Keceriaan saat wisuda sudah lewat. Foto indah bersama orang tua dan teman-teman sudah berlalu. Kini saatnya mencari pekerjaan. Tapi bekerja di mana? Puluhan lamaran dimasukkan ke berbagai tempat, di pemerintahan dan swasta. Tapi adakah pilihan lain?
Kisah dua wanita cantik ini mungkin bisa menjadi sumber inspirasi. Kebetulan bertemu dengan mereka baru-baru ini saat pameran furniture di Kemayoran, Jakarta. Wanita pertama baru lulus Institut Teknologi Bandung, dan temannya lulusan Universitas Indonesia. Mereka baru buka usaha. Sebenarnya mereka meneruskan usaha perabotan (furniture) paman lulusan ITB itu.Â
Rupanya pamannya sudah cukup tua dan merasa sudah cukup sehingga usaha itu diberikan kepada ponakannya. Kelihatannya ponakannya saat mahasiswa sudah tahu dan mengamati bahwa produk furniture pamannya cukup baik, namun hanya dijual di dalam negeri. Seandainya dijual ke luar negeri akan lebih berkembang lagi.
Lalu dengan temannya lulusan UI itu mereka mencoba mengembangkan usaha furniture itu. Pertama nama perusahaan dibuat menarik dan ditampilkan di internet. Kemampuan teknologi informasi yang sudah dikuasai sangat membantu.Â
Lewat foto-foto di internet itu banyak penawaran dari luar negeri. Tapi bagaimana cara mengirimnya? Mereka harus bertanya ke sana ke mari. Namun akhirnya berhasil. Mereka bisa mengirim produk ke luar negeri.Â
Kini sudah dua tahun berlalu. Kedua gadis sarjana itu hampir tidak memiliki modal. Ketika mereka mampu mengirimkan sofa ke luar negeri, hasilnya mereka gunakan lagi untuk menghasilkan produk lain. Demikian seterusnya sehingga mereka cukup nyaman dengan usaha ini. Apakah mereka cukup puas?
Kedua gadis itu merasa senang dan akan tetap terjun di dunia bisnis ini. Bagaimana pandangan orang tua dan keluarga? Kebetulan mereka berasal dari keluarga yang sangat mendukung dan memberi kebebasan kepada mereka? Bagaimana dengan teman-teman mereka? Kebanyakan ingin bekerja di kantor pemerintahan atau perusahaan.Â
Namun masih banyak teman-teman mereka yang belum bekerja walaupun sudah dua tahun mencari dengan sungguh-sungguh. Kenapa tidak mengajak mereka saja berbisnis? Â Ya itulah masalahnya. Mungkin banyak orang berpikir bahwa dunia usaha itu "kurang baik" dibandingkan dengan bekerja di kantor pemerintahan dan swasta.Â
Memang menjadi wali kota/bupati/gubernur, anggota DPR/DPRD atau pejabat itu gagah kelihatannya. Namun kalau harus berakhir di tangan KPK seperti yang dialami anggota Komisi Pemilihan Umum Wahyu Setiawan yang baru kena operasi tangkap tangan, bekerja sebagai pengusaha pun tidak kalah terhormatnya. Â
Kedua gadis pengusaha belia itu sudah berketetapan hati untuk tetap di dunia bisnis furniture dan yakin bahwa masa depan mereka cukup menjanjikan apalagi ekspor produk mereka hampir setiap hari meningkat.Â
Mereka mencoba melatih para pekerjanya untuk bisa menghasilkan produk yang lebih baik dengan menggunakan teknologi informasi yang sudah banyak menyediakan kita-kiat untuk menghasilkan produk yang baik.