Mohon tunggu...
Jimmy S Harianto
Jimmy S Harianto Mohon Tunggu... Jurnalis - Mantan Redaktur Olahraga dan Desk Internasional Kompas

Redaktur Olahraga (1987-1993), Wakil Redaktur Opini dan Surat Pembaca (1993-1995), Redaktur Desk Hukum (1995-1996), Redaktur Desk Features dan Advertorial (1996-1998), Redaktur Desk Internasional (2000-2003), Wakil Redaktur Kompas Minggu (2003-2008), Redaktur Desk Internasional (2008-2012)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kiai Ageng Bondoyudo, Keris Diponegoro Paling Terkenal

25 Desember 2021   15:30 Diperbarui: 25 Desember 2021   20:48 1942
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Bertemu Peter Carey di Dalem Yudanegaran Yogyakarta/Jimmy S Harianto

Pangeran Diponegoro dan kerisnya, seperti tak terpisahkan. Dalam setiap gambar sosok Diponegoro, pria bersorban ini boleh dikatakan selalu mengenakan jubah dengan keris terselip di pinggang depannya. Salah satu kerisnya yang paling terkenal dan disebut-sebut dalam catatan sejarah adalah keris Kiai Ageng Bondoyudo.

Sebagai putra sulung raja Ngayogyakarta Hadiningrat Hamengku Buwono III, tidak mengherankan jika Raden Mas Ontowiryo atau Diponegoro muda itu memiliki banyak pusaka. Tidak hanya keris, akan tetapi juga tombak-tombak pusaka dari ayah beliau.

Menurut catatan Kapten Johan Jacob Roeps -- pengawal militer Belanda yang mengiring Pangeran Diponegoro dalam perjalanan dari tempat penangkapannya di Magelang menuju Batavia -- setidaknya ada empat keris pusaka milik Diponegoro, satu cundrik dan tujuh tombak dalam daftarnya. 

Keempat kerisnya adalah Kiai Abijoyo, Kiai Blabar, Kiai Wresogemilar, Kiai Haltim, Kiai Ageng Bondoyudo dan cundrik (senjata tusuk mirip pedang tetapi kecil) Kiai Bromo Kedali. Sedangkan tujuh tombaknya adalah Kiai Rondan, Kiai Gagasono, Kiai Mundingwangi, Kiai Tejo, Kiai Simo, Kiai Dipoyono dan Kiai Bandung. (Peter Carey, 2012 Appendix XI 969-970).

Sebelum tahun 1827, keris pusaka yang paling sering diselipkan di jubah Pangeran Diponegoro adalah Kiai Abijoyo (Peter Carey, "Takdir" halaman 48). Keris ini adalah keris pemberian sang ayah, HB III ketika RM Ontowiryo atau Diponegoro muda ketika ia sering berziarah laku tapa di pantai selatan 1805.

Sedangkan keris yang selalu dibawa-bawanya sampai meninggal di pembuangan di Makassar, Kiai Ageng Bondoyudo, itu adalah keris yang dibuat dari remposan (tempa ulang dari bilah yang sudah jadi) tiga pusaka Diponegoro, yakni keris Kiai Abijoyo pemberian sang ayah, cundrik atau pisau tusuk kecil Kiai Bromo Kedali dan tombak Kiai Barutubo -- tombak yang selalu dibawa-bawa oleh pengawalnya, Ngusman Alibasah, panglima pasukan pengawal pribadi Diponegoro, Bulkio. (Peter Carey, "Kuasa Ramalan" 2012:970)

Keris Kiai Ageng Bondoyudo ini menurut sejarawan Peter Carey, adalah satu-satunya keris yang dibawa Pangeran Diponegoro sampai mati di pengasingan Makassar. Dan bahkan dikuburkan bersama Pangeran Diponegoro pada 8 Januari 1855 di Makassar. (Carey 2012:969).

Keterangan ini didapat Carey berdasarkan wawancara dengan Raden Mas Jusuf Diponegoro (alm) keturunan Pangeran Diponegoro yang tinggal di Jalan Irian No 83 pada 8 September 1972. Sedangkan Kapten Johan Jacob Roeps, yang mencatat nama-nama pusaka Diponegoro, menurut Peter Carey, adalah militer yang mengawal Diponegoro dari sejak penangkapan di Magelang oleh Letjen Hendrik Merkus de Kock 28 Maret 1830 sampai ditahan di Batavia sebelum diasingkan ke Makassar Mei 1830. 

Roeps fasih berbahasa Jawa. Roeps juga ditugaskan khusus oleh Gubernur Jendral Hindia Belanda, Johannes Graf van Den Bosch (1830-1834) untuk melaksanakan keputusan pemerintah kolonial, agar membagikan pusaka-pusaka Pangeran Diponegoro kepada keluarga-keluarganya. Kecuali Kiai Bondoyudo yang dibawa sang pangeran sampai meninggalnya di Makassar 8 Januari 1855. 

Selain Kiai Bondoyudo yang ikut dikubur bersama jasad Pangeran Diponegoro di Makassar, menurut Peter Carey, keberadaan pusaka-pusaka lain sang pangeran sulit dilacak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun