Mohon tunggu...
Jimmy H Siahaan
Jimmy H Siahaan Mohon Tunggu... Dosen - Akademisi

Dosen

Selanjutnya

Tutup

Politik

Berpikir Global Bertindak Lokal

16 November 2024   22:44 Diperbarui: 17 November 2024   04:11 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Think Globally, Act Locally" pertama kali dicetuskan oleh Patrick Geddes (1915) seorang ahli biologi Skotlandia, sosiolog, dermawan dan perintis perencana kota dalam ide dan gagasannya membuat perencanaan kota Skotlandia.

Think globally act locally atau "berpikir global bertindak lokal" adalah ungkapan yang mengingatkan bahwa masalah global dan lokal saling memengaruhi.

Ungkapan ini memiliki makna filosofis, yaitu setiap individu harus bisa memahami perkembangan dunia, tetapi tetap bertindak sesuai dengan budaya kerap dihadirkan untuk mengingatkan bahwa masalah global pada era masa kini tak dapat diingkari terkait dengan masalah lokal.

Goethe mungkin tidak menghina Hindia Belanda yang tropis karena dia mencintai Kebun Raya Bogor, sedang yang ditegurnya adalah membangun Kota Batavia, yang tidak pantas menjadi kota di tengah rawa-rawa dan teriknya matahari.

Supremasi Iklim, supremasi ras, merangsang kolonialisme dalam kisah di bentuknya Republik Bataaf adalah pemerintahan kolonial yang didirikan di Belanda pada tahun 1795 hingga 1806. Republik ini merupakan salah satu bentuk pemerintahan modern pertama di Belanda dan diilhami oleh nilai-nilai Revolusi Prancis.

Republik Bataaf didirikan setelah Belanda diduduki oleh Prancis dan Raja Willem V melarikan diri ke Inggris. Republik ini diproklamasikan pada 19 Januari 1795, sehari setelah Raja Willem V melarikan diri.


Republik Bataaf memiliki pengaruh yang meluas ke wilayah-wilayah jajahan Belanda, termasuk Hindia Timur (sekarang Indonesia). Kekuasaan Republik Bataaf di Indonesia berakhir pada tahun 1811 setelah Inggris berhasil menguasai Nusantara melalui Kapitulasi Tuntang.

Beberapa fakta tentang Republik Bataaf:

Republik Bataaf didirikan sebagai pemerintahan federal, tetapi pada 1798 diubah menjadi negara kesatuan di bawah pengaruh Prancis.
Prancis mengakui kemerdekaan Republik Bataaf, tetapi menuntut berbagai konsesi dari republik tersebut.

Selama tahun 1800 hingga 1811, pemerintahan Republik Bataaf dipimpin oleh Herman Willem Daendels (1808-1811) dan Jan Willem Jansens (1811).

Sebelumnya ada sebuah, Buku Keajaiban Dunia (bahasa Prancis: Livre des Merveilles du Monde) atau Deskripsi Dunia (Devisement du Monde), dalam bahasa Italia Il Milione (Sejuta) atau Oriente Poliano dan dalam bahasa Inggris umumnya disebut The Travels of Marco Polo (Perjalanan Marco Polo), adalah sebuah catatan perjalanan abad ke-13 yang ditulis oleh Rustichello da Pisa dari kisah-kisah yang diceritakan oleh Marco Polo, yang mendeskripsikan perjalanan Polo di Asia, Persia, China, dan Indonesia antara 1276 dan 1291, dan pengalamannya saat bertemu dengan Kublai Khan.

Selanjut ada juga catatan hasil penelitian.Garis Wallace adalah sebuah garis hipotetis yang memisahkan wilayah geografi hewan Asia dan Australasia. Bagian barat dari garis ini berhubungan dengan spesies Asia; di timur kebanyakan berhubungan dengan spesies Australia. Garis ini diberi nama sesuai nama penemunya, Alfred Russel Wallace, yang menyadari perbedaan yang jelas pada saat dia berkunjung ke Hindia Timur pada abad ke-19. 

Garis ini melalui Kepulauan Melayu, antara Borneo dan Sulawesi; dan antara Bali (di barat) dan Lombok (di timur). Adanya garis ini juga tercatat oleh Antonio Pigafetta tentang perbedaan biologis antara Filipina dan Kepulauan Maluku, tercatat dalam perjalanan Ferdinand Magellan pada 1521. 

Garis ini lalu diperbaiki dan digeser ke Timur (daratan pulau Sulawesi) oleh Weber. Batas penyebaran flora dan fauna Asia lalu ditentukan secara berbeda-beda, berdasarkan tipe-tipe flora dan fauna. Garis ini lalu dinamakan "Wallace-Weber".


Garis Wallace dan Weber adalah garis imajiner yang membagi Indonesia menjadi tiga wilayah fauna, yaitu barat (tipe Asiatis), tengah (tipe peralihan), dan timur (tipe Australis):

Garis Wallace
Memisahkan fauna tipe Asiatis dan Peralihan. Garis ini membentang dari Selat Lombok, menuju Selat Makassar, dan berakhir di Filipina bagian Selatan.
Garis Weber
Memisahkan fauna tipe Peralihan dengan fauna tipe Australis.

Garis ini membentang dari Laut Arafura menuju Laut Banda, dan berakhir di Laut Maluku.

Garis Wallace dan Weber penting untuk memahami dinamika alam Indonesia. Kedua garis ini menjadi penuntun bagi para peneliti dan ilmuwan dalam memetakan persebaran flora dan fauna di Indonesia.

Indonesia memiliki beragam flora dan fauna karena terletak di antara dua benua (Asia dan Australia) dan dua samudra (Hindia dan Pasifik). Kondisi ini menyebabkan jenis fauna yang ada di Indonesia dipengaruhi oleh fauna Asia dan Australia.

Dari kedatangan Marcopolo, berlanjut pada wilayah tropikal yang menjadi daya tarik, dan juga rempah-rempah, adanya penelitian garis fauna, hingga akhirnya menjadi daya tarik dunia. Masuknya Portugis, Belanda, negara lainnya, masuk pada kewilayahan Indonesia sebagai wilayah antara pulau dan pulau disebut sebagai "Nusantara".

Deklarasi Djuanda yang dicetuskan pada tanggal 13 Desember 1957 oleh Perdana Menteri Indonesia pada saat itu, Djuanda Kartawidjaja, adalah deklarasi yang menyatakan kepada dunia bahwa laut Indonesia adalah termasuk laut sekitar, di antara dan di dalam kepulauan Indonesia menjadi satu kesatuan wilayah NKRI.

Sebelum deklarasi Djuanda, wilayah negara Republik Indonesia mengacu pada Ordonansi Hindia Belanda 1939, yaitu Teritoriale Zeen en Maritieme Kringen Ordonantie 1939 (TZMKO 1939). 

Dalam peraturan zaman Hindia Belanda ini, pulau-pulau di wilayah Nusantara dipisahkan oleh laut di sekelilingnya dan setiap pulau hanya mempunyai laut di sekeliling sejauh 3 mil dari garis pantai, ini berarti kapal asing boleh dengan bebas melayari laut yang memisahkan pulau-pulau tersebut.

Deklarasi Djuanda menyatakan bahwa Indonesia menganut prinsip-prinsip negara kepulauan (Archipelagic State) yang pada saat itu mendapat pertentangan besar dari beberapa negara, sehingga laut-laut antar pulau pun merupakan wilayah Republik Indonesia dan bukan kawasan bebas. 

Deklarasi Djuanda selanjutnya diresmikan menjadi UU No.4/PRP/1960 tentang Perairan Indonesia. Akibatnya luas wilayah Republik Indonesia berganda 2,5 kali lipat dari 2.027.087 km menjadi 5.193.250 km yang ia klaim dengan pengecualian Irian Jaya yang waktu itu belum diakui secara internasional.

Berdasarkan perhitungan 196 garis batas lurus (straight baselines) dari titik pulau terluar (kecuali Irian Jaya), terciptalah garis maya batas mengelilingi RI sepanjang 8.069,8 mil laut.

Setelah melalui perjuangan yang panjang, deklarasi ini pada tahun 1982 akhirnya dapat diterima dan ditetapkan dalam konvensi hukum laut PBB ke-III Tahun 1982 (United Nations Convention On The Law of The Sea/UNCLOS 1982). Selanjutnya deklarasi ini dipertegas kembali dengan UU Nomor 17 Tahun 1985 tentang pengesahan UNCLOS 1982 bahwa Indonesia adalah negara kepulauan.

Pada tahun 1999, Presiden Abdurrahman Wahid mencanangkan tanggal 13 Desember sebagai "Hari Nusantara". Penetapan hari ini dipertegas oleh Presiden Megawati dengan menerbitkan Keputusan Presiden RI Nomor 126 Tahun 2001 tentang Hari Nusantara, sehingga tanggal 13 Desember resmi menjadi hari perayaan nasional, tetapi tidak termasuk hari libur nasional.

Isi dari Deklarasi Juanda yang ditulis pada 13 Desember 1957, menyatakan:

Bahwa Indonesia menyatakan sebagai negara kepulauan yang mempunyai corak tersendiri
Bahwa sejak dahulu kala kepulauan nusantara ini sudah merupakan satu kesatuan
Ketentuan ordonansi 1939 tentang Ordonansi, dapat memecah belah keutuhan wilayah Indonesia.

Djoeanda Kartawidjaja
pahlawan nasional Indonesia, Perdana Menteri Indonesia ke-11.

Berpikir Global dan Bertindak Lokal adalah secara konkrit sudah di sumbangsihkan untuk tanah air. Hingga saat ini, kita sebutnya sebagai sebuah " Historical Trigger".

Cinta tanah air merupakan perasaan yang harus dimiliki dan menjadi bagian setiap individu untuk negara dan bangsanya.

Sikap cinta tanah air yang dimiliki oleh setiap individu dapat tercermin dari perilaku untuk membela dan melindungi tanah airnya, rela berkorban demi kepentingan bangsa, mencintai adat, budaya, serta lingkungan.

Dalam buku Merajut Kembali ke Indonesiaan Kita (2007) oleh Sultan Hamengku Buwono X, cinta tanah air adalah cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan terhadap bangsa.

Seperti sikap terhadap bahasa, lingkungan, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.

"Subiicite terram" merupakan istilah teologis yang berarti "menguasai bumi". Istilah ini mengandung makna bahwa makhluk hidup di alam semesta tidak boleh direduksi menjadi objek yang dapat dieksploitasi untuk kepentingan pribadi, terutama untuk alasan politik atau ekonomi.

Menguasai wilayah, tanah air, laut kita gambarkan sebagai wawasan nusantara. Adanya juga  yang kita sebut sebagai ibu kota Nusantara  ( IKN) sebagai pengganti ibukota lama, Jakarta.

Kembali pada judul diatas Berpikir Global dan Bertindak Lokal dan adanya " Historical Trigger" sebagai soal klasik tentang soal perbatasan dan laut.

Dalam hubungan Internasional selalu menjadi trigger untuk terjadinya perpecahan antar negara, organisasi Internasional.

Belum lama ini, tgl 9 November, sebuah kerjasama sudah ditandatangani oleh kedua kepala negara Indonesia dan China.

Memang benar Indonesia  melakukan joint development dengan pemerintah China maka ini akan berdampak pada situasi geopolitik di kawasan.

Negara-negara yang berkonflik dengan China sebagai akibat klaim sepihak Sepuluh Garis Putus, seperti Vietnam, Malaysia, Filipina dan Brunei Darussalam akan mempertanyakan posisi Indonesia dan bukannya tidak mungkin memicu ketegangan diantara negara ASEAN.

Belum lagi negara-negara besar yang tidak mengakui klaim sepihak China karena berdampak pada kebebasan pelayaran internasional seperti Amerika Serikat dan Jepang akan sangat kecewa dengan posisi Indonesia.

Dari sisi de facto kerjasama ini adalah sebagai kepentingan ekonomi kedua negara.

Nampaknya secara formal "Kedaulatan Negara" dejure tidak bermasalah. Tidak ada yang terganggu.

Hingga kini kerjasama ini tetap dipertanyakan oleh Amerika dan Jepang

Perdana Menteri (PM) Jepang Shigeru Ishiba menyampaikan "kekhawatiran serius atas situasi di sekitar Laut China Selatan, Hong Kong, dan Xinjiang" kepada Presiden China Xi Jinping. Hal itu disampaikan Ishiba dalam pembicaraan tatap muka pertama kalinya dengan Xi.


Kementerian Luar Negeri Jepang mengatakan, dilansir kantor berita AFP, Sabtu (16/11/2024), dalam pembicaraan di sela-sela KTT APEC di Peru, keduanya juga sepakat untuk "berusaha mewujudkan kunjungan bersama oleh masing-masing menteri luar negeri, serta dialog tingkat tinggi tentang pertukaran budaya dan ekonomi pada waktu yang tepat".

Hubungan antara Jepang dan China memburuk karena Beijing membangun kapasitas militernya.

Kerjasama Indonesia dan China tetap dalam catatan serius bagi negara besar dan negara anggota Asean.

Pada tahun 2011, Mearsheimer menulis buku bertajuk Why Leaders Lie: The Truth About Lying in International Politics. Ia menyebut buku ini sebagai daftar "segala jenis kebohongan yang disampaikan antara satu negara dengan negara lainnya".

Mearsheimer mengatakan bahwa dalam buku tersebut, pembaca dapat belajar tentang "berbohonglah secara selektif, berbohonglah secara cerdas, dan kuasai bidang yang kamu lakukan".

Kissinger lebih menghargai "stabilitas internasional daripada mereformasi dunia menurut citra Amerika."
Selanjutnya Kissinger Quotes, bahwa Tentara hanyalah hewan bodoh yang dapat digunakan sebagai pion dalam kebijakan luar negeri.

Sejak hari pelantikan, belum genap100 hari kerja, Pemerintahan Prabowo, sudah melakukan dua langkah besar. Pertama, akan menjadi anggota Brics, kedua menandatangai kerjasama dengan China.

Kedua hal tersebut apakah akan dilihat sebagai The New Trigger, kita hanya menunggu. Ini adalah kisah mendayung di antara tiga karang Adidaya Dunia Amerika, Russia dan China. Sebuah langkah yang progresip bagi politik luar negeri yang bebas aktif.

Berpikir Global dan Bertindak lokal seperti yang dilakukan Deklarasi Juanda tetap merupakan kisah sejarah yang sukses.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun