pada pemain muda. Dan bahwa kami harus membangun landasan yang kokoh untuk sepuluh tahun ke depan. Kami kini lolos ke dua Afcon (Piala Afrika U-23) terakhir dan mencapai perempat final. Jadi kami membuat kemajuan. Banyak pemain yang ikut di turnamen Pantai Gading itu memenuhi syarat untuk ambil bagian dalam Olimpiade (sebagai salah satu dari tiga pemain yang diizinkan IOC berusia di atas 23 tahun).
Kualifikasi akan memvalidasi proyek kami dan hanya menyisakan satu hal yang luar biasa: mencapai Piala Dunia. Jika kami bisa mencapainya, maka saya akan memenuhi kontrak saya sepenuhnya.
FIFA: Anda lahir di Prancis dan menghabiskan sebagian besar hari bermain di Prancis. Seberapa pentingkah Olimpiade Paris bagi Anda?
Bagi saya, Olimpiade lebih dari sekadar olahraga, tetapi juga tentang emosi, medali emas, rasa kebangsaan, dan mewakili negara jika berdiri di atas podium.
Saya mungkin pernah bermain di Liga Champions UEFA. Atau Afcon, dan mencetak berapa gol indah. Akan tetapi Olimpiade lebih dari itu, lebih dari sekadar emosi...
Tidak bisa membayangkan betapa akan gilanya rakyat kami jika kami di sini berhasil mendapatkan medali. Ini baru mencapai perempat final Piala Afrika saja sudah membuat kami disambut begitu hangat. Kalau kami kembali ke Olimpiade setelah sekian tahun, tentu akan menjadi hal yang luar biasa... *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H