Lapo berarti warung yang menjual minuman dan makanan. Tujuan pemilik lapo tentunya untuk mendapatkan keuntungan dari pengunjung atau konsumen. Lapo banyak ditemui di Tapanuli atau Tanah Batak. Biasanya orang-orang dewasa senang bercengkerama sambil minum dan ini kadang-kadang menimbulkan kesan negatif tentang lapo. Namun dengan makin banyaknya orang Batak merantau maka lapo juga ditemui di kota-kota besar hingga di Jakarta.
Dengan semangat pemerintah Indonesia yang ingin menjadikan Danau Toba sebagai tempat tujuan wisata yang diharapkan akan meningkatkan penerimaan negara, lapo bisa dimanfaatkan jika diperbaiki sedikit.
Pemerintah di sekitar Danau Toba atau dengan dukungan Kementerian Pariwisata perlu memberikan bimbingan agar lapo dapat menjadi tempat menarik dan tentunya dapat meningkatkan penghasilan para pemilik lapo:
Bangunan lapo dapat dibuat seragam agar mudah dikenali; dinas pekerjaan umum dapat membantu membuat setidaknya pintu masuk lapo yang diukir baik (gorga) menarik dan khas.
Lokasi. Tempatnya bisa diatur agar baik, tidak terlalu jauh dari tempat masyarakat dan tidak terlalu dekat satu sama lain. Lapo harus dibuat di tempat yang sehat dan bersih. Kalau orang asing mampir di lapo mereka harus merasa nyaman. Â Â
Konten. Apa yang dijual di lapo?
a. Minuman: kopi, teh, dan minuman ringan saja. Minuman beralkohol seperti tuak lebih baik dihindari sehingga mencegah keributan dan mencegah konotasi negatif tentang lapo.
b. Makanan yang dijual di lapo diupayakan yang baik dan bisa diterima banyak orang. Makanan kecil seperti lampet (lepat) atau pisang dan ubi goreng, ombus-ombus atau dolungdolung rasa andaliman bisa disarankan. Ikan yang dimasak dengan bumbu kunyit yang dikenal dengan arsik, atau ikan bakar dengan bumbu kemiri atau tombur. Makanan khas lainnya berupa daging babi panggang dan saksang. Dengan adanya daging babi ini maka orang beragama Islam tidak ada yang makan di lapo.Â
Tapi sebenarnya ada makanan yang bisa dimakan yang beragama Islam yang disebut untuk parsubang. Bila perlu pemilik lapo yang beragama Islam bisa ditempatkan di beberapa tempat. Para pelayan dan juru masak di lapo, terutama di Medan dan Jakarta sebenarnya sudah banyak yang beragama Islam sehingga mereka dapat menyediakan makanan halal. Daging anjing sebaiknya jangan dijual lagi di lapo sehingga tidak menjadi isu terutama bagi turis asing.
c. Bumbu khas dengan rasa andaliman yakni rempah-rempah yang bisanya ditemui di Tapanuli membuat rasa khas makanan di lapo. Mungkin rasa andaliman yang merupakan buah tanaman pohon kecil antara rasa cabai dan wasabe dari Jepang. Pedasnya menyengat tapi hanya di lidah dan tidak terlalu lama seperti cabai.
d. Oleh-oleh juga bisa dijual di lapo. Dinas Kesehatan dari waktu ke waktu harus bisa menjamin kebershian makanan dan minuman yang disuguhkan di lapo.
Informasi. Informasi berupa peta di mana bisa ditemukan lapo bisa dibantu oleh pemerintah daerah sehingga pengunjung dapat memilih, bila perlu dengan tanda di mana dapat menemukan lapo yang menjual makanan halal. Setiap lapo harus membuat menu dan berapa harganya. Jika makanan dan minuman atau barang yang dijual tidak mahal, maka itu akan menjadi daya tarik bagi turis.
Gender. Lapo harus dibuat bukan hanya hanya untuk pria saja, tapi perempuan dan anak-anak juga harus merasa nyaman seperti masuk restoran.
Pelayanan. Petugas di lapo harus rapi dan ramah dengan pakaian seragam yang menunjukkan "corak ulos" atau Tapanuli namun harus dibuat menarik.
Semoga turis makin banyak ke Danau Toba dan salah satu daya tariknya dengan mengunjungi lapo yang menjual makanan dan minuman serta oleh-oleh khas Danau Toba.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H