Jumlah wirausaha di Indonesia terbilang rendah di Asia Tenggara dengan rasio yang masih 3,47%. Rasio tersebut masih terbilang kecil apabila dibandingkan negara tetangga, seperti Singapura, yang rasio kewirausahaannya 8,76%, Malaysia dengan angka 4,7%, dan Thailand di atas 4,5%.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada pertengahan tahun 2023, mayoritas wirausaha Indonesia merupakan lansia dengan kisaran usia di atas 60 tahun.
Sementara wirausaha muda hanya menempati porsi kecil. Sebagai gambaran saja, wirausaha dengan kisaran usia  15-19 tahun adalah 400.000 orang lebih dari 56 juta wirausaha di Indonesia.
Pertanyaan mengemuka saat ini adalah kenapa angka pertumbuhan wirausaha, terutama di kalangan kaum muda, lambat pertumbuhannya di Indonesia.
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab permasalahan ini, mulai dari rendahnya kapasitas SDM pelaku usaha hingga pola pikir masyarakat yang cenderung lebih menaruh minat untuk mencari pekerjaan ketimbang berwirausaha.
Permasalahan tersebut belum mencakup peliknya urusan regulasi di dunia kewirausahaan serta permasalahan masyarakat dalam akses modal.
Melihat sejumlah permasalahan di atas, tidak heran apabila masyarakat terbentuk pola pikirnya untuk lebih memilih mencari pekerjaan ketimbang berwirausaha dengan kenyataan dihadapkan pada berbagai risiko.
Padahal, masih banyak tersedia sejumlah peluang usaha dengan faktor risiko kecil dan permodalan tidak besar, yaitu di antaranya di bidang bahasa asing.
Ada beragam jenis usaha yang dapat ditawarkan dari jasa dengan keahlian berbahasa asing, mulai dari penerjemahan, pengajaran, hingga ke penulisan. Kebutuhan jasa usaha di bidang kemahiran berbahasa asing pun terbuka luas mengingat semakin tingginya frekuensi dan kerja sama sejumlah institusi di Indonesia dan antarnegara di berbagai sektor.
Ini merupakan fakta pesatnya pertumbuhan ekonomi global sehingga banyak perusahaan asing yang melebarkan sayap usahanya hingga ke Tanah Air.
Oleh karena itu, tidak heran apabila kehadiran jasa bahasa asing, baik dalam bentuk penerjemahan/penjurubahasaan, pengajaran, content writing, copy writing, dan jasa bahasa asing lainnya sangat dibutuhkan agar kerja sama antarnegara terjalin dengan baik.
Jasa bahasa asing ini perlu dikelola dengan baik dalam wirausaha bahasa karena potensi bisnis ini sangat besar.
Dr. Li. Nurdiana, S.Psi., M.Hum., dosen tetap Program Studi Magister Linguistik Terapan Universitas Al-Azhar Indonesia, menjelaskan bahwa Program Studi Magister Linguistik Terapan Universitas Al-Azhar Indonesia berupaya membekali masyarakat, terutama kaum muda, untuk merealisasikan masa depan dengan penguasaan bahasa asing serta kemampuan mengelola jasa bahasa asing tersebut dalam bentuk wirausaha bahasa.
Pembekalan ini tidak begitu saja dilakukan, tetapi melalui serangkaian proses seperti focus group discussion dan penelitian terhadap wirausaha jasa bahasa asing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H