Wimbledon awal musim panas 1991. Hari Minggu (30/6) itu kereta bawah tanah dari pusat kota London menuju Church Road dipadati penumpang. Rata-rata mereka menuju lapangan terkenal di 10 Church Road, Wimbledon, nonton pertandingan tenis paling bergengsi dunia berhadiah total 4,1 juta pounds atau senilai Rp 14,4 milyar saat itu.
Sudah menjadi tradisi di Inggris, taman-taman di sekitar lapangan tenis Wimbledon menjadi tempat bercengkerama, atau berjemur di rerumputan saat musim panas. Sembari nyruput es krim dan mengunyah buah strawberry yang paling dicari penonton, setiap kali musim panas tiba di Wimbledon.
Dan bukan lagi mimpi, pada musim panas 1991 itu saya bisa menyaksikan langsung pemain putri Indonesia Yayuk Basuki tampil bermain pertama kalinya di babak ketiga Wimbledon, lapangan yang diimpi-impikan para petenis dunia.
Yayuk Basuki waktu itu masih 19 tahun. Kerempeng, kecil menurut rata-rata ukuran petenis top dunia. Tetapi pukulannya? Keras melesat forehand-nya, dan servis pun dicatat mencapai kecepatan di atas 170 km perjam.
Ketika memasuki babak ketiga Wimbledon, hari Minggu itu menantang petenis nomor satu dunia Steffi Graf dari Jerman, Yayuk terlebih dulu menyingkirkan dua petenis yang lebih tinggi peringkatnya di dunia.
Di babak pertama, menyingkirkan Ann Henricksson dari AS dan petenis Perancis Nathalie Herreman, masing-masing dua set langsung.
Seminggu sebelumnya, Yayuk Basuki juga menjadi perbincangan di Inggris, lantaran di turnamen pemanasan sebelum Wimbledon, di Eastbourne tenggara Inggris, petenis kelahiran Yogyakarta ini menyingkirkan Julie Halard.
Julie, petenis Perancis ini digadang-gadang oleh penggemar tenis dunia, bakal menjadi salah satu bintang tenis dunia. Saya pun beruntung menyaksikan pertandingan Yayuk ini di Eastbourne....
Awal tahun 1991, di turnamen seri grand slam Australia Terbuka, Yayuk Basuki bahkan tampil di nomor ganda berpasangan dengan pemain top Inggris, Jo Durie. Dan bukan tanpa dadakan, mengapa Yayuk "dilamar" Jo Durie jadi pasangannya di Australia Terbuka. Lagi-lagi, beruntung saya nonton Yayuk di Australia Terbuka.
Sekitar setahun sebelumnya, 1990, di sebuah turnamen tenis beregu dunia, Piala Federasi di Melbourne, tim tenis Indonesia yang terdiri dari Yayuk Basuki, Suzanna Anggarkusuma dan Waya Walalangi mampu menyingkirkan tim Inggris yang di atas kertas, berdasarkan peringkat pemainnya, mereka lebih kuat.
Inggris disikat tim Indonesia 2-1. Dua angka direnggut Indonesia dari tunggal putri Yayuk Basuki yang menang atas Sara Gomer, dan ganda putri melalui Yayuk Basuki/Suzanna Anggarkusuma atas andalan ganda Inggris, Claire Wood/Judie Salmon. Sementara di tunggal kedua, Waya Walalangi ditundukkan Claire Wood.