Mohon tunggu...
Jimmy Haryanto
Jimmy Haryanto Mohon Tunggu... Administrasi - Ingin menjadi Pembelajaryang baik

Pecinta Kompasiana. Berupaya menjadi pembelajar yang baik, karena sering sedih mengingat orang tua dulu dibohongi dan ditindas bangsa lain, bukan setahun, bukan sepuluh tahun...ah entah berapa lama...sungguh lama dan menyakitkan….namun sering merasa malu karena belum bisa berbuat yang berarti untuk bangsa dan negara. Walau negara sedang dilanda wabah korupsi, masih senang sebagai warga. Cita-cita: agar Indonesia bisa kuat dan bebas korupsi; seluruh rakyatnya sejahtera, cerdas, sehat, serta bebas dari kemiskinan dan kekerasan. Prinsip tentang kekayaan: bukan berapa banyak yang kita miliki, tapi berapa banyak yang sudah kita berikan kepada orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Impor Beras, Enggar dan Buwas Tidak Salah

20 September 2018   09:02 Diperbarui: 21 September 2018   22:37 1910
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi beras(KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG)

Siapa yang Benar?

Persoalannya sebenarnya bagaimana caranya menjamin ketersediaan 37.700.000 ton beras per tahun itu. Bulog lebih melihat kebutuhan dan kenyataan saat ini sementara Kemendag lebih melihat ketersediaan pada akhirnya.

Jadi intinya Menperdag, Menko Ekuin, Menteri Pertanian, dan Ka Bulog perlu duduk bersama untuk membahas ketersediaan beras dan tentang impor beras. Sebaiknya jangan disampaikan ke media dulu sebelum satu suara, karena bisa menimbulkan pandangan seolah-olah tidak solid. Kalau sudah satu suara barulah disampaikan ke media.

Sekali lagi Menperdag mengatakan perlu impor karena menjaga kepentingan masyarakat dan Ka Bulog juga mengatakan tidak perlu impor karena masih banyak tersedia di gudang, juga demi kepentingan masyarakat.

Tapi perlu dilakukan pada saat yang tepat agar sungguh-sungguh masyarakat dijamin ketersediaan kebutuhannya, dan masyarakat juga tidak harus dirugikan karena harus membayar sewa gudang jika saatnya tidak tepat untuk menyediakan persediaan itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun