Mohon tunggu...
Jimmy Haryanto
Jimmy Haryanto Mohon Tunggu... Administrasi - Ingin menjadi Pembelajaryang baik

Pecinta Kompasiana. Berupaya menjadi pembelajar yang baik, karena sering sedih mengingat orang tua dulu dibohongi dan ditindas bangsa lain, bukan setahun, bukan sepuluh tahun...ah entah berapa lama...sungguh lama dan menyakitkan….namun sering merasa malu karena belum bisa berbuat yang berarti untuk bangsa dan negara. Walau negara sedang dilanda wabah korupsi, masih senang sebagai warga. Cita-cita: agar Indonesia bisa kuat dan bebas korupsi; seluruh rakyatnya sejahtera, cerdas, sehat, serta bebas dari kemiskinan dan kekerasan. Prinsip tentang kekayaan: bukan berapa banyak yang kita miliki, tapi berapa banyak yang sudah kita berikan kepada orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Politik

PM Israel yang Disenangi Palestina itu Sudah Tiada!

29 September 2016   01:37 Diperbarui: 29 September 2016   01:55 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mantan PM dan Presiden Israel Shimon Peres meninggal dunia. Penerima hadiah nobel perdamaian itu lahir di Polandia tanggal 2 Agustus 1923 dan meninggal dunia tanggal 28 September 2016.

Bersama Presiden Yasser Arafat dia menandatangani persetujuan damai yang menyetujui adanya dua negara yang hidup damai yakni Israel dan Palestina.

Pandangan Peres ini sangat jarang muncul dari pemimpin Israel yang pada umumnya sangat enggan menerima keberadaan negara Palestina. Dalam wawancara dengan CNN Shimon Peres mengakui bahwa pandangannya itu belum tentu diterima oleh masyarakat Israel, namun dia mengatakan itulah pandangan yang realistis.

Wartawan Y. TOMI ARYANTO dari majalah Tempo menuliskan dengan baik bahwa Shimon Peres menceriterakan kepada lima wartawan Indonesia di kantornya di dekat Tel Aviv, akhir Maret 2016 bahwa semasa hidupnya Peres sangat bersahabat dengan mantan presiden RI Adurrahman Wahid alias Gus Dur. Dalam berbagai kesempatan formal maupun informal, keduanya kerap saling memuji.

Shimon Peres mengatakan bahwa “Abdurrahman Wahid adalah pemimpin besar.” Peres mengatakan sahabatnya itu adalah pemimpin yang punya wawasan luas tentang bagaimana membangun bangsa dan perdamaian dunia. Selama hampir sejam pertemuan, berulang kali Peres menyebut nama Gus Dur.”

Kepada para wartawan Indonesia itu Peres bercerita bahwa hubungan Indonesia-Israel seharusnya bisa terjalin ke arah yang lebih baik di masa mendatang. “Meski tidak mudah karena berbagai faktor dan politik dalam negeri Indonesia. Tapi, pada dasarnya, tantangan hidup di masa mendatang tak mungkin lagi dihadapi sendiri oleh setiap negara. Semakin hari, batas-batas wilayah semakin tak berarti dan kita memasuki era yang sama sekali berbeda.”

Saat menerima penghargaan di New York dari Simon Wiethemthal Center, sebuah yayasan yang bergerak di bidang penegakan HAM yang menilai Gus Dur merupakan salah satu tokoh yang peduli terhadap persoalan HAM dan melihat kegigihan Gus Dur dalam memperjuangkan pluralisme dan multikulturalisme di Indonesia, Gus Dur menceriterakan bahwa bukan hanya di Indonesia dia dianggap sebagai sahabat, orang Israelpun menganggapnya sebagai sahabat padahal mereka tahu bahwa Gus Dur seorang pemimpin Islam.

Tahun 1994 Shimon Peres bersama YitzhakRabin dan Yasser Arafat menerima hadiah nobel perdamaian. 

Orang-orang baik itu kini sudah pergi.

Shimon Peres. AP/Dan Balilty dan Tempo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun