"Terrible Life"
Vivian Rubianti alias Iwan itu pun menuturkan, betapa ia mengaku mengalami hidup penuh penderitaan. "Mengerikan", menurut istilah Iwan, karena harus selalu menjalani hidup di dua dunia. Dunia lelaki dan dunia perempuan.
"Very terrible life...," kata Vivian. Selama hidup merasakan hidup dalam kejanggalan, sejak usia kanak-kanak. Iwan memiliki satu kakak perempuan dan satu adik lelaki.Â
Dilahirkan sebagai bayi dengan nama lelaki, tetapi sejak kanak-kanak ia mengaku tidak suka bermain seperti layaknya kanak-kanak lelaki seperti main mobil-mobilan, atau perang-perangan. Tetapi suka boneka, atau "mengganggu ibunya yang sedang bekerja di dapur..," Â Iwan lebih suka boneka.
Ketika duduk di bangku SMP, Iwan bertutur ia  les ballet, serta menari. Dan ketika lulus SMP pun les yang sama dijalaninya lagi. Orang tuanya memberi izin ketika Iwan minta untuk les tata rambut di Jakarta maupun Jepang dan Hongkong.Â
Sekitar tahun 1965 ia pun mendirikan "Remaja Salon" di Kebayoran Baru. Kecenderungan seperti layaknya perempuan pun terus dia lakukan.Â
Menjalani operasi kulit, operasi bibir serta operasi mata. Biarpun sebagai pria, ia termasuk jangkung dengan tinggi 172 cm, namun gerak-geriknya kewanita-wanitaan. Maka, sejak remaja pun sering dicemooh teman-temannya: banci...
Menjalani proses operasi kelamin, dari pria menjadi wanita, dilakukan Iwan secara diam-diam sejak Maret 1972. Ia jalani tiga kali, dengan jedah waktu tiga bulan.Â
Pulang-balik, Iwan pergi ke University Hospital di Singapura. Tidak hanya melakukan tes hormon. Akan tetapi juga tes psikiatri, psikologi dan sebagainya untuk keperluan sebelum operasi. Semua dilakukannya dengan diam-diam.Â
Operasi ketiga, tahap yang terakhir, dijalaninya pada bulan Januari 1973. Bukan diantar saudara atau ibunya, akan tetapi diantar Ny Tuty Harun, isteri seorang direktur di Pelni.Â
Orang tuanya baru diberitahu setelah Iwan selesai menjalani operasi. Ibunya, Ny Iskandar mengaku terkejut.Â