Gosip politik sungguh bertumpuk di kepala Pak Sarwono. Bisa dimaklumi, sejumlah posisi penting politik pernah didudukinya semasa aktif. Dari Wakil Rakyat dan Sekjen DPP Golkar (1983-1988) sampai sejumlah posisi menteri. Coba diurut-urutkan:
Selain menjabat Menteri Lingkungan Hidup pada Kabinet Pembangunan VI (1993-1998), ia juga pernah menjadi Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara di Kabinet Pembangunan V (1988-1993). Ia pernah pula menjadi anggota Partai Keadilan dan Persatuan pada Pemilu 1999.
Pada periode (1999-2001) pasca Reformasi ia menjabat Menteri Eksplorasi Kelautan pada Kabinet Persatuan Nasional.Â
Dalam Pemilu Legislatif 2004 Sarwono terpilih sebagai anggota DPD RI dari DKI Jakarta. Terakhir, Sarwono menjadi anggota dewan komisaris PT Energy Management Indonesia sebagai Komisaris Utama.
Gosip politiknya memang seru-seru, dan tak mungkin diketahui oleh orang biasa lainnya. Dan selalu Sarwono mengungkapkannya dengan bercanda.Â
Maklumlah, Sarwono boleh terbilang sebagai "pejabat yang bersih" dari upaya kongkalingkong, patgulipat atau incar-mengincar "kursi empuk" untuk bisa meraih cuan selama menjadi pejabat.
Dan yang kami (saya dan pak Ishadi) perlukan, adalah cerita di balik peristiwa 1998 saat Reformasi. Kebetulan, Pak Ishadi pernah "dititipi" oleh pihak militer Merdeka Barat untuk "mengulurkan mike" setelah Presiden Soeharto menyatakan diri mundur dari jabatannya pada siang 21 Mei 1998.
Sepulang dari KTT di Cairo, serta setelah berhari-hari Jakarta dipadati demonstrasi sampai menguasai gedung Majelis Permusyawaratan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat di Senayan.
Ishadi posisinya Dirjen Radio dan Televisi dan Film, dan juga pernah menjadi orang nomor satu di Persatuan Wartawan Indonesia.Â
Maka, meskipun pangkatnya dirjen, ia akhirnya diperbolehkan masuk Istana saat Soeharto mundur. Dan memberikan kesempatan, menarik kabel mike, untuk Panglima Angkatan Bersenjata Jendral Wiranto untuk berpidato di depan pers di Istana Merdeka, demi menenangkan massa agar tidak amok di luar Istana.
Dari obrolan kedai kopi pagi itu, kami pun membawa segebok bahan gosip, yang sebagian memang sulit untuk diungkapkan begitu saja kepada publik.Â