Kita sendiri sudah melihat potensi perpecahan tersebut justru muncul saat berlangsung pesta demokrasi seperti pada Pilkada DKI Jakarta 2017 maupun Pilpres 2014 dan 2019.
Tidak heran apabila Presiden Jokowi menaruh perhatian khusus terhadap potensi perpecahan bangsa dengan mengatasnamakan demokrasi dan agama ini.
"Jangan ada yang merasa paling agamis sendiri. Jangan ada yang merasa paling Pancasilais sendiri," tutur Presiden Jokowi dalam pidato kenegaraan di ruang sidang Kompleks Parlemen Jakarta 3 hari menjelang HUT ke-75 RI.
Kepentingan individu maupun golongan tertentu yang telah menyalahgunakan alam demokrasi ini jelas bertentangan dengan semangat persatuan dan kesatuan bangsa untuk mengisi kemerdekaan lewat pembangunan.
Beberapa kepentingan individu maupun golongan tersebut tersingkap lewat penangkapan beberapa pejabat oleh aparat keamanan dalam sejumlah kasus korupsi di sejumlah perusahaan negara.
Kasus korupsi, kolusi, maupun nepotisme ini diantaranya terbongkar lewat pembenahan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) - mulai dari Garuda Indonesia, Jiwasraya, Asabri, hingga Pertamina.
Meskipun telah sederet kasus terbongkar, masih ada kemungkinan sejumlah kasus korupsi yang belum terungkap. Yang pasti adalah baik kasus korupsi yang telah terbongkar maupun belum terungkap sama-sama telah merugikan negara dengan potensi nilai hingga triliunan rupiah.
Gambaran ini hanya sekelumit saja dari kebobrokan moral bangsa yang telah menyalahgunakan agama maupun demokrasi untuk kepentingan pribadi maupun kelompok.
Kita harus belajar dari sejumlah peristiwa tersebut bahwa ancaman terhadap keberagaman kita sebagai bangsa bukan pada perbedaan yang ada, tetapi kepentingan individu atau golongan yang ingin mengeruk keuntungan melalui perpecahan yang dikemas lewat penyelewengan tujuan demokrasi dan agama.
Kita harus waspada dan terus berjuang melawan ancaman penjajahan dalam wujud penyelewengan tujuan demokrasi dan agama yang berpotensi besar menghancurkan persatuan dan kesatuan bangsa dan negara.
Bahkan, Proklamator sekaligus Pendiri Bangsa, Soekarno, telah jauh hari melihat adanya ancaman perpecahan ini melalui salah satu kutipan terkenal yang pernah disampaikannya.