Hari ini aku menikmati tulisan para putra bangsa yang luar biasa. Hikmahanto Juwana menulis "Mengawal Divestasi Freeport" tentang makna pengambil-alihan saham 51% di PT Freeport. Yang intinya masyarakat Indonesia perlu lebih cerdas dalam mengisi pembangunan ini, termasuk dalam pengelolaan kekayaan alam.Â
Sudah menjadi pengetahuan kita bersama bahwa Indonesia itu memiliki kekayaan alam yang melimpah dan sangat bernilai tinggi. Namun karena masyarakat kita belum cukup cerdas, terpaksa kita harus menggunakan tenaga asing.Â
Misalnya dalam mengelola air terjun Siguragura di sungai Asahan, kita mengundang 11 perusahaan swasta Jepang tahun 1983 untuk membuat industri aluminium INALUM. Perjanjian itu berlangsung selama 30 tahun dan tahun 2014 perjanjian itu diakhiri namun Pemerintah Indonesia harus membayar sekitar Rp 6 triliun kepada 11 perusahaan Jepang itu. Mungkin kalau kita lebih cerdas saat membuat perjanjian itu maka pemerintah Indonesia tidak perlu harus membayar karena perusahaan itu sudah menikmati untung besar selama 30 tahun itu.
Untunglah setelah sepenuhnya dimiliki Indonesia, Inalum ikut berperan dalam peningkatan porsi saham Pemerintah Indonesia di Freeport yang didirikan oleh perusahaan Amerika Serikat itu.
Kemudian L Wilardjo juga menulis tentang "Guru Idola" yang menekankan pentingnya peran guru menguasai materi yang diajarkannya karena akan memengaruhi sikap para murid. Mata pelajaran sulit pun ternyata bisa disampaikan dengan menarik jika pengajarnya menguasai materi dengan baik.Â
Menteri Keuangan Sri Mulyani secara tidak langsung berkali-kali menekankan pentingnya peran guru yang baik untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Anggaran pendidikan sudah sangat besar, namun masih banyak gedung sekolah seperti kandang ayam. Sri Mulyani juga mengingatkan bahwa guru yang memberikan nilai tinggi hanya karena murid ikut kursus yang dibuatnya (les privat) merupakan tindakan korupsi.
Albiner Siagian juga menulis tentang Susu Kental Manis dan Etika Kesehatan Masyarakat yang menegaskan pentingnya etika dalam menjalankan bisnis. Produk susu kental manis yang selama ini dianggap sehat ternyata tidak sesehat yang diiklankan.Â
Albiner mengingatkan bahwa dalam menjalankan kehidupan ini, termasuk dalam bisnis, masyarakat harus tetap menghormati kejujuran dan nilai-nilai baik.
Tulisan tentang Piala Dunia 2018 di Rusia yang dimenangi Perancis juga mewarnai pemberitaan di mana peran anak-anak muda sangat penting. Tulisan tentang olah raga yang diminati oleh masyarakat dunia ini menekankan pentingnya semangat sportif seperti yang ditunjukkan Tim Spanyol yang walupun tidak juara tetapi menjadi perhatian dunia. Demikian juga para pendukung tim Jepang yang selalu membersihkan stadion saat Jepang melakukan pertandingan.Â
Bagi Indonesia, yang sempat tidak dapat menikmati hak asasi manusia, tidak bisa mengungkapkan dirinya secara bebas, dipaksa melakukan kegiatan selama ratusan tahun, hal-hal baik tersebut di atas menjadi catatan penting agar bisa mengisi pembangunan ini dengan baik. Video tahun 1940 tentang kota Batavia (Jakarta) barus saja dikirimkan teman lewat "whatsapp." Mobil-mobil bagus sudah ada tapi hanya dimiliki kaum kulit putih, makanan enak juga ada tapi bangsa Indonesia hanya bisa menahan air liur. Sungguh orang Indonesia dijadikan seperti budak. Sungguh menyesakkan menonton video seperti itu.
Karena itu upaya merusak seperti melakukan bom atau tindakan teroris hanya membuat negeri yang kaya ini menjadi miskin dan menderita. Tindakan mencemooh karena berbeda pandangan atau sikap juga bisa membuat laju pembangunan ini melambat atau bahkan terhambat.Â
Mari kita semua bersama-sama, apapun agama, suku, latar belakang, statusnya bekerja keras dan cerdas memajukan negeri kita yang luar biasa ini. Pelari Zohri dari Nusa Tenggara Barat telah menunjukkan kepada kita dan dunia bahwa kerja keras dan semangat tinggi bisa menghasilkan prestasi luar biasa.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H