Mohon tunggu...
Jimmy S Harianto
Jimmy S Harianto Mohon Tunggu... Jurnalis - Mantan Redaktur Olahraga dan Desk Internasional Kompas

Redaktur Olahraga (1987-1993), Wakil Redaktur Opini dan Surat Pembaca (1993-1995), Redaktur Desk Hukum (1995-1996), Redaktur Desk Features dan Advertorial (1996-1998), Redaktur Desk Internasional (2000-2003), Wakil Redaktur Kompas Minggu (2003-2008), Redaktur Desk Internasional (2008-2012)

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

Setengah Abad God Bless Bermusik Cadas Keras

26 Desember 2022   13:25 Diperbarui: 29 Desember 2022   10:42 2612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bandung memang menjadi barometer pentas musik di masa itu. Dibandingkan berbagai tempat di Tanah Air, terutama di Jawa, selera publik musik di Bandung jauh lebih progresif, termasuk pula jika dibandingkan dengan Jakarta. Rocker justru lebih banyak bermunculan di Bandung ketimbang Jakarta. Di belahan timur di Jawa, laris berpentas grup rock Surabaya (AKA dan Ucok Harahap) serta Malang (Micky dari Jaguar, serta Bentoel Malang). Tetapi Ucok Harahap lebih menjual sensasi aksi panggungnya, ketimbang kualitas garap musiknya.

Ada semacam pemeo di kalangan pentas musik kala itu. Grup musik Jakarta, pada tahun 70-an itu belum dikatakan berhasil, jika belum sukses manggung di Bandung. Di Bandung tahun 70-an tak hanya ada satu grup rock, Giant Step dan Benny Soebardja vokalisnya. Masih ada lagi grup Freedom of Rhapsodia, Famous, Super Kid dan Jelly Tobing atau Harry Roesli & His Gang, serta grup "23761" (Baca: Re-mi-si-la-do, belum lama almarhum) dengan Teater Rock-nya. Di Banten Jawa Barat juga ada grup rock Rawe Rontek dengan atraksi gedebusnya.

Sementara sejak dibentuknya God Bless, praktis Ahmad Albar dkk ini lebih banyak ngetop di Jakarta terutama di panggung perdana mereka di Teater Terbuka Taman Ismail Marzuki (sampai 1975 setidaknya tiga kali manggung di Teater Terbuka TIM). Juga di Balai Sidang Senayan dan Taman Ria Remaja IRTI di Monas Jakarta Pusat yang kini jadi Taman Monumen Nasional.

Ada kejadian unik di Kemarau '75 di Gasibu, di depan Gedung Sate Bandung. God Bless belum juga main, baru naik pentas sudah "di-buuuu" publik Bandung. Uji nyali publik Bandung, biasalah. Ini Bandung Bung! Tetapi setelah Ahmad Albar dkk jreeeng, main, lebih dari 40.000 penonton di lapangan Gasibu di akhir Juli 1975 itu,  toh menggelorakan aplaus. Ternyata sistem suara God Bless terdengar jauh lebih jreng, lebih nendang, dan bahkan lebih bening dari sistem suara yang dipakai grup-grup rock Bandung di panggung Gasibu. Menyerah mereka.

Ada 11 grup rock yang ditampilkan saat digelar musik rock, "Kemarau '75" di Gasibu Bandung pada 31 Juli 1975 itu. (Saya meliput berdua senior saya, Kristanto JB, berboncengan ria naik skuter Vespa dari Jakarta untuk nonton Kemarau '75. Lebih dari 6 jam perjalanan naik skuter via Puncak Pass untuk nonton God Bless di pentas Kemarau '75 di Bandung).

Ribuan kepala memadati lapangan Gasibu Bandung pagi di akhir Juli 1975 itu. Nyaris tidak ada ruang tersisa. Yang nonton pun berhimpit-himpit sampai di depan panggung, yang setinggi kepala orang . Tidak hanya lapangan yang padat. Bahkan penonton pun bergelantungan di pohon sekitar lapangan, atau menduduki atap-atap rumah di sekitarnya.

Dan ternyata, selain digoyang irama cepat bak Deep Purple oleh God Bless, publik Gasibu pun terpikat. Juga ketika dialun-buaian lagu yang melodius ciptaan God Bless sendiri, She Passed Away dan juga "Huma di Atas Bukit" hits di rekaman perdana "God Bless" pada 1975. Aplaus membahana, ketika keyboards Jockey Surjoprajogo dan mini moog sinthesizernya seperti membius publik di Gasibu dengan musik-musik megah mirip Genesis dan Steve Hackett-nya, atau Yes dan Rick Wakeman-nya.

Harap di bayangkan, publik musik Indonesia waktu itu bisa menikmati lagu-lagu rock dari grup-grup barat secara terbatas. Belum ada YouTube yang bisa memutar lagu-lagu terbaru di berbagai belahan dunia seperti sekarang. Sehingga selain mendengarkan musik rock melalui radio amatir atau radio-radio barat seperti BBC London, Hilversum Belanda dan Radio Australia, publik musik menikmati musik rock barat dari berbagai belahan dunia dengan membeli kaset-kaset rekaman musik mereka. Atau beli piringan hitam yang terbatas jumlahnya.

Bongkar Pasang Pemain

Bongkar pasang pemain, rupanya tidak hanya menghinggapi grup-grup musik di luar negeri. Dari perjalanan 49 tahun berkonser sejak Mei 1973, praktis motor utama God Bless ya tinggal Ahmad Albar dan pemain bass Donny Fattah Gagola. Bongkar pasang lebih dari lima formasi dilakukan oleh God Bless. Figur yang tetap dalam formasi God Bless ya hanya Ahmad Albar dan Donny Fattah.

Ketika masih tinggal di Belanda sejak 1965, Ahmad Albar -- yang akrab dijuluki 'Iyek' itu sibuk nge-rock bersama grupnya Clover Leaf. Tak hanya melanglang Eropa, merambah ke Jerman, Belgia. Mereka juga pentas di  Brasil Amerika Latin, dan Amerika Serikat. Corak musik yang mereka bawa, rock'n roll. Tahun 1972, Iyek kembali ke Jakarta setelah tujuh tahun di Belanda dan sempat setahun sekolah musik, membawa serta gitaris Ludwig Lemans ke Jakarta. (Kompas Soemohadi Marsis, 1973).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun