Foto Kabinet Gotong Royong 2014 (Sumber: Adek Berry/Tempo.co)
Walaupun hasil perhitungan cepat (quick count) dari berbagai survei terhadap pemilihan umum tanggal 17 April 2019 menunjukkan kemenangan yang sangat meyakinkan (di atas 2%) bagi pasangan 01, namun Presiden Joko Widodo nampaknya memilih sikap bijak dan rendah hati yakni menunggu hasil resmi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU). Kita bisa melihat hasil perhitungan cepat sebagai berikut.
Lembaga Litbang Kompas dengan 97% suara masuk menyebutkan 54,52% untuk pasangan 01 dan 45,48% untuk pasangan 02.
Lembaga Indo Barometer dengan 99% suara masuk menyebutkan 51,32% untuk pasangan 01 dan 45,68% untuk pasangan 02.
Lembaga LSI Denny JA dengan 99,50 % suara masuk menyebutkan 55,77% untuk pasangan 01 dan 44,73% untuk pasangan 02.
Lembaga Median dengan 98,02% suara masuk menyebutkan 54,55% untuk pasangan 01 dan 45,45% untuk pasangan 02.
Lembaga Kedai Kopi dengan 76,40% suara masuk menyebutkan 52,43% untuk pasangan 01 dan 45,25% untuk pasangan 02.
Dengan menggunakan logika atau pemahaman umum sudah barang tentu pasangan 01 (pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin) berada di atas angin. Apalagi menurut pandangan Lembaga LSI Denny JA yang sudah melakukan perhitungan cepat dalam pemilu di 300 lebih pemilihan, tidak satupun yang meleset.
Apa artinya bagi Indonesia saat ini?
Pertama dan yang terutama, untuk pemerintahan Jokowi saat ini bolehlah melaksanakan pembangunan dengan lebih giat lagi karena sudah ada "kepastian" untuk memerintah lagi dan tinggal menunggu pelantikan bulan Oktober 2019 mendatang.
Masyarakat Indonesia bisa menyaksikan betapa jika penantang yang menang, sementara masih ada waktu bagi pemerintah petahana untuk melaksanakan pembangunan sebelum peralihan kekuasaan, seperti yang terjadi di DKI beberapa waktu lalu, ada kegamangan atau setidaknya ada ketidakpastian untuk melanjutkan pelaksaan pemerintahan dengan optimal.
Dalam kaitan itu, sambil menunggu pengumuman resmi dari KPU maupun pelantikan bulan Oktober 2019 mendatang, semua aparat pemerintah Jokowi-JK saat ini perlu memanfaatkan momentum ini untuk mewujudkan semangat "kerja, kerja, kerja"yang dulu dicetuskan oleh Presiden Jokowi tahun 2014 saat memulai kepemimpinannya sebagai Presiden RI. Â Â
Kini tidak perlu lagi ragu atau khawatir dianggap pencitraan atau dianggap beprihak kepada salah satu calon presiden. Ada pekerjaan rumah yang harus segera dituntaskan demi kemajuan negara kita.Â
Misalnya ekspor kita tahun 2018 hanya mencapai AS$180 miliar masih jauh di bawah Singapura, Thailand, Malaysia bahkan Vietnam.Â
Jumlah turis asing yang masuk Indonesia belum mencapai 20 juta per tahun sementara Thailand sudah mencapai 34 juta dan Malaysia mencapai 30 juta turis per tahun.Â
Di bidang investasi juga kita masih membutuhkan investasi untuk mengembangkan potensi yang ada terutama untuk memperbaiki kehidupan masyarakat Indonesia.
Sekali lagi pemilu sudah selesai dan tinggal menunggu hasilnya. Mari kita semua kembali dengan penuh semangat: kerja,kerja, kerja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H