Mohon tunggu...
Jimmy Haryanto
Jimmy Haryanto Mohon Tunggu... Administrasi - Ingin menjadi Pembelajaryang baik

Pecinta Kompasiana. Berupaya menjadi pembelajar yang baik, karena sering sedih mengingat orang tua dulu dibohongi dan ditindas bangsa lain, bukan setahun, bukan sepuluh tahun...ah entah berapa lama...sungguh lama dan menyakitkan….namun sering merasa malu karena belum bisa berbuat yang berarti untuk bangsa dan negara. Walau negara sedang dilanda wabah korupsi, masih senang sebagai warga. Cita-cita: agar Indonesia bisa kuat dan bebas korupsi; seluruh rakyatnya sejahtera, cerdas, sehat, serta bebas dari kemiskinan dan kekerasan. Prinsip tentang kekayaan: bukan berapa banyak yang kita miliki, tapi berapa banyak yang sudah kita berikan kepada orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Indonesia: Bangsa di Persimpangan Jalan Terus?

30 September 2016   02:59 Diperbarui: 30 September 2016   03:48 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Indonesia adalah negara yang unik. Di zaman Bung Karno dari tahun 1945-65 Indonesia lebih banyak mempertahankankemerdekaan itu; namun tdak sedikit yangmengagumi negara yang baru merdeka itu. Setidaknya Presiden AS John F. Kennedy (JFK) tidak bisa memandang remeh negeri yang 350 tahun dijajah Belanda itu.

Kunjungan Presiden Soekarno ke AS tahun 1961 misalnya sudah dijadwalkan bertemu dengan Presiden AS itu. Menurut kelaziman, Presiden AS hanya memberi waktu 15 menit dalam menerima kepala negara atau pemerintahan asing. Namun karena Indonesia dianggap khusus maka disepakati diberi waktu 30 menit untuk Bung Karno. Tapi Bung Karno tidak paham dengan prosedur itu.

Saat pertemuan akan diadakan, Bung Karno menyiapkan dasi dan jas serta bajunya yang biasanya dia setrika sendiri agar benar-benar bagus. Saat Bung Karno bertanya berapa lama waktu bertemu dengan Presiden JFK, betapa terperanjantnya Bung Karno setelah mengatahui hanya 30 menit. Maka dia minta agar diperpanjang dan jawaban pihak AS sudah bisa ditebak: tidak bisa. Maka Bung Karno memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan membatalkan pertemuan dengan JFK dan segera meluncur ke bandara yang sekarang dikenal sebagai bandara Ronald Reagan.

Saat Presiden JFK menunggu pertemuan itu, betapa kagetnya presiden AS itu mengetahui bahwa Bung Karno sudah berada di bandara menuju Indonesia karena kecewa hanya diberi waktu 30 menit. Maka tanpa berpikir panjang Presiden JFK memerintahkan agar pesawat RI ditunda keberangkatannya dan Presiden AS itu segera meluncur ke bandara. Di bandara Presiden JFK minta maaf dan mereka bercengkerama selama sekitar dua jam. Sayang sekali di akhir kekusaannya Bung Karno tidak bisa memerintah Indonesia dengan baik sehingga dia dijatuhkan para mahasiswa yang didukung Pak Harto.

Di zaman Presiden Soeharto dari tahun 1966 hingga tahun 1997 yang dikenal dengan zaman Orde Baru tidak sedikit yang memuji kehebatan Indonesia. Banyak buku yang ditulis pakar asing karena sangat tertarik dengan negeri dengan penduduk sekitar 4% dari penduduk dunia itu. “A Nation in Waiting” (bangsa dalam penantian) adalah salah satu buku yang ditulis Adam Schwarz dan dipublikasikan tanggal 7 November 1994 yang menunggu Soeharto lengser sehingga Indonesia menjadi negeri yang baru.

Kini Indonesia sedang menikmati era reformasi sejak tahun 1997. Kalau dulu ada pemilihan umum namun hanya memilih perwakilan dan banyak yang ditentukan penguasa, maka sekarang rakyatlah yang menentukan presiden, gubernur, anggota DPR, bupati, walikota, dan pejabat publik lainnya.

Tapi entah kenapa Singapura bisa menyalip Indonesia di bidang anti korupsi, kesehatan dan kebersihan. Apakah Indonesia akan terus berada di persimpangan jalan yakni berpikir terus harus memilih agama tertentu yang sesungguhnya tidak ada dari Indonesia? 

Pelajaran penting dari pemuda Indonesia tahun 1928 yang berani mengambil langkah berani dengan memilih bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia seharusnya tidak boleh dilupakan. Rakyat Indonesia yang kini berjumlah 261 juta jiwa itu sudah harus berani menentukan sebagai negara yang demokratis dan menghargai kebebasan dan hak asasi semua orang sehingga negara-negara di dunia akan kembali kagum.  

Presiden Soekarno dengan Presiden JFK, tahun 1961 (White House Photographs).

Dari pinggiran sungai Asahan, Siantar Narumonda, 29 September 2016.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun