Mohon tunggu...
Jimmy Haryanto
Jimmy Haryanto Mohon Tunggu... Administrasi - Ingin menjadi Pembelajaryang baik

Pecinta Kompasiana. Berupaya menjadi pembelajar yang baik, karena sering sedih mengingat orang tua dulu dibohongi dan ditindas bangsa lain, bukan setahun, bukan sepuluh tahun...ah entah berapa lama...sungguh lama dan menyakitkan….namun sering merasa malu karena belum bisa berbuat yang berarti untuk bangsa dan negara. Walau negara sedang dilanda wabah korupsi, masih senang sebagai warga. Cita-cita: agar Indonesia bisa kuat dan bebas korupsi; seluruh rakyatnya sejahtera, cerdas, sehat, serta bebas dari kemiskinan dan kekerasan. Prinsip tentang kekayaan: bukan berapa banyak yang kita miliki, tapi berapa banyak yang sudah kita berikan kepada orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Semakin Bangga Menjadi Orang Indonesia

6 Agustus 2018   09:25 Diperbarui: 6 Agustus 2018   11:57 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekolah sederhana itu di pinggiran sungai Asahan (pribadi).

Pernyataan penerima hadiah nobel dari Bangladesh Muhammad Yunus (kelahiran Chittagong, Bangladesh, 28 Juni 1940) cukup memberikan inspirasi. 

Sarjana ekonomi lulusan Universitas Dhaka, Bangladesh dan doktor dari Universitas Vanderbilt, Amerika Serikat itu mengatakan apa artinya dia menjadi ahli ekonomi kalau rakyatnya masih miskin. 

Dengan bermodalkan dana yang kecil Muhammad Yunus berhasil mendirikan Grameen Bank (semacam bank rakyat) dengan memberdayakan perempuan pedagang kecil. Ternyata program itu sangat berhasil mengangkat taraf hidup masyarakat di Bangadesh, dan banyak lembaga yang memberikan penghargaan kepada Muhammad Yunus seperti Panitia Nobel, Ramon Magsasay, World Food Prize, dll.

Rupanya pandangan Muhammad Yunus ini menjadi sumber inspirasi bagi alumni sebuah sekolah menengah atas di pelosok tanah air dekat sungai Asahan. 

Sekolah itu didirikan tahun 1964 dan di masa lalu sering menjadi buah bibir karena lulusannya ada yang masuk ITB, UI, Unair, USU, Unimed, Akademi Militer dan Kepolisian. 

Namun belakangan ini rupanya nama sekolah ini agak redup. Maka sejak tahun 2017 para lulusan sekolah itu memulai inisiatif untuk membantu sekolah itu agar ikut mencerdaskan kehidupan bangsa.

Bermodalkan teknologi informasi, dan tanpa kepengurusan, akhir tahun 2017 para lulusan sekolah itu membuat gerakan kembali ke sekolah setiap tahunnya untuk memompa semangat belajar para murid. 

Para alumni mengatakan bahwa walaupun dari pelosok tanah air, dan dari keluarga sederhana, bahkan miskin, namun dengan semangat belajar dan kerja keras bisa berhasil bahkan kuliah di perguruan tinggi yang baik.

Dengan dukungan kepala sekolah dan para guru yang punya kepedulian tinggi nampaknya kepedulian para alumni itu sudah mulai membuahkan hasil. Para alumni telah menyumbangkan kebutuhan mendasar sekolah itu seperti perangkat komputer, in focus, buku pelajaran dan bea siswa. 

Tahun 2018 ini lebih dari 50 orang yang dierima di perguruan tinggi negeri di seluruh Indonesia dan lima orang diterima di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun