Mohon tunggu...
Jimmy Haryanto
Jimmy Haryanto Mohon Tunggu... Administrasi - Ingin menjadi Pembelajaryang baik

Pecinta Kompasiana. Berupaya menjadi pembelajar yang baik, karena sering sedih mengingat orang tua dulu dibohongi dan ditindas bangsa lain, bukan setahun, bukan sepuluh tahun...ah entah berapa lama...sungguh lama dan menyakitkan….namun sering merasa malu karena belum bisa berbuat yang berarti untuk bangsa dan negara. Walau negara sedang dilanda wabah korupsi, masih senang sebagai warga. Cita-cita: agar Indonesia bisa kuat dan bebas korupsi; seluruh rakyatnya sejahtera, cerdas, sehat, serta bebas dari kemiskinan dan kekerasan. Prinsip tentang kekayaan: bukan berapa banyak yang kita miliki, tapi berapa banyak yang sudah kita berikan kepada orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sex, Korupsi, dan Narkoba: Ujian Bagi Indonesia

26 Oktober 2017   01:59 Diperbarui: 26 Oktober 2017   09:52 986
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah kasus video porno yang melibatkan siswa SMA di Kalimantan kini muncul video porno yang diduga mahasiswi Universitas Indonesia (UI) yang katanya tengah viral di media sosial. Disebutkan pula bahwa pihak kampus UI masih belum mengetahui secara detail dan masih melakukan penyelidikan.

Mengapa harus mahasiswa UI? Itu sangat ampuh untuk menghancurkan kehidupan para mahasiswa yakni kalau mahasiswa universitas terbaik saja melalukan itu, tentu saja mahasiswa universitas lain akan merasa tidak bersalah melakukan hal yang sama. Itu sangat berbahaya dan sangat buruk bagi masa depan bangsa ini.

Pada hal seharusnya masyarakat bisa belajar dari kasus video mesum artis yang cukup berhasil Ariel Peterpan, Luna Maya, dan Cut Tari tahun 2010 yang sangat menghancurkan kehidupan mereka.

Kemudian ada sikap yang sepertinya menganggap ringan kasus korupsi walaupun undang-undang dan lembaga anti korupsi sudah sangat kuat. Digambarkan politikus PKB Musa Zainuddin yang tersenyum dituntut 12 tahun penjara. Mantan anggota Komisi V DPR itu dituduh menerima suap 7 miliar rupiah dari Direktur PT Windu Tunggal Utama Abdul Khoir dalam proyek pembangunan jalan di Maluku. Tentu itu bukan kasus pertama, hampir setiap saat kita disuguhi dengan berita perbuatan korupsi.

Para artis banyak yang menghadapi hukum karena narkotika dan obat-obatan terlarang. Sebut saja musikus Andika Naliputra, Ridho Irama, rapper Iwa Kusuma, pesinetron Ammar Zoni, Pretty Asmara, Axel Thomas Thomas, dan aktor Tora Sudiro, dll.

Apa arti ini semua? Disadari atau tidak bangsa Indonesia, terutama kehidupan kaum muda, sedang dirongrong atau diserang tsunami kehidupan dengan menggunakan tiga isu itu sebagai amunisi utama.

Sepertinya ada yang ingin membuat bahwa di Indonesia tidak ada yang bersih dari korupsi, narkoba, dan pornografi dan ironisnya itu dilakukan justeru untuk membenarkan ketiga hal tersebut.

Kalau tidak disikapi dengan hati-hati bukan mustahil dunia sedang menonton kehancuran Indonesia.

Pemuda dan mahasiswa harus sadar dan bangkit. Sex, uang, dan narkoba pastilah memberikan kenikmatan sehingga orang-orang hebatpun mau melakukan tindakan yang membuat mereka di dalam penjara itu.

Namun tanpa melakukan tindakan pornoaksi, korupsi atau terlibat dalam narkoba masih banyak pilihan lain yang lebih baik untuk menikmati hidup ini.

Peran pendidik sangat penting untuk melakukan “revolusi mental.” Bisa diajarkan bahwa melakukan hubungan seks tidak perlu direkam apalagi disebarkan. Untuk menjadi bahagia tidak harus banyak harta, apalagi harus korupsi. Hidup itu bukan berarti tidak indah jika tidak menggunakan narkoba. Kita perlu mengikuti pola di Jepang bahwa yang mengajarkan itu harus semuanya: guru di sekolah, orang tua dan keluarga di rumah, serta atasan dan rekan kerja di tempat tugas.

Pemerintah, pengusaha, dan seluruh lapisan masyarakat harus bersama-sama menghadapi ini demi mencegah kehancuran bangsa ini.

Semoga Indonesia tidak hancur karena keberhasilannya sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun