Mohon tunggu...
Jimmy S Harianto
Jimmy S Harianto Mohon Tunggu... Jurnalis - Mantan Redaktur Olahraga dan Desk Internasional Kompas

Redaktur Olahraga (1987-1993), Wakil Redaktur Opini dan Surat Pembaca (1993-1995), Redaktur Desk Hukum (1995-1996), Redaktur Desk Features dan Advertorial (1996-1998), Redaktur Desk Internasional (2000-2003), Wakil Redaktur Kompas Minggu (2003-2008), Redaktur Desk Internasional (2008-2012)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ketemu Pepih dan Osdar di Ultah 15 Kompasiana

29 Oktober 2023   09:59 Diperbarui: 30 Oktober 2023   00:44 553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pepih Nugraha, Nurul Uyuy, J Osdar dan saya di sela HUT 15 Kompasiana. (Foto Tira Hadiatmojo)

Bagi kami reuni bisa terjadi di mana saja. Di acara ulang tahun, kawinan, berbagai event yang digelar di seantero negeri ini, atau bahkan upacara pemakaman teman dan kerabat sekantor sekalipun.

Seperti juga Sabtu (28/10/2023) lalu ketika tiba-tiba bisa ketemu teman lama, sesama wartawan dulu di Kompas, J Osdar dan Pepih Nugraha, di acara Ulang Tahun ke-15 Kompasiana -- Media Blogspot terbesar dunia dengan jumlah penulis lebih dari 4,8 juta...

Tak lama setelah usai acara di lokasi 02 -- sebuah Co-working Space di halaman depan Gedung Kompas Gramedia di Palmerah Selatan, Jakarta -- kami pun mojok di sebuah meja panjang berliku di lokasi tempat kerja masa kini (tempat kerja zaman now tak perlu berbentuk ruang kantor, bisa ruang terbuka seperti di O2 Kompas Gramedia ini).

Kami ngobrol 'ngalor ngidul' tentang berbagai hal. Ditemani pemimpin Kompasiana, Nurul Uyuy, serta Eryka Head Sales Kompasiana, yang rupanya juga akrab dengan J Osdar, wartawan Istana "enam zaman" yang meliput 6 Presiden di Istana Merdeka.

Esei Berbagai Masalah

Kalau Pepih Nugraha, semua Kompasianer juga tahu dialah pendiri Kompasiana limabelas tahun silam. Pepih adalah juga pendiri Pepnews, maupun juga Co-founder PT Selasar Indonesia serta Co-founder Akademi.com.

Di tangan Pepih dan kawan-kawan (kini Nurul Uyuy, Iskandar Zulkarnaen dkk), Kompasiana berkembang menjadi sebuah media Blogspot yang menampung konten dari berbagai lapisan masyarakat, terdiri dari berbagai latar belakang, budaya, hobi, serta profesi (saya melihat ada juga mereka yang stress melihat perkembangan politik yang bikin galau, ikut menjadi Kompasianer). Siapapun bisa menulis di blog yang bebas merdeka ini, karena tanggung-jawab isi berita ada di tangan penulis sendiri.

"Jumlah Kompasianer saat ini mencapai 4,8 juta...," kata Pepih Nugraha. Ini diamini pula oleh Nurul Uyuy, pemimpin Kompasiana saat ini. Sumpah. Ngga mbayangin jika seluruh 4,8 juta Kompasianer bareng berkumpul, suatu ketika.

Dulu nama Kompasiana sangat tidak asing di mata para pelanggan koran Kompas yang terbit pertama tahun 1965. Kompasiana dulu adalah sebuah kolom pendek, yang biasa ditulis oleh pendiri dan perintis Kompas PK Ojong. Nama Kompasiana kemudian diusulkan oleh Buddy Shambazy, wartawan senior Kompas dan penulis sepak bola kondang saat awal Kompas sudah seumur Kompasiana (15) kini, untuk menjadi nama media Blogspot ini.

Bagi perintis Kompas PK Ojong, peristiwa yang terjadi setiap hari bisa dituangkan dalam catatan pendek di harian Kompas. Dan akhirnya, tulisan-tulisan pendek PK Ojong ini pun pernah diterbitkan dalam sebuah buku terbitan Gramedia (1981) setebal 831 halaman. Buku itu berjudul: "Kompasiana: Esei tentang Berbagai Masalah"...

Kini Kompasiana dikembangkan Pepih Nugraha dan diteruskan Nurul Uyuy dkk, menjadi sebuah media ekspresi, "esei tentang berbagai masalah" di mata para jurnalis warga. Memang, trend berkembangnya Jurnalisme Warga (Citizen Journalism) yang ambil momentum bencana dahsyat Megathrust, Tsunami Aceh (2004) pasca gempa berkekuatan 9.3 Skala Richter, menjadi membesar.

Peristiwa Tsunami Aceh -- yang meluluh-lantakkan Bumi Rencong di ujung utara Nusantara dan membawa korban tewas 227.898 jiwa itu sungguh menyadarkan, bahwa jurnalisme itu sangat efektif mengungkapkan informasi gamblang, jika ratusan ribu warga Aceh ikut memberitakannya. Langsung, mereka menyiarkan dari tangan mereka yang memegang "alat perekam peristiwa" berupa hape.

