Mohon tunggu...
Jimmy S Harianto
Jimmy S Harianto Mohon Tunggu... Jurnalis - Mantan Redaktur Olahraga dan Desk Internasional Kompas

Redaktur Olahraga (1987-1993), Wakil Redaktur Opini dan Surat Pembaca (1993-1995), Redaktur Desk Hukum (1995-1996), Redaktur Desk Features dan Advertorial (1996-1998), Redaktur Desk Internasional (2000-2003), Wakil Redaktur Kompas Minggu (2003-2008), Redaktur Desk Internasional (2008-2012)

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Yayuk Basuki Tinggalkan Partai Amanat Nasional

2 November 2022   06:30 Diperbarui: 12 November 2022   17:50 2726
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yayuk Basuki/By Arbain Rambey

Legenda tenis asal Yogyakarta, Yayuk Basuki, kini resmi bergabung menjadi kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) meninggalkan partai lamanya, Partai Amanat Nasional (PAN) yang membawanya pertama kali ke dunia politik. Yayuk terjun ke dunia politik sejak 2014, dan hanya sempat menjadi anggota legislatif DPR-RI untuk PAN satu periode, pada 2014-2019.

Petenis "Jaguar dari Asia" ini mulai mengikuti acara pembekalan anggota baru PDIP di Sekolah Partai PDIP di Jakarta hari Minggu (30/10/2022), dalam persiapan untuk Nyaleg pada Pemilihan Umum dan Pilpres 2024 mendatang.

"Aku udah lama banget dulu 2012 dicari Mas Utut. Tapi aku keburu dirangkul Pak Hatta...," kata Yayuk, yang memang sebenarnya sudah lama mau masuk ke partai berlambang Banteng ini. Utut yang dimaksud adalah anggota dewan tiga periode, Utut Adianto, Grandmaster Catur yang kini Ketua Fraksi PDI Perjuangan dan juga pernah menjabat Wakil Ketua DPR-RI bidang BAKN, BURT dan Hubungan Antar Lembaga. Sedangkan pak Hatta adalah tokoh politisi senior Partai Amanat Nasional yang memiliki posisi tinggi di era kepemimpinan Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri hingga Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

"Era Presiden Joko Widodo kan bagus perhatiannya terhadap olahraga. Kita tinggal melanjutkan apa yang sudah berjalan, atau kita tinggal kasih ide, Presiden Jokowi yang mengeksekusi," kata Yayuk melalui WhatsApp, Selasa (01/11/2022) ketika ditanya apa yang akan dilakukan jika nanti lolos ke Senayan.

Dengan bergabungnya Yayuk Basuki, maka partai Banteng ini memiliki dua tokoh yang memiliki latar belakang kuat dan berprestasi dunia. Selain pernah menduduki posisi Ketua Umum PB Percasi (2004-2005), Utut Adianto (58) yang lulusan Hubungan Internasional FISIP Universitas Padjadjaran ini masih menjadi anggota Dewan Fide (Federasi Catur Dunia), Senior Trainer Fide sebagai Mahaguru Catur Dunia dari sejak 2004 sampai saat ini.

Sedangkan Yayuk Basuki (52) adalah satu-satunya petenis profesional Indonesia yang pernah mampu menduduki peringkat 19 dunia (1997) di nomor tunggal, serta 9 dunia di nomor ganda. Yayuk pernah meraih enam gelar juara tunggal putri di turnamen WTA (Persatuan Tenis Putri Dunia) dan sembilan gelar juara ganda di turnamen internasional berpasangan dengan pemain-pemain asing, salah satu partner yang terbaiknya adalah petenis Jepang Nana Miyagi serta Nicole Provis.

Yayuk Basuki/By Arbain Rambey
Yayuk Basuki/By Arbain Rambey

The Final Eight Club Member

Meski tidak sempat menjuarai turnamen seri Grand Slam (Australia Terbuka, Perancis Terbuka, Wimbledon, Amerika Serikat Terbuka), Yayuk Basuki saat ini adalah satu-satunya petenis Indonesia yang termasuk "The Final Eight Club Member" seumur hidup.

