"Beberapa universitas sekarang mulai mencoba, atau industri pendidikan yang mencoba untuk mengubah dirinya dan model bisnisnya sehingga memperluas ruang kelas menjadi online dengan sistem berstandar tetap sama," kata Indri pula.
"Kita kenal ada Coursera (kursus bersertifikat secara online), Udemy (akademi bersertifikat) yang hanya dengan Rp 147.000 kita sudah memperoleh satu sertifikasi keahlian tertentu," kata akademisi Atma Jaya Jakarta ini pula,
"Jadi, in term of opportunity saya rasa teknologi betul membuka ruang adanya kebebasan bagi manusia untuk keluar dari kungkungan teritori, geographical spaces maupun time...," kata Indri D Saptaningrum pula.
Berkah teknologi
Teknologi juga mendatangkan "berkah" tersendiri bagi orang masa kini. Wicaksono, praktisi media sosial yang biasa dikenal dengan julukan Ndoro Kakung, mengatakan kalau dulu sebelum ada teknologi informasi sebaik sekarang, belum ada internet, orang sering kesulitan mengambil uang di bank pada Jumat tengah malam. Sudah lewat waktu operasional bank, susah kalau harus mendapatkan uang pada saat-saat seperti itu.
"Waktu zaman kuliah di UGM dulu, kalau teman-teman saya kehabisan uang, kerjanya 'mengirim telgram' (melalui kantor postel atau wartel) ke orang tuanya. Berita pun singkat saja, 'Putra waras, arto telas..," Maksudnya, si anak sehat-sehat saja, tetapi uangnya habis. Sekarang, kebiasaan kirim telgram lewat pos seperti ini sudah tidak ada.
"Zaman sekarang pada pukul berapapun, pada hari apapun, kita bahkan bisa pinjam seratus (seratus ribu, seratus juta, seratus milyar) dalam tempo sepersekian menit. Sesuatu yang dulu sebelum ada internet serasa mustahil. Sekarang transfer uang pun cepat sekali," kata Ndoro Kakung pula. Itu semua, kata Ndoro Kung, merupakan "berkah dari teknologi".
Pabrik Mobil di Gunungkidul?
Mau bikin pabrik mobil di Gunungkidul? Menurut Yustinus Prastowo, Ketua Ikatan Alumni Driyarkara (IKAD) saat ini sangat mungkin. Itu yang disebut sebagai isu "multi centered of the subject".
"Kalau hukum itu mempunyai obyek yang namanya 'person', maka sekarang itu subyeknya banyak. Ada dimana-mana, kelihatan lagi. Lalu siapa yang mau dijadikan subyek dari satu aturan?" kata Yustinus Prastowo.