Dari tangan jurnalis-jurnalis warga Aceh ini bermunculan foto-foto serta video dahsyat peristiwa luluh lantaknya harta benda di Banda Aceh terbawa gelombang tsunami. Bahkan sampai kapal besar pun bisa terdampar 10 km dari garis pantai, terbawa gelombang Tsunami.

Jurnalis-jurnalis Warga

Untung para jurnalis warga ini belum menyatu, seperti para jurnalis mainstream. Kalau tidak? Bukan tak mungkin Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat ataupun Asosiasi Jurnalis Independen (AJI) akan tersaing. Siapa tahu malah bisa memunculkan Partai Jurnalis Warga, menggusur partai-partai besar di Senayan.

Di tengah hiruk-pikuk perayaan ulang tahun ke-15 "media jurnalis warga" Kompasiana kemaren, J Osdar, Pepih dan saya malah memanfaatkan pertemuan singkat kami, bersama Nurul Uyuy dan Eryka, Sabtu petang itu. Pojok O2 menjadi arena ngobrol bermanfaat. 'Ngrasani politik' -- dari terpilihnya Gibran Rakabuming Raka sebagai Cawapres Prabowo Subianto, sampai .... Eryka diincar untuk jadi staf partai politik. Wah, bisa gawat kalau Head Sales Kompasiana itu jadi diincar parpol. (Becanda, boss).

Dibanding reputasi wartawan senior Osdar, yang mungkin akan sulit ditandingi oleh wartawan-wartawan lain, saya tentu kalah. Osdar adalah wartawan Istana yang lengkap meliput 6 (enam) Presiden, dari Soeharto sampai Jokowi. Buku-buku Osdar yang doyan ketawa dan "disayangi" ibu-ibu Istana Presiden itu, pun sudah bertebaran. Ini buku-buku Osdar di antaranya.

Lobby keren Osdar, tercermin dari bukunya "Sisi Lain Istana: Dari Zaman Bung Karno sampai SBY" (Kompas Media Nusantara, 2014). Ada tiga buku yang dilahirkan Osdar dari pengembaraannya di Istana, antara tahun 1970-an akhir sampai lewat tahun 2000-an.

Dua buku Osdar lainnya yang lahir dari perjalanannya meliput berita Istana, adalah "Sisi Lain Istana: Andaikan Obama Ikut Pilpres di Indonesia" (Kompas Media Nusantara, 2014), serta "Sisi Lain Istana: Sarung Jokowi dan Wak, Wak, Wak" (Kompas Media Nusantara, 2017).

Tidak heran, jika lobby kuat wartawan senior Osdar itu membawa "keahlian khusus" Osdar, menembus informasi dan juga akses ke berbagai pejabat. Dulu akrab dengan Keluarga Soeharto, mbak Tutut, dan para istri pejabat. Juga kalangan menteri.

"Sampai saya pensiun pun banyak mendapat pekerjaan, jadi wakil pejabat daerah di Jakarta...," ungkap Osdar, yang kini aktif bergiat di kantornya di Jalan Hang Lekir, Kebayoran Baru. Karena lobby Osdar, kantor di Hang Lekir ini sering disambangi para politisi, dari pejabat partai sampai pejabat struktural kenalan Osdar. Kantor Hang Lekir menjadi salah satu "sumber berita di balik berita" yang lumayan berguna bagi para politisi.

Saya kebagian sedikit pengalaman. Selain kegiatan menulis berita Internasional di Desk Internasional, juga kegiatan liputan dulu lebih banyak di kalangan olahraga nasional. Termasuk menjadi saksi peliput saat Indonesia meraih medali emas pertama di Olimpiade, melalui pebulutangkis Susi Susanti serta Alan Budikusuma di Olimpiade Barcelona 1992. Atau berbagai event olahraga, Piala Dunia Sepak Bola (1994) Amerika Serikat, berbagai Asian Games, SEA Games. 

Termasuk pula wawancara khusus saya dengan bintang sepak bola dunia, Michel Platini (1995) di kantornya di Paris. Atau wawancara khusus empat mata dengan PM Malaysia Najib Razak (2011) waktu itu. Juga wawancara khusus PM Jepang Yukio Hatoyama (2009) di kamar kerjanya di Tokyo.

Buku saya tak sebanyak Osdar punya. Selain "Emas di Barcelona, Emas di Hatiku" (1993), ada juga biografi pendiri Trans TV, "Ishadi SK: Broadcaster Empat Zaman" (2023). Dan sejumlah buku saya  tentang hobi khusus.

Nah, di Kompasiana kini juga menampung tulisan-tulisan pensiunan jurnalis Kompas seperti saya dan Osdar. Kompasiana menjadi media "jurnalis warga" yang bebas merdeka seperti saya. Karena Kompasianer dapat menulis sendiri, mengedit sendiri, mengunggah sendiri, menempel foto sendiri serta mengunggah sendiri di Kompasiana.

Selamat Ulang Tahun Kompasiana, semoga terus abadi menjadi wahana ekspresi bebas para jurnalis warga yang jumlahnya jutaan di Indonesia... *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun