Tantangan pariwisata itu pada umumnya meliputi infrastruktur yang tidak memadai (seperti tempat penginapan dan alat transportasi yang kurang baik), mahalnya biaya, serta keamanan di tempat wisata.
Namun tidak menyangka bahwa di Indonesia keamanan menjadi salah satu faktor mengingat pada umumnya semua beragama dan biasanya setiap agama mengajarkan kebaikan dan melindungi orang asing. Bahkan sudah sejak lama alasan utama orang asing datang ke Indonesia karena keramahtamahan rakyat Indonesia.
Namun berita pagi ini sepertinya menyingkapkan sesuatu yang tersembunyi yakni munculnya predator pariwisata yang membuat tidak nyaman para turis. Seorang warga Inggris diberitakan diperkosa oleh tukang laundry, Oktovianus Tabesi (31) saat itu turis berwisata di Pantai Nelayan, Kuta Selatan, Bali. Walaupun jarang terjadi, tapi ini sangat mencoreng Bali sebagai "pulau dewata" yang selama ini dianggap sangat nyaman bagi turis.
Sebelumnya seorang turis asal Perancis juga diperkosa di Labuhan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) oleh pemandu wisata sendiri yang dilaporkan kepada kepolisan tanggal 13 Juni 2018.
Kenapa di negeri yang 100% beragama ini terjadi pemerkosaan? Sementara di negeri Barat yang sering dicap tidak beragama tidak terjadi lagi seperti itu?
Padahal negeri kita sedang berupaya mendatangkan 20 juta turis karena ini akan memberikan pemasukan ke kas negara dan pada waktunya digunakan untuk membangun negeri.
Ternyata bukan hanya di Bali dan Labuhan Bajo, seorang wisatawan asal China, bernama TJ (34) juga dilaporkan diperkosa oleh dua orang pria tak dikenal saat berwisata di Kota Wamena, Ibu Kota Kabupaten Jayawijaya, Jumat (13 Juli 2018). Wisatawan asal China tersebut sedang berjalan kaki untuk berkunjung ke salah satu objek wisata di Kampung Kurulu, Kota Wamena.
Di tengah perjalanan korban bertemu dengan dua orang pria tak dikenal yang menawarkan diri sebagai guide. Namun kedua pria itu memperkosanya di bawah ancaman parang, kemudian langsung melarikan diri. Korban kemudian melapor ke kantor polisi setempat dengan menggunakan becak ke Polres Jayawijaya.
Korban diketahui berkunjung ke Wamena hendak pergi ke Kampung Aikima untuk melihat mummi yang ada di kampung tersebut. Pihak Polres Jayawijaya masih terus melakukan pengejaran terhadap dua pria pelaku pemerkosaan itu.
Tahun 2018 ini turis asal Amerika bernama Julia Liyuan juga diperkosa di pesisir Pantai Kuta, Bali. Sebelum diperkosa, Julia mengkonsumsi minuman keras (miras) khas Bali bersama pelaku, Indra Kumala (34) dan seorang rekannya bernama Made. Hingga tibalah perlakuan bejat di atas pasir pantai, korban pun melaporkan hal tersebut ke polisi hingga akhirnya polisi memburu tersangka yang kabur ke tanah Sumatra.
Turis Australia bernama LK Taylor (28). Ia menjadi korban perampokan dan perkosaan di Bali tahun 2013. Kejadiannya berlangsung di Villa Damais, Jalan Bumbak Nomor 189, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung, Bali, Sabtu, 27 April 2013. Awalnya korban sedang tidur kemudian tersangka masuk langsung mengarahkan lampu senter dan pisau ke korban, lalu perkosaan pun terjadi. Pelaku juga membawa kabur barang-barang berharga milik korban berupa 3 iPad, 2 iPhone, serta uang tunai Rp 1.500.000 dan 600 dollar Australia.Total kerugian materi mencapai Rp 47,5 juta.
Turis Swiss diperkosa di Bali Tahun 2017, korban bernama CM (21) asal Swiss mengaku telah diperkosa oleh tiga pemuda lokal yakni I Made YU (21), I Gede KK (24), dan I Gede RS (27). Ketiga pemuda itu dilaporkan ke Polsek Nusa Penida. Perkosaan dilakukan di sebuah warung yang terletak di Desa Batununggul, Nusa Penida.
Turis Denmark juga diperkosa di Sumatera Barat pada April Tahun 2018. Turis itu bernama SL (24). Kejadiannya di di Pulau Nyangnyang, Desa Pasakiat Taileleu, Kecamatan Siberut Barat Daya, Kabupaten Kepulauan Mentawai, pada Selasa 24 April 2018. Kejadian berawal saat korban berjalan kaki di pinggir pantai dan hendak pergi ke Mentawai Surf Camp. Pelaku bernama Parmainan Sababalat (24) mencegat korban dan mengancam korban dengan sepotong kayu. Turis cantik itu ditarik ke semak-semak dan disitulah ia diperkosa. Korban teriak dan didengar warga sehingga pelaku dapat ditangkap.
Walaupun keamanan turis merupakan hal yang umum terjadi di seluruh dunia, namun sebaiknya pariwisata di Indonesia berupaya membebaskan dirinya dari tindakan kejahatan dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat seperti TNI dan Polri, PNS, tokoh agama dan masyarakat agar jangan sampai terjadi kejahatan terhadap turis di tempat wisata.
Bila perlu kaum muda boleh membentuk lembaga swadaya masyarakat (LSM) tentang pelindungana turis (Tourist Protection Watch) guna mencegah kejahatan terhadap turis.
Tapi orang-orang  yang bekerja di pemerintahan, mulai dari Kementerian Pariwisata maupun di Dinas Pariwisata daerah sudah saatnya tidak duduk manis di kantor. Mereka harus rajin "blusukan" sehingga turis bisa merasa aman dan nyaman di tempat wisata. Misalnya memberikan pelatihan atau penyuluhan kepada para pedagang, para pemandu wisata, serta ikut menjaga keamanan dan ketertiban.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H