Tidak kurang dari 40 pelatih sudah diterjunkan untuk menangani timnas kita, dari Bertje Matulapelwa (paling dikenal) dan "pelatih keju" Anatoli Fyodorovich Polosin asli Rusia sampai Henk Wullems (1997), Bernhard Schumm (1999), Ivan Venkov Kolev dari Bulgaria (2002-2004), Peter White dari Inggris (2004-2007), Wim Rijsbergen dari Belanda (2011-2012), Alfred Riedl dari Austria (2013-2014), sampai Luis Manuel Blanco dari Argentina (2013), Jacksen F Tiago dari Brasil (2013), Pieter Huistra dari Belanda (2015), Luis Milla dari Spanyol (2017-2018), Simon McMenemy dari Skotlandia (2018-2019) sampai Shin Tae-Yong (2019-sekarang). Shin Tae-Yong yang pertama membawa pemain-pemain naturalisasi, pemain Indonesia berdarah Belanda yang bermain di kompetisi Belanda, Belgia, Inggris dan Italia ke dalam timnas kita.
Pelatih lokal pun silih berganti. Dari 1990-an, setelah Bertje Matulapelwa misalnya, ada Rusdi Bahalwan, Nandar Iskandar, Benny Dollo, pelatih 2000-an Aji Santoso, Nil Maizar, Rahmad Darmawan, sampai Bima Sakti Tukiman (2018). Benny Dollo bahkan 'keluar masuk' jadi pelatih timnas. Pertama melatih (2000-2001), sambung (2008-2010), dan balik lagi (2015).
Terbaik SEA Games
Bongkar-pasang-bongkar-pasang pelatih, baik "pelatih singkong" maupun "pelatih keju" bertahun-tahun ini menghasilkan prestasi yang "bongkar pasang" juga.
Prestasi Terbaik timnas adalah juara SEA Games 1987 di Jakarta yang dibawa oleh Bertje Matulapelwa. Dan disusul kemudian, Anatoli Polosin empat tahun kemudian (1991) di SEA Games Filipina.
Herry Kiswanto, eks Kapten tim Pra Piala Dunia 1986, nyaris saja lolos ke Meksiko kalau saja tidak diganjal oleh tim tangguh Asia, Korea Selatan di penyisihan Asia.
"Shin Tae-Yong mestinya lebih banyak melihat pertandingan Liga 1 kita, karena masih banyak pemain muda lain yang bisa dimainkan di timnas," ungkap Herry Kiswanto, dalam bincang-bincang dengan belasan wartawan di acara buka bersama wartawan olahraga Jakarta, di Studio Kandang Ayam yang dikelola wartawan senior SIWO (Seksi Wartawan Olahraga) Cocomeo Cacamarica, Jumat pekan lalu.
Sarman, pemandu bakat sepak bola Indonesia, dalam kesempatan yang sama malah menyampaikan kritik pedas pada Shin Tae-Yong dan tentunya juga Erick Thohir yang "membuat banjir" transfer pemain rasa keju ke timnas kita.
"Berkabung... Kalau dulu kita mengusir penjajah, kini kita mendatangkan penjajah," kata Bang Sarman pula. Meski demikian, suara Bang Sarman ini berseberangan dengan suara medsos yang kini pada menggandrungi penampilan "rasa keju" seperti Jay Idzes, yang mempermainkan bola di kakinya seperti juggling bola mainan di lapangan.
Masalahnya, bukan hanya main cantik kini yang dituntut publik sepak bola. Main cantik tapi menang. Kalau tak menang? Tahu sendiri tabiat pemaniak sepak bola kita: kalah mesti dicaci...
26 Pemain Shin Tae-Yong
Inilah daftar terakhir "timnas rasa singkong keju" asuhan pelatih asal Korea Shin Tae-Yong untuk melawan Vietnam di Hanoi:
Kiper