Hari Rabu, 21 Juni 1961 seorang warga lahir di bumi Surakarta,
Kota Solo tidak tahu bahwa kelak dia akan menjadi orang paling berkuasa.
Ayahnya, Noto Miharjo, mendapatkan seorang putera,
Tak menyangka bahwa puteranya akan mengangkat tinggi nama dan keluarga.
Ibunya, Sudjiatmi, yang mengandungnya sembilan bulan hanya bisa tertawa
menyambut bayi mungil yang baru dilahirkannya.
Dia juga tidak mengerti bahwa bayinya kelak akan bangkit menjadi penguasa Indonesia.
Apalagi kemiskinan kemudian memaksa anak itu menjadi pedagang, ojek payung, dan kuli panggul layaknya orang dewasa.
Usia 12 dia sudah mahir menggergaji kayu untuk membantu keluarga.
Masa mudanya tiga kali rumah keluarganya terpaksa digusur penguasa.
Itu hanya membuatnya bertekad tidak akan mengulanginya jika diberi kuasa.