Tidak setiap petenis dunia mendapatkan privilese seperti itu. "Selain pernah masuk ke delapan besar (perempat final) turnamen Grand Slam, atau kalau untuk petenis ganda sekurangnya pernah semifinal di ganda Grand Slam. Dia juga harus pernah bertahan di 40 besar dunia selama sedikitnya empat tahun," kata Yayuk Basuki, dalam wawancara khusus dengan saya di sebuah mal di Jakarta Selatan, Jumat (18/9/2021) silam.

Yayuk pernah mencapai babak perempat final tunggal Wimbledon pada tahun 1997. Di Grand Slam AS Terbuka (1993) di ganda Yayuk bersama pasangan Jepangnya, Nana Miyagi, pernah lolos semifinal. Dan Yayuk di tunggal bahkan sempat bertahan di peringkat 30 besar dunia dalam kurun lebih dari lima tahun. Maka prasyarat sebagai petenis 'The Final Eight Club Member' (empat tahun berturut-turut mempertahankan posisi 40 besar dunia), bahkan sudah terlampaui oleh Yayuk.

Prestasi terbaik Yayuk terjadi di tahun 1997 ketika ia berhasil tembus ke deretan 19 besar dunia. Yayuk juga konsisten peringkat 21-26 dunia dalam rentang waktu setidaknya empat tahun antara 1994-1998. Penghasilan dari hadiah uang selama kariernya adalah US$ 1.645.049 atau hampir Rp 26 milyar.

Privilese apa yang diterima sebagai salah satu anggota "The Final Eight Club Member"? Seumur hidup Yayuk berkesempatan mendapat ID khusus untuk bisa menyaksikan turnamen seri Grand Slam -- baik Australia Terbuka, Perancis Terbuka, Wimbledon maupun AS Terbuka -- boleh juga kumpul-kumpul sesama "The Final Eight Club", ikut jamuan-jamuan selama turnamen Grand Slam, dapat fasilitas antar-jemput dan menginap di hotel gratis selama nonton turnamen Grand Slam.

Menjadi "The Final Eight Club Member" juga berarti akan mendapat manfaat dari Dana Pensiun Persatuan Tenis Wanita Dunia. Yayuk, merupakan satu-satunya mantan petenis Indonesia yang memiliki Dana Pensiun yang jumlahnya kini mencapai AS$ 310.000 atau senilai Rp 4,4 milyar lebih. (Jumlah ini catatan tahun lalu, berubah setiap tahun).

Jumlah Dana Pensiun Yayuk Basuki itu sebenarnya berasal dari hadiah uang yang diperoleh Yayuk Basuki sendiri selama aktif main di turnamen tenis profesional dunia, dipotong setiap kali 1 persen penghasilan tahunannya (yearly earning). Simpanan Yayuk itu dikelola sebagai kas Dana Pensiun oleh WTA. Nantinya, kalau Yayuk sudah mencapai usia pensiun 55 tahun, maka uang itu akan diberikan kepadanya secara bulanan. *

***

DATA PRIBADI Yayuk Basuki

Lahir: Yogyakarta, 30 November 1970, Suami: Hary Suharyadi, Anak: Yary Nara Sebrio Suharyadi (23),Tenis Pro: 1990-2013, Total Hadiah Uang: AS $ 1.665.152 (Rp 23,8 milyar), Tertinggi Tunggal: No 19 dunia (6 Oktober 1997), Tertinggi Ganda: No 9 dunia (6 Juli 1998).

Grand Slam - Tunggal: Australia Terbuka 4R (1998), Perancis Terbuka 3R (1996), Wimbledon QF (1997), AS Terbuka 2R (1991, 1997). Ganda: Australia Terbuka QF (1996, 1999), Perancis Terbuka QF (1997), Wimbledon QF (1996), AS Terbuka SF (1993). Ganda Campuran: Australia Terbuka 2R (2000), Perancis Terbuka QF (1995), Wimbledon QF (1997), AS Terbuka 2R (1997).

Juara-juara Tunggal: Pattaya Terbuka (1991, 1993), Malaysia Terbuka (1992), Indonesia Terbuka (1993, 1994, 1996), China Terbuka (1994), Birmingham Classic (1997).

(JIMMY S HARIANTO, Wartawan Kompas 1975-2012)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun