Mohon tunggu...
Jimmy S Harianto
Jimmy S Harianto Mohon Tunggu... Jurnalis - Mantan Redaktur Olahraga dan Desk Internasional Kompas

Redaktur Olahraga (1987-1993), Wakil Redaktur Opini dan Surat Pembaca (1993-1995), Redaktur Desk Hukum (1995-1996), Redaktur Desk Features dan Advertorial (1996-1998), Redaktur Desk Internasional (2000-2003), Wakil Redaktur Kompas Minggu (2003-2008), Redaktur Desk Internasional (2008-2012)

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Naturalisasi Vietnam dengan Nguyen, Dinh Tran

6 Januari 2023   14:01 Diperbarui: 6 Januari 2023   18:34 637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Antara Foto/Akbar Nugroho Gumay  

Insiden bus pengangkut tim Thailand dilempari batu ketika bertanding di penyisihan Grup A Piala AFF 2022 di Gelora Bung Karno (29/12/2022) lalu membuat pelatih-kepala Vietnam,  Park Hang-seo mengusulkan agar keamanan pertandingan semifinal Leg Pertama antara Indonesia vs Vietnam di Jakarta (06/01/2023) diperketat.

Sebagai respon usulan Vietnam ini, Federasi Sepak Bola ASEAN (AFF) mengirimkan pengawas-pengawas keamanan sepak bola untuk mengawasi pertandingan semifinal Piala Mitsubishi AFF 2022 antara Indonesia vs Vietnam ini.

Dan atas pertimbangan kerusuhan sepak bola di Stadion Kanjuruhan Malang yang menewaskan 133 jiwa  pada 1 Oktober 2022 silam, secara khusus Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) juga mengirimkan ke Indonesia petugas-petugas seniornya untuk memantau secara khusus pertandingan semifinal di Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Jumat petang ini. Baru kali ini, ada dua pihak pengawas keamanan sepak bola dikirim secara bersamaan, dalam sebuah pertandingan sepak bola ASEAN.

Tiga Jam Dimajukan

Karena pertimbangan keamanan pula, Sekjen Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) juga menyatakan, bahwa pertandingan semifinal yang semula dijadwalkan pada 19.30 petang, dimajukan tiga jam menjadi 16.30 WIB (jam yang sama Waktu Hanoi Vietnam) demi mempermudah bagi petugas kepolisian Indonesia untuk mengontrol demi tidak terulangnya tragedi sepak bola di Kanjuruhan yang menewaskan 133 jiwa tiga bulan silam.

Tentang maju jadwal tiga jam ini, mengundang protes dari pelatih Vietnam Park Hang-seo sempat mengajukan protes. Indonesia harus berpikir juga, bagaimana bisa menyelenggarakan Piala Dunia U-20 Piala Dunia FIFA 2023 kalau main mundur jadwal seperti ini? Meski demikian, Vietnam yang mengaku kesulitan waktu, terpaksa berlatih di hotel di Jakarta.

"Tetapi kami tak takut kalah. Kami akan menang," ungkap Park Hang-seo yang sempat sukses membawa Vietnam juara Piala AFF kedua kalinya pada 2018. Di Media Singapura, The Straits Times bahkan menjagokan Vietnam kali ini juara, dan Thailand kesulitan mempertahankan gelar karena pemain-pemain terbaiknya banyak yang absen.

Menurut catatan rekor pertemuan kedua tim, di sembilan kali pertandingan Piala AFF Antara Indonesia vs Vietnam:

Piala AFF 1996 Indonesia vs Vietnam 1-1, Piala AFF 2000 Extra Time Indonesia vs Vietnam 3-2, Piala AFF 2004 Indonesia vs Vietnam 3-0, Piala AFF 2014 Indonesia Vietnam 2-2, Piala AFF 2016 Leg 1 Semifinal Indonesia vs Vietnam 2-1, Piala AFF 2016 Leg 2 semifinal 2-2, Piala AFF 2020 Indonesia vs Vietnam 0-0.

Dan tidak hanya dimajukan jamnya. Untuk mengurangi risiko lebih fatal lagi terjadi di GBK, penonton pun dibatasi jumlahnya oleh pihak aparat keamanan. Tribun GBK yang kini kapasitasnya 77.193 penonton, hanya boleh diisi maksimal 50.000 penonton.  Setelah tragedi Kanjuruhan memang pihak aparat keamanan memutuskan untuk hanya mengeluarkan izin pertandingan dilangsungkan tanpa penonton, atau membatasi jumlah penonton.

Ketika berlangsung pertandingan penyisihan Grup A Piala AFF 2022 yang menyuguhkan pertandingan-pertandingan antara Indonesia vs Kamboja serta Indonesia vs Thailand akhir Desember 2022 lalu, dengan hanya ditonton 25.000 penonton dan 40.000 penonton. Sedangkan untuk semifinal Indonesia vs Vietnam kali ini, pihak panitia penyelenggara (panpel) mengalokasikan 8 persen kursi di stadion atau sejumlah sekitar 4.000 untuk penonton pendukung Vietnam.

Kalau menengok kilas balik, Stadion Utama Senayan atau Gelora Bung Karno ini dibangun tahun 1962 untuk pergelaran Asian Games ke-4 dengan total kapasitas 125.000 penonton. Setelah mengalami renovasi 2006, dan kemudian 2016 untuk keperluan Asian Games XVIII Jakarta-Palembang 1918, maka kapasitas Stadion Gelora Bung Karno diciutkan menjadi hanya 77.193 penonton. Dan toh tetap menjadi stadion yang nomor ke-28 terbesar di dunia, serta masih yang terbesar di Asia dalam urusan kapasitas penonton.

Pemain Naturalisasi Vietnam-Indonesia

Fenomena pemain naturalisasi tetap menjadi topik bahasan menarik sampai semifinal Piala AFF 2022 kali ini. Apalagi, tidak hanya Indonesia yang memiliki pemain-pemain naturalisasi. Diam-diam, Vietnam pun punya. Hanya saja, sulit dicermati mata, lantaran orang-orang yang direkrut berpenampilan mirip lokal. Dan bahkan seluruh nama pemain naturalisasi pun dilokalkan.

Indonesia, pada tahun 2023 kali ini sudah menaturalisasi 37 pemain, baik yang berketurunan Indonesia, ataupun yang ada kaitannya dengan domisili di Indonesia. Sedangkan Vietnam, akibat dari upaya peningkatan mutu sepak bola negeri tersebut sejak 2010, tak hanya meningkatkan hadiah uang untuk turnamen sepak bola dalam negeri. Akan tetapi juga menaturalisasi sekitar 29 pemain keturunan Vietnam di Amerika Serikat, Brasil dan juga Eropa. Hanya saja, persyaratannya mutlaknya, harus mengganti nama asing mereka dengan Nguyen, Dinh, Doan, Huang, Tran, Huynh....

Ini beberapa contoh nama Vietnam dari para pemain naturalisasi Vietnam. Tidak semuanya yang disebut, ikut di Piala AFF 2022:

Kiper Phan Van Santos, misalnya. Ia kiper timnas Vietnam yang dinaturalisasi 2007 tahun 2007. Dia pemain pertama timnas Vietnam yang direkrut lewat jalur naturalisasi. Nama asli Phan Van Santos adalah Fabio dos Santos asal Brasil. Pernah memperkuat timnas Brasil U-23 menjelang Olimpiade Beijing 2008. Meski demikian, ketika lawan Myanmar di pertandingan terakhir Grup B AFF 2022 pekan lalu, Vietnam mengandalkan kipernya Dang Van Lam sebagai penyandang jersey no 1. Dan Van Lam (29) kelahiran Moskwa, ibu Vietnam ayah Rusia dan fisik sangat ideal, 188 cm tingginya.

Doan Van Nirut, pemain asal Thailand yang dinaturalisasi tahun 2009. Pasti tidak ketahuan kasat mata, karena orang Thai mirip dengan Vietnam. Nama aslinya di Thailand, Nirut Surasiang. Sangat dikenal di Vietnam dengan nama lokal, Doan Van Nirut.

Doan Van Sakda juga asal Thailand, bersamaan dengan Doan Van Nirut. Doan Van Sakda dulu namanya Sakdar Joemdee.

Dinh Hoang Max, lahir dan besar di Nigeria, Afrika. Nama aslinya Eyerapo Maxwell. Ia justru pindah sendiri jadi warga negara Vietnam pada 2009. Lalu berganti nama jadi Dinh Hoang Max, main di klub Vietnam Becamex Binh Duong dan sudah tiga kali memperkuat timnas Vietnam.

Dinh Hoang La, dulu seorang pemain Ukraina. Nama aslinya di Ukraina Lyvtoka Mykola. Dan ketika resmi menjadi warganegara Vietnam namanya berganti jadi Dinh Hoang Max.

Nguyen Rogerio, paspor aslinya Brasil. Nama aslinya di Negeri Samba Rogerio Machado Pereira. Setelah memperkuat tim Vietnam, SHB Danang, namanya beralih jadi Nguyen Rogerio. Kini usianya sudah 43 tahun. Di masa jayanya, dia pernah membawa timnya juara Liga Vietnam dan Piala Vietnam.

Tran Le Martin, asal Uganda. Nama aslinya di Afrika, Katsigazi Ronald Martin. Pernah memperkuat Hanoi FC. Tetapi setelah meninggalkan Vietnam dia tak kembali lagi memperkuat timnas Vietnam. Rekan senegaranya, Phan Le Isaac, padahal nama aslinya di Uganda, Mylyanga Isaac Kamu.

Kebijakan naturalisasi kudu ganti nama lokal, mirip dengan kebijakan Indonesia di masa Soekarno. Orang-orang asal China yang ganti warga negara jadi WNI (warga negara Indonesia) juga kudu ganti nama. Ini adalah era-era atlet bulu tangkis Indonesia beruah nama, seperti Tan Joe Hok menjadi Hendra Kertanegara. Ang Tjing Siang jadi Mulyadi. Liang Hailiang jadi Rudy Hartono. Tjhie Beng Goat jadi Christian Hadinata. Thio Kim Gwan jadi Ade Chandra.

Nah, pemain naturalisasi Indonesia yang tahun 2022 jumlahnya 39 orang itu, di antaranya (tidak semua nama asli) adalah:

Jordi Amat, Sandy Walsh, Marc Anthony Klok, Ilija Spasojevic. Dan nama-nama lain yang tidak termasuk dalam tim Piala AFF ada banyak, Otavio Dutra, Ezra Walian, Alberto Goncalves, Christian Gonzales, Greg Nwoko, Stefano Lilipaly, Kim Jeffrey Kurniawan, Esteban Vizcarra, Victon Igbonefo, Herman Dzumafo Epandi, Sergio van Dijk, Ok John.

Mahamadou Alhadji, Bio Paulin, Tonnie Cussel, Johny van Beukering, Ruben Wuarbanaran, Raphael Maitimo, Diego Michiels, Guy Junior Ondoua, Osas Saha, Godstime Ouseloka Egwutu, Cristian Alejandro, Fabiano Beltrame da Rosa, Arnold van der Vin, Esaiah Pello Benson, Fassawa Camara, Sakie Teah Doe, Bruno Casimir, Mamadou Diallo, Zoubairou Garba, Mufutau Opeyemi Ogunsola, dan Silvia Escobar.... *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun