Mohon tunggu...
Jimmy S Harianto
Jimmy S Harianto Mohon Tunggu... Jurnalis - Mantan Redaktur Olahraga dan Desk Internasional Kompas

Redaktur Olahraga (1987-1993), Wakil Redaktur Opini dan Surat Pembaca (1993-1995), Redaktur Desk Hukum (1995-1996), Redaktur Desk Features dan Advertorial (1996-1998), Redaktur Desk Internasional (2000-2003), Wakil Redaktur Kompas Minggu (2003-2008), Redaktur Desk Internasional (2008-2012)

Selanjutnya

Tutup

Seni Artikel Utama

Malahayati Si Panglima Inong Balee

10 September 2023   23:42 Diperbarui: 11 September 2023   11:35 806
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pentas Teater Jalasena "Laksamana Malahayati" di Graha Bakti Budaya TIM (Foto Tira Hadiatmojo)

Pentas teatrikal ini tidak hanya mengangkat eksistensi pahlawan-pahlawan perempuan Nusantara di masa lalu, akan tetapi juga sekaligus mengingatkan bahwa di masa lalu di Aceh tak hanya memiliki pahlawan Tjoet Nya' Dhien yang selama ini dikenal. Akan tetapi ada juga Keumalahayati, atau yang lebih dikenal sebagai Laksamana Malahayati.

Inong Balee sendiri adalah nama pasukan yang dipimpin dan dilatih oleh Malahayati di Fort Lamreh, terdiri dari perempuan-perempuan janda yang ditinggal mati oleh suami yang lebih dulu angkat senjata. 

Dendam kesumat terhadap penjajah karena kematian suami-suami mereka, membangkitkan semangat heroisme membela tanah air mereka, Nanggroe Aceh Darussalam pada abad ke-16.

Pentas-pentas Teater

Tampilnya artis Marcelina Zalianty sebagai pelaku teater, bahkan juga ia produsernya, mengingatkan bintang-bintang layar perak Indonesia legendaris di masa lalu, seperti Tuti Indra Malaon serta Teguh Karya dengan Teater Populernya di kawasan Kebon Kacang Jakarta Pusat. Juga Christine Hakim, serta Slamet Rahardjo Djarot dari kelompok yang sama dengan Teguh Karya, sutradara kondang di layar film di masa silam.

Pentas di Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki kali ini, juga menggerakkan para pencinta seni teater untuk kembali berproduksi, dan berkarya, berkesenian di lokasi yang sudah dibangun kembali menjadi lebih modern. Sehingga memungkinkan pelibatan teknologi audio visual, untuk menggarap tampilan teater masa kini menjadi lebih menarik.

Taman Ismail Marzuki di tahun 1970-an dan 1990-an menjadi tempat berekspresi para seniman masa itu. Termasuk, aksi teatrikal yang ditampilkan oleh kelompok-kelompok seniman seperti Bengkel Teater Rendra dari Yogyakarta. Teater Populer, Teater Kecil, Teater Koma, Teater Mandiri, juga Teater Gandrik-nya Butet Kartaredjasa dari 1985 sampai sekarang... *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun