Mohon tunggu...
Jimmy S Harianto
Jimmy S Harianto Mohon Tunggu... Jurnalis - Mantan Redaktur Olahraga dan Desk Internasional Kompas

Redaktur Olahraga (1987-1993), Wakil Redaktur Opini dan Surat Pembaca (1993-1995), Redaktur Desk Hukum (1995-1996), Redaktur Desk Features dan Advertorial (1996-1998), Redaktur Desk Internasional (2000-2003), Wakil Redaktur Kompas Minggu (2003-2008), Redaktur Desk Internasional (2008-2012)

Selanjutnya

Tutup

Raket Artikel Utama

Partai Terindah Bulu Tangkis All England 2023

20 Maret 2023   10:26 Diperbarui: 20 Maret 2023   19:42 1619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alasan diubahnya skor, menurut alasan resminya adalah "demi komersial". Sistem pertarungan dengan angka klasik, 15, dengan pertambahan skor hanya terjadi pada pemegang servis, sering berlarut-larut. Satu pertandingan bisa berlangsung berjam-jam. Itu bisa terjadi, lantaran untuk meraih skor, pemain harus memegang servis.

Pertarungan yang pernah meraih "rekor durasi" selama 1 jam 33 menit justru terjadi antara sesama pemain Indonesia, di Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis 1983 di Bronby Hallen, Denmark antara Icuk Sugiarto vs Liem Swie King. Keduanya sama-sama tak mau kalah, dan mewakili tipe permainan berbeda. Icuk Sugiarto, yang akhirnya tampil sebagai juara dunia, adalah pemain super defensif dengan kombinasi serangan tajam di saat lawan lengah. Sementara, Liem Swie King super offensif.

Setelah Agustus 2002, IBF kembali memakai sistem klasik game 15, dengan deuce di 13-13, serta 14-14. Namun, kembalinya ke sistem klasik ini mengundang kritik, terutama dari kalangan pemain Eropa lantaran bulu tangkis dituding dimonopoli pemain-pemain Asia, dengan sistem skor tersebut.

Word Badminton Federation (WBF), diumumkan sebagai badan pengganti IBF pada 24 September 2006 di Madrid. Dan semenjak itu diberlakukan sistem baru penghitungan angka, dengan sistem 3x21 poin (the best of three) sampai sekarang ini.

Alasan yang sempat muncul, adalah untuk meningkatkan daya jual bulu tangkis. Terutama disesuaikan dengan jam tayang di televisi. Terlalu panjang pertandingan, kurang menjual, kurang komersial.

Dan sekaligus, sistem 3x21 ini mengurangi dominasi tak seimbang permainan bulu tangkis. Sehingga pemain bisa merata ke seluruh dunia, dan memaksa pemain untuk selalu fit sepanjang permainan yang tak begitu berlarut-larut. Kudu fit, kalau meleng sedikit? Hilang kemenangan di tangan. Lantaran untuk meraih angka, tidak perlu lagi berpindah servis seperti sistem klasik.

Siapa lagi fit di angka-angka terakhir pertandingan, dia yang menang. Maka, tidak heran, juara-juara dunia, jagoan-jagoan bulu tangkis dunia, berguguran setiap saat. Tidak perlu menunggu terlalu lama. Lengah dua angka terakhir? Sikats, lu Lewats.....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun