Mohon tunggu...
Jimmy Haryanto
Jimmy Haryanto Mohon Tunggu... Administrasi - Ingin menjadi Pembelajaryang baik

Pecinta Kompasiana. Berupaya menjadi pembelajar yang baik, karena sering sedih mengingat orang tua dulu dibohongi dan ditindas bangsa lain, bukan setahun, bukan sepuluh tahun...ah entah berapa lama...sungguh lama dan menyakitkan….namun sering merasa malu karena belum bisa berbuat yang berarti untuk bangsa dan negara. Walau negara sedang dilanda wabah korupsi, masih senang sebagai warga. Cita-cita: agar Indonesia bisa kuat dan bebas korupsi; seluruh rakyatnya sejahtera, cerdas, sehat, serta bebas dari kemiskinan dan kekerasan. Prinsip tentang kekayaan: bukan berapa banyak yang kita miliki, tapi berapa banyak yang sudah kita berikan kepada orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Senang Memenjarakan Rakyat Sendiri!

7 November 2018   16:38 Diperbarui: 7 November 2018   17:24 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai perbandingan kecil, konon pernah suatu saat petinggi Indonesia mengunjungi sebuah penjara di Eropa dan mereka terkagum-kagum. Menteri Hukum dan HAM, Jaksa Agung, dan Ketua Mahkamah Agung Indonesia mengunjungi sebuah penjara di kota Oslo, Norwegia. Waktu mereka masuk, setiap pintu masuk terdiri dari pintu kokoh dari besi persegi empat yang terkunci secara otomatis kalau sudah berada di dalam. Sekitar empat pintu yang harus dilalui barulah tiba di dalam lapas tersebut. Di dalam lapas itu ada dapur, makanan dan minuman berkulkas, ada pisau untuk memotong daging dan buah, peralatan masak serta perpustakaan pribadi. Seorang pejabat Indonesia bergumam bahwa kalau di Indonesia itu bukan lapas, tapi hotel berbintang empat.

Petugas penjara Norwegia itu menjelaskan bahwa belum pernah ada orang yang melarikan diri dari penjara itu. Apa saja kegiatan mereka selama di penjara? Istilah mereka untuk lapas tetap saja "penjara" tidak perlu diperhalus menjadi "lapas." Tapi perlakuan mereka terhadap orang yang ada di dalam penjara yang berbeda. Para narapidana biasanya dilatih untuk bisa bekerja. Misalnya pakaian seragam petugas penjara dijahit oleh para narapidana, dan mereka mendapatkan gaji sama seperti tukang jahit di luar. Gajinya nanti akan diberikan saat mereka sudah selesai menjalani hukuman mereka.

Petugas lapas kita melihatnya dari pandangan yang sudah terlalu lama dijajah. Katanya dengan sistem yang buruk sekarangpun orang masih banyak yang masuk penjara (melebihi kapasitas), apalagi dibuat nyaman. Namun pandangan itu sebenarnya mencerminkan pandangan orang yang sudah terlalu lama dijajah.

Itu ibaratnya orang yang tidak punya apa-apa tidak berani memulai bisnis besar karena merasa tidak punya modal. Pada hal para pedagang sukses sering dimulai dari tidak punya apa-apa dulu hingga menjadi pengusaha besar.

Cara pandang harus diubah yakni lapas yang baik pun bisa membuat orang menjadi orang yang lebih baik, dan lapas yang buruk dengan fasilitas minim bisa membuat orang lebih buruk atau belum tentu bisa membuat orang lebih baik.

Sampai kapan lapas di Indonesia dibiarkan seperti sekarang? Pertanyaan ini bukan hanya untuk pemerintah tapi bagi seluruh masyarakat Indonesia. Seluruh masyarakat harus dengan sungguh-sungguh menghindarkan diri dari kemungkinan masuk lapas. Antara lain jangan cepat marah dan berkelahi atau melukai orang lain yang bisa membuat orang masuk lapas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun