Surat ini terpaksa dituliskan karena sebagai bagian dari 250 juta rakyat Indonesia rasa kebangsaan kita terusik saat Ketua Forum Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq berpidato sangat tidak pantas dalam demonstrasi hari Jumat, 4 November 2016 lalu di mana dia mengkritik Menko Polhukam Wiranto dengan menyebutnya sebagai “Wiranti.”
Sebagai rakyat Indonesia kita bertanya siapa sesungguhnya Ketua FPI Habib Rizieq ini sehingga polisipun sepertinya tak kuasa berbuat sesuatu ketika mendengar Rizieq berkali-kali menyebut Pak Wiranto sebagai pengecut dan menyebutnya sebagai “Wiranti” dan setelahnya selalu dia mengajak umat dengan takbir “Allahu Akbar.”
Beruntung Rizieq hidup di Indonesia yang memiliki Menko Polhukam Wiranto yang orang Jawa yang sangat halus dan penuh pengertian serta pandai menahan perasaan. Kalau di zaman Orde Baru dulu, mungkin Rizieq sudah entah di mana jika mengeluarkan ungkapan yang merendahkan seperti itu.
Tapi bagaimanapun juga Pak Wiranto itu Menko Polhukam Indonesia, bukan saja hanya sebagai Ketua Umum Partai Hanura. Dia menteri dari 250 juta rakyat Indonesia yang tidak pantas direndahkan begitu saja. Rakyat Indonesia tidak sudi pemimpinnya direndahkan seperti yang dilakukan Rizieq.
Habib Rizieq atau Muhammad Rizieq bin Hussein Shihab lahir di Jakarta tanggal 24 Agustus 1965 dari ayah Habib Husein bin Muhammad Shihab dan ibu Syarifah Sidah Alatas. Itu saja mengingatkan kita kepada dua tokoh Indonesia keturunan Arab yang sangat dihormati yaitu Mantan Menlu Ali Alatas dan mantan Menlu Alwi Shihab.
Walau sama-sama keturunan Arab, namun Rizieq membuat dirinya sangat jauh berbeda dengan dua sosok yang sangat dihormati itu.
Dulu teman saya mengatakan kalau Ali Alatas bukan keturunan Arab, pasti dia sudah jadi presiden Indonesia.
Tapi saya menanggapinya dengan mengatakan bahwa Ali Alataspun berhak sebagai presiden karena dia orang Indonesia. Rizieq pun berhak sebagai presiden karena merupakan warga negara Indonesia walaupun keturunan Arab. Tentu saja Ahok dan Anton Medanpun berhak menjadi presiden karena mereka warga negara Indonesia walaupun berlatar belakang Tionghoa.
Jadi Rizieq tidak perlulah berjuang aneh-aneh jika ingin menjadi presiden, dia berhak menjadi presiden di negara Indonesia ini. Semua warga negara Indonesia berhak menjadi pejabat publik bukan karena agama atau latar belakangnya, tapi karena mereka warga negara Indonesia!
Namun dengan sebutan Habib Rizieq, kita jadi ingat penjelasan Alwi Shihab yang sangat dihormati yang dengan rendah hati mengatakan dirinya belum pantas jadi habib. Bahkan abangnya yang mantan Menteri Agama Quraish Shihabpun menurutnya belum pantas dianggap sebagai habib karena sesungguhnya ada makna yang sangat dalam dalam sebutan habib itu. Tentu itu juga menunjukkan sikap kerendahan hati mereka. Padahal Alwi Shihab adalah doktor dan guru besar Islam di Hartford University, Amerika Serikat.
Kita tidak tahu mengapa Rizieq begitu beraninya bersikap seperti sekarang ini. Mungkin ada juga orang yang berkuasa yang turut membuatnya seperti ini dengan tujuan baik.