Sekolah sederhana itu di pinggiran sungai Asahan (pribadi).
Pernyataan penerima hadiah nobel dari Bangladesh Muhammad Yunus (kelahiran Chittagong, Bangladesh, 28 Juni 1940) cukup memberikan inspirasi.Â
Sarjana ekonomi lulusan Universitas Dhaka, Bangladesh dan doktor dari Universitas Vanderbilt, Amerika Serikat itu mengatakan apa artinya dia menjadi ahli ekonomi kalau rakyatnya masih miskin.Â
Dengan bermodalkan dana yang kecil Muhammad Yunus berhasil mendirikan Grameen Bank (semacam bank rakyat) dengan memberdayakan perempuan pedagang kecil. Ternyata program itu sangat berhasil mengangkat taraf hidup masyarakat di Bangadesh, dan banyak lembaga yang memberikan penghargaan kepada Muhammad Yunus seperti Panitia Nobel, Ramon Magsasay, World Food Prize, dll.
Rupanya pandangan Muhammad Yunus ini menjadi sumber inspirasi bagi alumni sebuah sekolah menengah atas di pelosok tanah air dekat sungai Asahan.Â
Sekolah itu didirikan tahun 1964 dan di masa lalu sering menjadi buah bibir karena lulusannya ada yang masuk ITB, UI, Unair, USU, Unimed, Akademi Militer dan Kepolisian.Â
Namun belakangan ini rupanya nama sekolah ini agak redup. Maka sejak tahun 2017 para lulusan sekolah itu memulai inisiatif untuk membantu sekolah itu agar ikut mencerdaskan kehidupan bangsa.
Bermodalkan teknologi informasi, dan tanpa kepengurusan, akhir tahun 2017 para lulusan sekolah itu membuat gerakan kembali ke sekolah setiap tahunnya untuk memompa semangat belajar para murid.Â
Para alumni mengatakan bahwa walaupun dari pelosok tanah air, dan dari keluarga sederhana, bahkan miskin, namun dengan semangat belajar dan kerja keras bisa berhasil bahkan kuliah di perguruan tinggi yang baik.
Dengan dukungan kepala sekolah dan para guru yang punya kepedulian tinggi nampaknya kepedulian para alumni itu sudah mulai membuahkan hasil. Para alumni telah menyumbangkan kebutuhan mendasar sekolah itu seperti perangkat komputer, in focus, buku pelajaran dan bea siswa.Â
Tahun 2018 ini lebih dari 50 orang yang dierima di perguruan tinggi negeri di seluruh Indonesia dan lima orang diterima di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN).