Mohon tunggu...
Jimmy S Harianto
Jimmy S Harianto Mohon Tunggu... Jurnalis - Mantan Redaktur Olahraga dan Desk Internasional Kompas

Redaktur Olahraga (1987-1993), Wakil Redaktur Opini dan Surat Pembaca (1993-1995), Redaktur Desk Hukum (1995-1996), Redaktur Desk Features dan Advertorial (1996-1998), Redaktur Desk Internasional (2000-2003), Wakil Redaktur Kompas Minggu (2003-2008), Redaktur Desk Internasional (2008-2012)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ngobrol Dua Jam dengan Cak Nun

13 Juli 2023   13:37 Diperbarui: 14 Juli 2023   06:23 2340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Pak Is orang yang berjasa bagi televisi sebagai entitas lengkap, ada kebudayaannya, ada nilai lainnya. Dan yang disampaikan untuk perbaikan manusia. Bukan soal payu (laku) dan ora payu thok (seperti televisi-televisi swasta sekarang)," kata Cak Nun waktu itu.

Dan salah satu produk siaran yang berbobot dari televisi Yogyakarta pada 1980-an, adalah wawancara dengan para budayawan-budayawan Yogyakarta yang memiliki prestasi dan bahkan reputasi nasional maupun internasional seperti pelukis Affandi, Amri Yahya, dan banyak pelukis lain, serta penyair-penyair seperti Rendra. Dan rekaman wawancara TVRI Yogyakarta 1980-an dengan para budayawan, seperti Umar Kayam dsb, itu menjadi dokumentasi yang luar biasa bernilai. Untuk pelukis legendaris Affandi, bahkan mungkin yang terlengkap.

Menurut Produser TVRI Yogyakarta saat itu, Retno Intani, yang kini pengajar di Universitas Moestopo di Jakarta Selatan, tidak kurang dari 30 tokoh budayawan didokumentasikan oleh TVRI Yogyakarta semasa Ishadi SK. Dan tidak hanya didokumentasikan dalam bentuk visual, akan tetapi juga sempat dibukukan.

"Saya masih menyimpan salah satunya," ungkap Retno Intani, produser di bawah Ishadi saat ia menjadi Kepsta (Kepala Stasiun) TVRI Yogyakarta. Dalam waktu dekat, semoga saja kata Retno Intani, karya berharga dari Stasiun TVRI Yogyakarta ini akan dibukukan kembali. Insya Allah...

"Itu tadi. Di tangan Pak Ishadi, TVRI waktu itu tidak hanya sebagai industri. Tetapi juga sebagai media silaturahmi. Kalau teve swasta, sing penting payu (laku).... kalau lagi payu orang 'ngeden' (mengejan), ya siaran orang 'ngeden'... Teve swasta pengendalinya sing penting payu. Aspirasi Pak Ishadi, sudah tidak ada penerusnya lagi...," kata Emha tentang mantan Direktur TVRI tahun 1990-an itu.

Ternyata, Emha yang begitu sengit, dan suka mengusili penguasa, bisa simpati juga pada pejuang televisi jadhoel seperti Ishadi ini... *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun