Mohon tunggu...
Jimmy Wijaya
Jimmy Wijaya Mohon Tunggu... Lainnya - Insan Bangsa

Berbagi Cerita

Selanjutnya

Tutup

Money

Teluk Bintuni, Kini Sumber Bensin "Sudekat"

15 Desember 2020   12:13 Diperbarui: 15 Desember 2020   12:29 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
SPBU3T di Teluk Bintuni, dioperasikan secara manual (Sumber : BBM 1 Harga Project)

Jangan kaget. Di Kabupaten Teluk Bintuni provinsi Papua Barat, harga BBM di luar batasan kewajaran. Harga satu liter premium di tingkat pengecer bisa mencapai Rp 200 ribu rupiah. Bahkan pernah lebih dari harga tersebut.

Tahun 2015 silam, salah satu wilayah di Kabupaten Teluk Bintuni yang terparah terdampak "menggilanya" harga BBM adalah distrik Moskona Timur. Salah satu penyebab harga jual BBM menjadi tidak wajar karena sulitnya akses transportasi darat menembus distrik yang membawahi kampung Igomu, Mesna dan Sumuy.

Untuk menembusnya, hanya dapat dijangkau menggunakan transportasi udara jenis pesawat pilatus atau helikopter. Faktor infrastruktur dan minimnya lembaga penyalur menjadi beban yang tidak dapat dihindari, sehingga berpengaruh pada meroketnya harga jual BBM.

Sudah menjadi hukum ekonomi, jika harga BBM melambung tentu akan berdampak signifikan terhadap kebutuhan pokok lainnya. Sebut saja harga gula yang mencapai Rp 100 ribu rupiah per kilogramnya

Terkereknya harga kebutuhan pokok seperti gula dan lainnya, dipengaruhi oleh distribusi. Karena distribusilah yang menjadi komponen penting dalam merumuskan suatu harga. Terlebih, faktor distribusi tersebut bergantung pada moda transportasi yang mengandalkan BBM. Sudah bisa dibayangkan, betapa berat beban perekonomian dalam situasi seperti itu.

Sulitnya mendapat BBM dan harganya yang selangit kini tinggal kenangan. Sejak hadirnya lembaga penyalur melalui program BBM Satu Harga, harga jual BBM kini jauh lebih murah. Harganya pun setara di pulau jawa dan kota-kota pada umumnya. Yakni Rp 6.450 untuk harga premium dan Rp 5.150 harga solar.

BBM murah itu bisa diperoleh di SPBU Kompak yang masing-masing berlokasi di Kecamatan Weriagar dan Kecamatan Aroba. Kedua SPBU yang diresmikan akhir november itu mampu mengakomodir kebutuhan energi masyarakat setempat, kurang lebih 650 kepala keluarga.

Dari fisik bangunan, SPBU ini teramat sederhana. Bahkan, masih jauh dari kata mentereng, lazimnya SPBU Pertamina pada umumnya. Semuanya masih dioperasikan secara manual.

Tidak ada tangki timbun untuk menyimpan suplai BBM. Lembaga penyalur tersebut masih mengandalkan drum untuk menyimpan premium, biosolar termasuk pertalite dan dexlite. Fuel dispenser juga tak ada. Hanya ada nozzle yang berfungsi memindahkan BBM ke wadah tangki kendaraan milik konsumen.

Masyarakat yang membeli BBM di SPBU tersebut tak perlu khawatir. Kendati pengelolaannya belum menggunakan fasilitas digital, namun Pertamina tetap menjaga standar keamanan serta menjamin kualitas dan takarannya sesuai standar.

Kedua lembaga penyalur ini disuplai melalui Fuel Terminal Sorong. Distribusi BBM ada yang diangkut melalui jalur darat. Ada juga yang menggunakan moda transportasi laut.

Kini, kabupaten yang terletak di bagian leher peta papua itu memiliki lumbung energi baru. Masyarakat sudah lama menantikan BBM murah dan gampang diperoleh. Terlebih bagi masyarakat nelayan yang banyak menggantungkan pada ketersediaan solar.

Dengan harga solar yang terjangkau, memberi kontribusi pada positif pada turunnya beban operasional. Secara tidak langsung, iklim ekonomi mengalami perbaikan yang relatif lebih baik sekaligus peningkatan taraf hidup layak bagi komunitas nelayan.

Kehadiran program BBM Satu Harga di kabupaten yang memiliki luas 18.114 Km atau meliputi 13,02 persen dari wilayah Provinsi Papua Barat turut memberikan andil dalam pembenahan krisis listrik di wilayah tersebut. Lebih dari 15 tahun lamanya, sebagian masyarakat setempat tidak dapat menikmati listrik 24 jam.

Untuk mengoptimalkan listrik yang hanya bertahan mungkin hingga 12 jam saja per hari, warga Bintuni beralih menggunakan genset. Kendala yang sering dihadapi kala itu, sulitnya memperoleh solar untuk menghidupkan mesin genset. Jika itu terjadi, terpaksa beralih menggunakan lilin sebagai alternatif penerangan sementara.

Rampung 209 SPBU

Selain Kabupaten Teluk Bintuni, SPBU Kompak juga hadir di Kepulauan Ayau di Raja Ampat dan Kecamatan Matemani, Sorong Selatan. Secara bersamaan diresmikan yang dipusatkan di Terminal BBM Manokwari. Termasuk SPBU di Mahakam Ulu (Kalimantan Timur), Kabupaten Sumbawa, Kabupaten Sabu Riaju. 

Total lembaga penyalur yang diresmikan berjumlah 15 SPBU. Peresmian tersebut guna mengejar target tahunan yang dicanangkan, yakni sebanyak 83 SPBU 1 Harga yang bakal beroperasi 2020. Sejak kebijakan pro rakyat ini dicanangkan 2017 silam, sudah ada ratusan SPBU Satu Harga diresmikan. Totalnya mencapai 209 lembaga penyalur, termasuk 15 SPBU yang baru diresmikan.

Terkait dengan penugasan, Pertamina menargetkan merampungkan infrastruktur lembaga penyalur untuk program BBM Satu Harga di 500 titik atau lokasi pada 2024 nanti. Harapannya ekonomi masyarakat bisa tumbuh dan menjadi lebih produktif dengan tersedianya BBM yang terjangkau di wilayah yang selama ini sulit dijangkau.

Pembuktian Pertamina

Pertamina membuktikan, mampu melewati tantangan dalam proses pengembangan infrastruktur lembaga penyalur baru guna menunjang program revolusioner, BBM Satu Harga. Kendati aspek geografis Indonesia sebagai negara kepulauan menjadi rintangan tersendiri, namun powerhouse ini mampu merampungkan sejumlah lembaga penyalur baru sesuai dengan target yang direncanakan.

Memang tidak mudah, terlebih beberapa wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar) masih sulit untuk diakses karena keterbatasan infrastruktur pendukung. Termasuk di tahun 2020 ini, dimana ada pembatasan interaksi sosial di tengah upaya pencegahan penularan Covid-19.

Perusahan energi ini pun perlahan menuju apa yang dikomitmenkan Pemerintah melalui Kementerian ESDM bersama BPH Migas. Komitmen itu bertujuan guna menyamakan harga jual BBM di seluruh wilayah di Indonesia. Harga yang selama ini disparitasnya cukup berjarak antara masyarakat yang berada di pelosok dengan di perkotaan.

Dengan komitmen itu, progress tersebut menjadi harapan bagi bangsa Indonesia dalam mewujudkan energi berkeadilan semakin tampak jelas, bukan lagi sebatas angan-angan. Pertamina membawa program BBM Satu Harga menjadi efek positif yang mendorong perkembangan sosial dan ekonomi semakin membaik.

Yah, tentu kita hanya menunggu waktu efek positif dari program ini. Waktu yang ditargetkan pada 2024 nanti. Waktu dimana pasokan energi terjaga di seluruh penjuru di negeri ini dengan harga yang sama. Dan waktu dimana program ini menjadi efek yang menjadi motor penggerak ekonomi dalam menurunkan lonjakan harga jual barang dan jasa, khususnya masyarakat wilayah 3T.

Tulisan telah dimuat di https://kumparan.com/wijayajimmy72/teluk-bintuni-kini-sumber-bensin-sudekat-1uk0x1NznOC

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun