Mohon tunggu...
Jimmy S Harianto
Jimmy S Harianto Mohon Tunggu... Jurnalis - Mantan Redaktur Olahraga dan Desk Internasional Kompas

Redaktur Olahraga (1987-1993), Wakil Redaktur Opini dan Surat Pembaca (1993-1995), Redaktur Desk Hukum (1995-1996), Redaktur Desk Features dan Advertorial (1996-1998), Redaktur Desk Internasional (2000-2003), Wakil Redaktur Kompas Minggu (2003-2008), Redaktur Desk Internasional (2008-2012)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pers Kita Memang Sedang Tidak Baik-baik Saja

13 Februari 2023   08:27 Diperbarui: 13 Februari 2023   10:00 1213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belum lagi disrupsi yang terjadi di personalia pers berupa pemensiunan dini (pendi) awak-awak media, tidak hanya Suara Karya, atau kelompok Tempo dan kelompok media yang lainnya. Bahkan kelompok-kelompok Kompas Gramedia pun melakukannya. Dari yang semula berusia 55 tahun (kurang lima tahun dari usia pensiun perusahaan tersebut yang semula 60 tahun) menjadi 50 tahun sudah ditawarin pendi pada 2023...

Gugurkan Eksistensi Media Cetak

Disrupsi akibat majunya inovasi teknologi, telah menggugurkan eksistensi media-media cetak di era digital yang praktis meruyak dunia sejak tahun 1995. Tidak hanya di Indonesia, akan tetapi juga di Amerika Serikat seperti The New York Times, dan belahan dunia maju lainnya.

Media Cetak (Foto Istimewa)
Media Cetak (Foto Istimewa)

"Era digital ini telah membuat proses dan mekanisme komunikasi massa mengalami perubahan yang besar, baik secara budaya sosial dan ekonomi masyarakat ini seperti disampaikan oleh Pavlik dan McIntosh," kata Akhmad Mustain, salah seorang Editor Media Indonesia, dalam sebuah diskusi menarik tentang Disrupsi yang digelar di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia pada (27/01/2021) silam.

Seperti juga yang diingatkan oleh Presiden Jokowi di HPN Medan, Mustain pun sudah mengungkapkan dalam diskusi di Perpusnas dua tahun silam, bahwa berdasarkan riset Katadata dari 1.600 responden diketahui, bahwa media sosial saat ini menjadi referensi utama untuk mendapatkan akses informasi (76 persen), seperti melalui YouTube, Twitter dan Instagram, belakangan juga TikTok di mana arus informasinya sangat besar. Bahkan banyak perusahaan media juga ikut terjun melakukan penetrasi bisnis mereka di akun media sosial.

Memang, media televisi masih cukup besar menjadi referensi untuk mendapatkan akses informasi, yakni sekitar 59,5 persen. "Tetapi perkembangan livestreaming kalau dari riset itu sangat besar. Sedangkan media cetak, baik majalah, koran dan lain-lain saat ini hanya sekitar 9,7 persen, dan berita online justru lebih besar, 25,2 persen," kata Mustain pula.

Menurut Mustain, pihak Media Indonesia masih mempertahankan media cetaknya (koran), karena menurut hasil survei Nielsen, "koran adalah media yang paling dipercaya dari semua jenis media...," katanya.

"Orang membaca koran karena beritanya terpercaya. Orang membaca tabloid karena ada kisah-kisah nyata di situ, yang biasanya dalam bentuk features, itu menarik pembaca," kata Editor MI ini pula.

Lebih jauh, menurut survei Nielsen ini, persentase pembaca yang membaca media cetak memang mengalami penurunan dan hanya tertinggal 8 persen atau sebanyak 4,5 juta orang dari seluruh pembaca yang mencapai 83 persen. Sedangkan televisi masih terbesar 96 persen atau 52,8 juta orang. Kemudian radio 37 persen atau 11,9 juta, serta media online sekitar 11 persen atau 6 juta orang.

Disrupsi memang terutama sangat terasa melanda media cetak. Artinya, para pembaca kini sudah beralih, dari yang biasanya membaca koran kini menjadi pembaca naskah dari gawai, dari gadget di tangan. Maka, tidak heran jika selama ini media cetak menjadi salah satu pilar demokrasi dalam menyuarakan suara-suara rakyat, kini yang tak terliput mereka mengalihkan suaranya ke media-media sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun